Selasa, 25 Juli 2023

KEPERAWANANMU MEMBUKTIKAN CINTA SUCIMU


http://202.95.10.206/

Pagi itu aku tidak ada kuliah sehingga hari ini aku punya acara bebas dari pagi sampai malam.Jam 7 pagi sku udah mulai mandi pagi ,sambil mikirin rencana hari ini.Sehabis ganti baju dan sarapan,aku ninggalin tempat kos-ku dan bawa motorku kerumah pacarku,Dita..Sekitar jam 8 pagi aku udah nyampe dirumahnya,kebetulan hari ini dia juga libur.Kutunggu agak lama setelah memencet bel rumahnya,Dita membukakan pintu depan rumahnya,"Lho kok sepi,pada kemana? tanyaku sambil masuk kerumahnya,"Oh Mama lagi ke pasar baru,si adik sudah berangkat pagi ke sekolah,ada PR"katanya.

"Duduk dulu ya,aku mau pake baju dulu nih,soalnya habis mandi buru-brur ada bel bunyi dan aku yakin pasti kamu yang datang,jadinya cuman sempet pakai handuk sama kaos aja".

"Pasti belum pake baju dalam ya? tebakku sambil senyum."Ih dasar cowok,pikirannya yang ngeres-ngeres aja,"tapi suka kan...hihihi.

Sambil berjalan ke kamarnya,aku lihat pinggul dan pantat pacarku ini benar-benar aduhai,betisnya putih apalagi pahanya pasti lebih ok dan yang paling memabukkan adalah buah dadanya yang ranum dan montok,kaos ketatnya membungkus payudara indah tanpa BH itu dengan sempurna,memperlihatkan lekukan dada wanita yang sempurna.

Kebayang waktu kenalan dulu,wih tangannya putih sekali dan mulusnya ampun,banyak cowok suka sama dia,tapi namanya cinta gak bisa di bohongin.

"Sorry agak lama,nih kopi kesukaanmu mas",aku agak kaget juga."Eh makasih ya?!"kataku sambil kaget dan agak konak lihat pakaiannya,Dita cuma make celana pendek tipis batik yogya dan kaos tipis ketat coklat muda tanpa lengan dengan belahan kaos rendah yang memperlihatkan belahan dadanya yang putih dan montok

"Aku minum ya,wah masih panas sekali" kataku sambil megangin mulutku yang kepanasan,Dita ketawa "Makanya kira-kira ya kalau mau minum tiup dulu donk, mas". "Wah lihat nih,lidahku sampai merah gini,mesti diobatinnih kalau nggak bisa dioperasi",kaatku.

"Aduh kacian,sini ibu guru lihat"kata Dita sambil duduk disampingku dan memegang mulutku,aku diam dan memperlihatkan lidahku yang kepanasan,sementara kuhirup wangi tubuhnya yang habis mandi,hmm.

kudekatkan dudukku pada tubuh Dita,sambil tangannya melihat-lihat lidahku,tanganku memeluk ppinggulnya dari samping sambil kulirik belahan dadanya yang putih,montok menantang dan menggairahkan itu.

Sambil kupeluk tubuhnya,kurasakan kehangatan tubuh dan payudaranya yang montok membuat kontolku bangkit dan mulai membesar dengan cepat,hingga menyesakkan celana yang kupakai,"idih,kok sampai merah gini"kata dita,tiba-tiba mulutku dilumat olehnya dan tanpa menunggu lagi sambil tetap kupeluk tubuhnya akupun gantian mengulum,melumat dan mencium bibir seksinya dengan penuh gairah,satu hal yang kusuka dari pacarku,meskipun dia orangnya pendiam kalau urusan lumat melumat dia jadi sangat ahli sekali,dan lumatan bibir seksinya sungguh sangat menggairahkan.

Tiba-tiba Dita mengangkat pantatnya dan duduk diatas pangkuanku,bongkahan pantatnya terasa sangat hangat kenyal dan menekan kontolku yang sudah mengeras,"ih adikku sudah berdiri,katanya sambil menggoyangkan pantatnya diatas kontolku".

Kulihat matanya sudah mulai nanar dan sedikit berair,pandangannya udah mulai agak sayu,kemudian aku mulai beralih mencium leher putihnya dan sedikit jilatan dibelakang telilnga,kelihatan salah satu titik rangsangnya ini sangat menggairahkan nafsu seks-nya,lebih kebawah lagi ,kuraba dari luar bongkahan payudaranya sudah sangat mengeras dan lebih membesar dari biasanya,pelan kuangkat kaosnya dan sepadang penutup BH-nya,payudara yang putih dan montok itupun menyembul dari dalam BH hitam yang dipakainya,sangat kontras sekali dengan dadanya yang sangat putih dan montok itu.

Kuciumi dengan rakus payudara montok itu dan kujilati dengan lidahku,sampai akhirnya ke titik pusat dadanya,puting susunya yang sudah tegak seperti penghapus pensil di ujung,kujilati putting susunya dan ternyata titik inipun sangat mempengaruhi gairahnya,terlihat kedua tangannya dilepas dari pelukannya dan tangannya memegang dan menarik rambut panjangnya ke belakang sambil mulutnya mendesis seperti orang kepedesan.

Tiba-tiba tubuhnya menggelinjang kuat sekali dan memeluktubuhku erat sekali sambil digoyang-goyang pantatnya diatas kontol tegakku dan akupun terasa dikelilingi daging nikmat,dari sepasang dadanya yang montok dan ranum serta dibawah bongkahan pantatnya yang nggak kalah montok dan padat.

Sejenak dia terdiam sambil tetap memelukku dan dia menggelendot manja diatas pangkuanku,"Mas,kita kekamar yuk,takut diruang tamu ada yang masuk,lagian disana kan lebih leluasa,tapi aku minta digendong ya...? pintanya manja.

Sambil tangannya memelukku,akupun menggendong tubuhnya yang ramping dan montok itu ke kamarnya yang lumayan jauh dari ruang tamu.Setelah menaruh Dita diatas kasur,kuhampiri tape disamping tempat tidurnya dan ku setel lagu forever in love-nya kenny G yang sampai saat ini menjadi lagu kenangan kami berdua.

Dalam ketegangan kontolku dan nafsu yang sudah naik,kuhampiri Dita,kucium lembut bibirnya dan seluruh wajahnya mulai dari keningnya,jidat,matanya yang terpejam,hidung akhirnya kukecup dan akhirnya kulumat bibir seksinya,tanganku tak tinggal diam mulai dari kaos dan BH nya kubuka perlahan dan celana dalam hitam kecilnya yang menutupi lembah dan jembut halusnya,sambil terpejam Tangan Yati meraih kancing dan resluting celanaku dan didapatinya kontolku yang sudah tegak berdiri, kubantu melepas baju yang kukenakan sehingga kita berdua telanjang bulat dan hanya celana dalam Yati yang masih dipakainya.

Tiba-tiba tubuhku didorongnya, “berdiri dulu sayang, katanya, akupun turun dari tempat tidur dan Yati pun duduk ditepi tempat tidur dan sambil membelai kontolku yang sudah sangat tegang.

“Aku belum pernah lihat titit lelaki dewasa, tetapi punyamu besar sekali mas, sampai-sampai tanganku rasanya mantap sekali memegangnya, boleh aku belai sayang?”.
Tentu, belai ciumi dan manjakan ****** besar ini sayang.”, kataku.

Kontolku sebenarnya nggak terlalu besar ya kira-kira pernah kuukur pakai penggaris panjangnya 15 cm dan bonggolnya sebesar pepsodent ukuran jumbo, yah perfectable size-lah menurut ukuran pacarku.

Sejak pertama kali mengenal oral sex hingga hari ini, Yati menunjukkan antusias yang sangat tinggi dengan kontolku, matanya sempat terbelalak saat pertama melihat dan memegang kontolku yang sudah ereksi. Apalagi saat pertama kali melakukan “karaoke”, istilahku jika ingin di-oral-sex sama pacarku, cara memperlakukan kontolku benar-benar istimewa, saat kutanya emangnya sudah pernah karaoke ya, pacarku marah besar, bagaimana mungkin jawabnya, ciuman bibir aja baru dengan kamu , dan akupun teringat first kiss buatku dan buat dia benarbenar berkesan, habis sama-sama baru sekali itu sih.

Sambil duduk dipingggir kasur kubuka pahaku sehingga kontolku yang sudah ereksi terlihat menantang seperti tugu monas, Yati jongkok dibawah sambil membelai perlahan kontolku, jari jemarinya menari-nari sepanjang kontolku mengikuti urat-uratnya yang menonjol sambil sesekali meremas dengan gemas, kulihat payudara Yati sangat menantang dan sesekali kuremas juga susunya.

Dari pangkal kontolku, dekat anus, tiba-tiba Yati menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat bonggol kontolku, jilatan itu kemudian berpindah keatas mengikuti batang kontolku, hingga akhirnya kepala kontolku dijilat dan disedot perlahan-lahan. Kurasakan aliran darah mengalir keras disepanjang urat kontolku, dan ketegangannya mungkin sudah mencapai 100%, kepalanya membesar seperti helm tentara, warnanya kemerah-merahan dan berdenyut-denyut nikmat sekali.

Sampai akhirnya batang kontolku mulai dilumat dan dimasukkan ke dalam mulutnya, perlahanlahan hingga kurasakan menyentuh ujung tenggorokannya, sementara masih tersisa sekitar 5 cm. “Masukkan semuanya dong, pintaku, “Gimana mau masuk lagi, kontolmu terlalu panjang buat mulutku, katanya sambil melepaskan kulumannya.

Akhirnya keluar masuk kontolku dimulutnya, wah rasanya nikmat sekali, mungkin seperti ini rasanya bersenggama, pikirku, kami memang selama ini belum pernah melakukan persetubuhan hingga memasukkan kontolku ke dalam vaginanya, yah hanya sekedar berbugil sambil menjilat dan mengulum alat kelamin dan orgasme tanpa melakukan senggama.

Suasana pagi yang sejuk, karena jendela kamar yang terbuka ditambah alunan instrumen Kenny.G membuat kami sama-sama terbuai dan lupa dengan segala sesuatunya. Sambil kujamah payudaranya, Yati kutarik dan kurebahkan di atas tempat tidur, wajahnya benarbenar merangsang, matanya berbinar, bibirnya memerah dan payudara sangat kencang dan memadat dengan putting susu yang mengeras. Seperti diawal aku mulai menciumi wajah dan bibirnya kemudian aku turun kebawah, kuciumi dan kujilati mulai dari jari-jemarinya yang putih mulus hingga ke betis indahnya, sambil kubelai dan kusentuh paha mulusnya, tanpa terasa aku menyentuh CD hitamnya dan perlahan kuturunkan dan kulepaskan, Yati diam dan hanya mendesah-desah menahan kenikmatan itu.

Sampai di pahanya kubelai dan kuciumi paha mulusnya seinchi demi seinchi kelihatan sekali dia begitu terangsang, sebelum sampai ke pangkal pahanya, aku naik dan mulai menjilati dadanya. Payudara yang putih dan mulus itu kuremas sambil mulai kujilati melingkar hingga sampai ke putingnya kujilati dan kusedot penuh nafsu, Kulihat pinggul dan pantat Yati bergerak dan menggelinjang tak karuan menahan kenikmatan jilatan, sedotan dan remasanku.

Kujilati kebawah lagi dan sampai ke perut Yati yang sangat mulus dan akhirnya hingga ke bukit indah yang ditumbuhi rumput hitam yang halus dan sangat kontras dengan kemulusan tubuhnya. Kusibakkan bulu-bulu halus yang menutupi vagina pacarku, terlihat bibir vaginanya masih tertutup rapat,namun terlihat disitu ada cairan disekelilingnya, ternyata dia sudah mulai basah.

Kubuka sedikit dan terlihat kelentitnya berwarna merah jambu, kecil, menonjol dan kelihatan membasah, kuraba perlahan, Yati melenguh keras dan menggoyangkan dan mengangkat pantatnya, Kuraba perlahan dengan jari telunjukku dan akhirnya mulai kujilati dengan ujung lidahku, kembali terdengar erangan dan lenguhannya merasakan nikmat yang luar biasa.

“Mas, tolong aku sayang, masukkan ****** besarmu ke vaginaku, aku sudah tak tahan lagi menahan kenikmatan ini, pintanya sambil setengah menangis. ” jangan sayang, kita belum boleh melakukan ini, toh nanti kita juga akan menikah, kataku masih sadar, meskipun aku jiga sudah tidak kuat lagi menahan nafsuku.

“Biarlah mas, aku rela mmberikan perawanku untukmu sayang, aku sangat mencintaimu dan aku takut kehilangan dirimu, kata Yati, sambil mulai menarik kontolku ke arah vaginanya yang membasah.

Kontolku yang sudah agak menurun, mulai bangkit lagi begitu menyentuh bibir vagina Yati, sangat tegang dan begitu membesar. Dengan masih deg degan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang kontolku ke dalam vaginanya, saat kucoba menyelipkan kepala kontolku ke mulut vaginanya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Yati sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit, “aaah” ,namun akhirnya kepala kontolku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangat vaginya, perlahan kumasukkan seinchi demi seinchi, pada centimeter ke 3 menuju ke 4, Yati tiba-tiba berteriak dan menjerit, ” aduh mas sakit sekali, katanya, seperti ada yang menusuk dan nyerinya sampai ke perut”, katanya.

“Aku cabut aja ya ?”
Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini, aku yang sudah merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang kontolku.

Kulihat Yati meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya kontolku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yang belum pernah kurasakan, kontolku serasa digigit bibir yang kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali. Akhirnya kamipun mulai menikmati hubungan badan ini, ” mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan kontolmu mas, rasanya nikmat sekali.

Perlahan aku mulai mengayun batang kontolku keluar masuk ke vagina Yati, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta kontolku untuk dimasukkan dalam-dalam ke vaginanya.

Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tidak begitu merasakan sakit di vaginanya, dan kupercepat ayuhan kontolku di vaginanya. Yati berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan payudara besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan kontolku seluruhnya di dalam vaginanya.

” Oh, mmmas aku keluar…. Ahhhhhhhhhhhhh ….ahhhhhhhhhhhhh…. ahhhhhhhhhhh, Aku merasakan nikmat yang amat sangat, kontolku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di kontolku, dan aku yakin kontolku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam vagina Yati, sepertimya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku.

Kubuka sedikit jepitan kaki Yati dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Yati, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari vagina Yati, kontolku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh kontolku keluar masuk dari vagina Yati, nikmat sekali rasanya.

Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan kontolku di vagina Yati, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang akan meledak dari dalam kontolku dan akhirnya …. Crooot …croooot ….crooot …crooot. Kontolku yang sudah kucabut dari dalam vagina Yati, kudaratkan di atas perut mulusnya dan semburan air kejantananku muncrat sampai ke rambut, pipi,sebagian mulutnya, payudara dan diatas perut Yati, kuurut-urut batang kontolku dan tetesan air maniku berjatuhan di atas jembut halus kekasihku.

Aku merebahkan diri disamping tubuh mulus Yati, kupeluk dia sambil kubelai rambutnya, Yati terpejam, diam dan tiba-tiba dari ujung kedua belah matanya yang terpejam menetes air mata. Kuseka air matanya dan kupeluk dia erat-erat, dan dia memelukku juga, ” Mas, hari ini aku sudah persembahkan kesucianku untukmu, sesuatu yang berharga yang kumiliki telah kuberikan padamu, aku nggak mau kehilangan dirimu dan tak akan kulupakan seumur hidupku peristiwa indah hari ini … Aku sangat mencintaimu mas”.

Yati bangun dari rebahannya, mengambil saputangan dan membersihkan bercak dari sela-sela vaginya yang telah bercampur dengan cairan kenikmatannya, saputangan biru itu berbercak merah, memenuhi hampir setengah lembar saputangan biru itu.

“Saputangan ini akan kusimpan selamanya, sebagai tanda buat cinta kita, mas” Aku terdiam, kemudian kubelai rambut indahnya, kukecup keningnya dan kukatakan, ” Hari ini 14 November 1994, aku telah kau berikan sesuatu yang berharga darimu, keperawananmu membuktikan cinta sucimu, aku juga sangat mencintaimu, kuambil keperawananmu dengan keperjakaanku, dan tak kan kulupakan hari ini selama hidupku”.

Dalam keadaan sama-sama bugil, kupeluk tubuh Yati, kehangatan tubuhnya mengalir ke setiap pori-pori dan diapun meraskan hal yang sama, ” tahun depan aku sudah lulus, selanjutnya aku akan melamarmu dan kita akan menikmati cinta kita selamanya, aku mencintaimu Yati”. ” Mas, aku bangga memilikimu, lelaki sepertimu yang memang aku idamkan selama ini”.

Keringat yang mengalir di badanku diseka Yati dengan handuk dan dia membersihkan kontolku dengan handuk basah, akupun jadi terangsang lagi,

” Ih, si Adik kok bangun lagi, kamu benar-benar perkasa mas”, aku tersenyum, sebenarnya aku masih ingin melakukan sekali lagi tapi jam sudah menunjukkan jam 11.30, aku takut kalau tibatiba mamanya pulang.

Kugandeng tangan Yati dan membawanya ke kamar mandi dan dibawah guyuran shower kamar mandinya kita mandi bersama, saling menyabuni dan bercanda bersama, Kontolku menjadi tegang saat mandi dan Yati sempat memasturbasi kontolku yang sudah tegang dengan busa sabun, tangannya yang halus sangat lincah mengocok batang kontolku, sekitar lima menitan air maniku sempat keluar lagi dan muncrat sampai ke atas seperti air mancur, Yati tertawa puas, menciumiku dan melanjutkan mandi sampai selesai.

Selesai mengeringkan badan, rambutku dikeringkan Yati dengan hairdryernya, kupakai bajuku dan kitapun kembali ngobrol di ruang tamunya, ngopi, ngobrol dan bercanda sambil bermesraan menikmati hari indah itu.

TAMAT

http://202.95.10.206/


Senin, 24 Juli 2023

KONTOL ORANG NEGRO MEMANG TIADA DUANYA

http://202.95.10.206/

 Saat aku lulus dari DMA aku langsung melanjutkan pembelajaran di New York.Dan disana aku tinggal disebuah apartemen milik saudara jauhku dan ada 1 orang jakarta juga tinggal dan jadi meringankan biaya juga biar irit.Sebenarnya aku datang ke sini bersama dengan pacarku,Desi tapi dia tinggal di apartemen lain bersama teman-temannya,karena orang tua tidak setuju kami masih pacaran tinggal dalam satu rumah.

Tapi kadang-kadang jika ada kesempatan kami sering diam-diam melakukan hubungan kelamin,terutama bila kamar masing-masing tidak ada.Aku jadian dengannya sudah sejak kelas 3 SMA dan mulai berhubungan dengan badan sejak disini.Dia seorang berparas cantik bagaikan artis-artis Asia Timur,berkulit putih bersih,tinggi sekitar 165cm,badan langsing dan padat,lurus panjang sedada dicat merah.

Kami melewati hari-hari kuliah dan kehidupan muda-mudi di sana dengan gembira sampai akhir tahun 1998 yang lalu.Saat itu di sana sudah mulai suasana natal,teman-teman yang sudah termasuk pulang sekamarku,aku dan widya pun bersiap-siap akan pulang liburan juga.Tapi karena kehabisan tiket pesawat ke indonesia kami menunggu seminggu kemudian.Roomateku pulang paling awal karena kebetulan ibunya sakit.Setelah pergi sambil menunggu tanggal kepulangan kami,Desi sering ke apartemenku bahkan menginap disini,saat itu juga sudah pulang.

Beberapa hari sebelum pulang.Aku dan Desi pulang dari taman hiburan pada larut malam,kami sampai diapartemenku kira-kira jam 10 malam.Saat itu daerah sekitar sana sudah sepi,aku masuk dan membuka pintu.Kami begitu terkejut ruang tamu berantakan seperti habis ada melihat pencuri,dan kudengar suara gaduh diakamarku segera aku kesana.Pintu kamar ku dobrak tapi belum sempat aku mengetahui apa-apa sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.

Aku tahu apa-apa selanjutnya sampai aku merasa diriku digoncang-goncang seseorang,aku tersadar dan menemukan diriku sendiri dalam keadaan tidak ditentukan disebuah kursi dan mulutku disumpal dengan kaintidak bisa bersuara.Ada seorang pria negro didepanku menyuruhku bangun,orangnya berbadan tinggi besar dan melihat plontos.Dan satu lagi juga negro berbadan agak gemuk.Yang membuatku panas adalah si negro gendut itu sedang duduk dipinggir ranjangku sambil memangku Desi yang saat itu tinggal memakai BH dan celana dalam saja.

Desi minta menangis.Tapi si gendut ini tidak menariknya,dia meremas-remas payudara Desi yang masih terbungkus BH itu,menjilati lehernya,lalu berkata,"Diam jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu,nurut saja kalau mau selamat".Dan si botak berkata padaku,"Hei sudah bangun ya,pacarmu boleh juga,kami pinjam dia sebentar ya,baru pergi",dia berkata sambil nepuk-nepuk pipiku,aku mau berontak tapi tidak bisa apa-apa.Lalu dia mendekati Desi dan berkata,"Ok,sayang,ini waktunya pesta,ayo kita bersenang-senang!"Dia menyuruh Desi ayak untuk menerapkan dan menyuruhnya membukakan celananya lalu mengulum batangnya.

Sambil menangis Desi memohon belas kasih,"Jangan...tolong jangan perkosa saya,ambil saja semua barang disini" belum selesai berkata-kata,"Plakk..." si botak membuat pipinya dan menjambak,dengan memaksa Desi ayak harus dibayar,"Masukkan ke dalam mulut,hisap atau saya bunuh!" Terpaksa dengan putus asa Desi membuka celananya dan begitu dia menurunkan celana dalamnya tampak hitam panjang berwarna hitam ,tanpa waktu yang cepat segera memasukkan benda itu ke mulut Desi,batang besarnya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu berlebihan,dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Desi.

Temannya yang gendut juga tidak tinggal diam,setelah dia melepaskan semua pakaiannya berdiri di samping Desi,menyuruh Desi mengocok batang perilakunya dengan tangan,batang si gendut tidak dengan neman,tapi diameternya cukup sesuai dengan tubuhnya.Sekarang Desi dalam posisi ayak dengan video mulut dijejali si botak dan tangan kanannya mengocok batang si gendut.

"Emmhh..benar-benar enak emutan gadis Asia,lain dari yang lain",kata si botak.

"Iya kocokannya juga enak banget,tangan halus nih"timpal yang gendut.Sibotak akhirnya ejakulasi dimulut Desi,cairan putih kental memenuhi mulut Desi meneteskan dipinggir seperti vampir baru darah,dan Desi menjalankan semuanya karena takut ancaman mereka.Setelah mereka melepaskan BH dan CD Desi sehingga dia benar-benar telanjang sekarang,tampaklah payudara 34b-nya dan bulu-bulu persembahannya yang lebat.

Kali ini si gendut duduk dipinggir dan menyuruh Desi berjongkok disambil memijit batang hadia dengan payudaranya.Desi terpaksa menggesek-gesekkan payudaranya pada saat menjilati ujung batangnya sehingga si gendut menyukai keenakan.Sementara itu si botak merupakan masalah di bawah video Desi dan menjilati liang vagina sambil menusuk-nusukkan jarinya ke liang vagina itu. 

Sekitar 10 menitdokocok,sigendut memuncratkan maninya dan cuci wajah serta payudara Desi.Kali ini dia sudah tak tahan dengan rasa cairan itu,sehingga dia memuntahkannya.Melihat si gendut itu jadi gusar,dia lalu menjambak rambut Desi dan pipinya sampai dia jatuh ke ranjang,"Pelacur,kurang ajar,berani-beraninya membuang air maniku...kalau sekali lagi begitu kurontokkan gigimu, dengar itu!” bentaknya. Kemarahanku bangkitanku diperlakukan begitu, aku meronta-ronta di kursiku tapinya terlalu kencang karena hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksiku si gendut berkata, “Kenapa? kamu tidak terima ya pacarmu kami pinjam, tapi sayang sekarang kamu tidak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..!”

Mereka kembali menggerayangi tubuh Widya, kali ini si gendut membuka lebar pahanya dan memasukkan batang kejantanannya ke liang video Widya. Batang besar yang besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang sita Widya yang masih sempit, sehingga dari wajah Widya terlihat dia menahan sakit yang amat sangat. Sementara itu si botak dengan ganasnya beradu lidah dengan Widya sambil ikut turut bekerja memilin-milin putingnya. Si gendut memaju-mundurkan pantatnya dengan cepat. Selama beberapa menit akhirnya badan Widya secara refleks memeluk si botak yang sedang menjilati payudaranya, dia mengalami orgasme akhirnya melemas kembali.

“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria Negro, gimana rasanya enak tidak, jawaabb..!” bentak si gendut sambil menarik.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata dia menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali!”
“Jawab lebih keras agar pacar loe dengar pengakuan loe!” kata si botak.
“Iya, saya suka sekali bercinta dengan kalian”, dijadikan dengan lebih keras.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata pacarmu, dia suka pada kami, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka.

Hatiku benar-benar serasa mau meledak tapi aku tidak bisa apa-apa. Kemudian si botak membuat posisi tubuh Widya gaya posisi anjing, masukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm ke pantatnya hingga terbenam secara keseluruhan, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda keras di pantat, Wi hingga kaget dan kaget sampai tiba-tiba teriakan panjang , “Aaahh..! Berhenti, kumohon jangan!” Mereka berdua malah tertawa-tawa menyaksikan hal itu. Si gendut menimpali, “Sstt, tenang sayang, jangan terlalu ribut, kalo ada orang masuk berdua celaka nanti!” Sekarang Widya sedang beraktivitas si gendut sementara si botak menggenjotnya dari belakang.

Payudaranya yang dipertontonkan itu juga dimainkan oleh mereka berdua. Tidak lama si botak ejakulasi karena terlalu sempit. Dari mulut Widya yang dipenuhi batang video yang besar itu hanya terdengar, “Emhh.. emhh.. emmhh!” berganti posisi lagi, kali ini si botak memangku Widya dengan membelakanginya dan menancapkan batang video mereka ke liang video Widya. Dia mendorong pantatnya naik turun, dan Widya pun tanpa teras, turut mengikuti irama gerak si gendut. Si botak mengambil sekaleng bir dari kulkas dan menyiramkannya ke tubuh Widya lalu menjilat-jilat tubuh dengan mulus itu. Si gendut juga sambil bergoyang menjilati leher jenjang Widya, lidah si botak lalu bermain sambil bermain-main dengan meremas-remas kenyal padat itu.

Setelah si gendut selesai dengan gaya pangkuannya, tentukan si botak belum puas. Dia memiringkan tubuh Widya mengangkat kaki kanan Widya ke bahunya dan mulai menancapkan tusukan-tusukan mautnya di liang anak Widya. Dia sakit ditambah nikmat itu dengan menggigit kain bantal, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba kedua bajingan itu, si botak tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan tenaganya. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Widya, lidahnya bermain-main di putingnya.

Akhirnya Widya pingsan karena kehabisan tenaga. Mereka membuang mani mereka di tubuh mulus dan meratakannya hingga mengkilap. Yang lebih kejam lagi si botak malah mengencingi tubuh yang sudah tidak berdaya lagi. Setelah itu mereka berkata padaku, “Hei, kami kembalikan tuh pacarmu, dia cantik tapi sayang terlalu lemah, baru segitu saja sudah pingsan, tapi kami cukup puas juga kok sama servisnya, thank you man, bye..” Mereka pun menghilang di bayangan malam bersama hasil jarahannya. Kasihan sekali nasib Widya sejak malam jahanam itu, dia sering termenung dan menangis sendirian.

Sepulangnya ke Jakarta dia juga tidak mau kembali lagi ke New York. Terpaksa kuliahnya dilanjutkan di Indonesia saja. Memang melalui terapi intensif, dia mulai bisa kembali bergaul seperti biasa. Tapi dia masih trauma pada orang negro, melihat negro di film pun dia kadang merasa agak kaget. Untung aku dan keluarganya terus memperhatikan dan masih mau menerima apa adanya. Yang merupakan pelakunya belum tertangkap, dan sejak itupun pindah apartemen agar tidak terlalu terpikir pada peristiwa nahas itu. Dan memang kabarnya daerah itu memang aman karena lokasinya tidak jauh dari tempat mangkalnya geng-geng dan tidak begitu. Aku hanya berharap suatu hari kedua bajingan itu didapat dan mendapat hukuman seberat-beratnya

http://202.95.10.206/


Minggu, 23 Juli 2023

BERCINTA DENGAN CEWEK BINAL DIRUMAHKU


http://202.95.10.206/

 "Dadanya montok,sayang kakinya bisulan.Yang satu itu boleh juga ,wah celana dalamnya berwarna hitam" Abdi sedang duduk di kantin kampusnya bersama teman-temannya.Biasanya Abdi suka bercanda dan tertawa keras-keras bersama teman-temannya.Tapibeberapa hari ini dia kelihatan agak lain dari biasanya,Bila sedang berada dikantin sekolah,dia kelihatan asyik memandangi orang-orang yang lewat,atau lebih tepatnya cewek-cewek cantik dan seksi yang sedang lewat.

Tiba-tiba Robi yang sedang duduk di samping Abdi menepuk bahunya sambil berkata. "Hei,ada apa denganmu? Kamu liat apa sih? kok diam aja dari tadi." "Ah tidak..." Jawab Abdi,pandangannya tetap terarah pada cewek cakep yang sedang duduk di seberang meja.Abdi sedang mencoba untuk melihat celana dalam cewek tersebut.Robi mencoba mengikuti pandangan Abdi,lalu dia tertawa keras-keras sambil menepuk-nepuk bahu Abdi lebih keras dari sebelumnya.

"Ada apa sih,sakit tau." Kata abdi dengan kesal.

"Jangan-jangan...kamu tertarik sama Mutia yah". kata Robi.

"Apa...maksudmu."Wajah Abdi sedikit memerah,karena ketahuan sedang memandangi Mutia.

"Abdi tertarik ama Mutia? Wah ini berita besar nih .Ntar kita sebarkan pada teman-teman sekelas."Kata Idan yang duduk berhadapa dengan Robi.

"Hei,jangan macam-macam ya kalian.Awas kalo kalian berani bilang." Ancam Abdi.

"Wah,mengancam nih.Ini berarti...dia memang ada maksud sama si Mutia."Tawa Idan .

"Ah sudahlah,bosan aku bicara sama kalian."Kata Abdi sambil bankit berdiri dari kursinya dan kembali ke kelasnya.

"Udah bosan sama kita katanya."Ledek Robi. "Sekarang dia udah mau sama si Mutia."

Teman-teman lain yang juga duduk satu meja dengan Abdi tertawa terbahak-bahak.Saat ini Abdi sedang memasuki tahun kedua pada kuliahnya.Entah kenapa,akhir-akhir ini,gairah sex Abdi menjadi menjadi lebih tinggi dari biasanya.Setiap kali melihat cewek seksi yang pakai rok mini lewat,dia suka berangan-angan sedang bercumbu dengan cewek tersebut,melepaskan BH dan celana dalamnya perlahan-lahan,kemudian meremas-remas kedua dadanya,lalu mengelus-elus vaginanya dengan lembut.

"Aku pulang"Kata Abdi

Seperti biasanya, setelah melemparkan tasnya ke dalam kamarnya, dia langsung menuju dapur untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Akan tetapi, alangkah terkejutnya dia, saat dia sampai di dapur, dia melihat seorang cewek berambut panjang yang tidak dikenalnya sedang memasak indomie. Andy spontan berkata dengan agak kasar. “Siapa kamu!”

Cewek itu membalikkan tubuhnya, dan terlihatlah dua buah dada yang besar dan montok, pinggul yang ramping serta sepasang kaki yang halus. Andy terkesima sejenak, apalagi cewek itu sedang mengenakan celana pendek serta T-shirt berwarna putih yang tidak menutupi bagian pusarnya. “Er.. saya.. saya mahasiswa baru yang akan menginap disini.” Jawab cewek itu, wajahnya yang cantik dan polos kelihatan cemas dan khawatir, karena dia takut dia akan disangka maling.

“Oh iya.” Kata Andy. Dia baru teringat akan perkataan orang tuanya, bahwa ruang kosong yang ada di lantai satu akan disewakan kepada dua orang mahasiswa tahun pertama.
“Tapi.. bukankah ada dua orang? Yang satu lagi ada dimana?” Tanya Andy.
“Er.. teman saya besok baru bisa datang.” Jawab gadis itu.
“Oh, begitu ya, em.. nama saya Andy. Barusan.. sori yah, soalnya saya lupa.” Kata Andy dengan wajah yang agak memerah, soalnya barusan dia telah membentaknya dengan keras.
“Oh, tidak apa-apa. Nama saya Elisa.” Kata gadis itu.

Jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore. Andy sedang duduk di lantai kamarnya, nafasnya terengah-engah, tangan kirinya sedang membalik-balik halaman majalah Playboy yang dia pinjam dari temannya, sementara tangan kanannya sedang mengocok-mengocok penisnya dengan cepat.

Tidak lama kemudian, saat dia merasa akan orgasme, dia cepat-cepat mengambil kantong plastik yang sudah disediakan disampingnya, lalu disemprotkan spermanya ke dalam kantong plastik tersebut.

Untuk beberapa saat, Andy duduk termenung di lantai kamarnya, sambil membayangkan tubuh Elisa yang seksi. Malam itu, Andy tidak bisa tidur. Setelah berguling-guling di tempat tidurnya selama setengah jam, akhirnya dia memutuskan untuk turun ke dapur untuk mencari makanan. Orang tua Andy sedang bepergian keluar kota bersama kedua adiknya yang kebetulan sedang liburan. Mereka baru pulang pada keesokan harinya, jadi rumah Andy menjadi lebih sepi dari biasanya. Malam itu rumah Andy hanya dihuni oleh 4 orang, yaitu: Andy, tantenya, seorang pembantu rumah tangga, dan mahasiswi yang baru masuk itu. Kamar Andy terletak di lantai dua, sementara kamar tantenya, dan kamar si pembantu rumah tangga terletak di lantai tiga.

Saat Andy tiba di lantai satu dan hendak menuju ke dapur, dia melihat Elisa baru saja keluar dari toilet sambil mengenakan piyama yang sedikit tembus pandang. Elisa melihat ke arah Andy dan tersenyum, kemudian dia langsung menuju ke kamarnya yang terletak di lantai satu.

Jam dinding yang tergantung di dapur menunjukkan pukul 12.30 malam. Andy sudah menghabiskan semangkuk indomie, dan sekarang sedang duduk melamun di dapur. Dia tidak bisa melupakan lekuk tubuh Elisa yang seksi itu. Semakin dipikir, Andy semakin bernafsu, dan akhirnya, setelah duduk melamun di dapur selama sepuluh menit, Andy memutuskan untuk memasuki kamar Elisa dan melihat tubuhnya secara langsung.

Mula-mula Andy kembali ke kamarnya untuk mengambil kunci kamar Elisa yang dititipkan ibunya kepadanya. Ibu Andy takut kalau-kalau mahasiswi yang baru masuk itu akan melakukan perbuatan terlarang di kamar tersebut, sehingga dia menitipkan kunci cadangan kepada Andy.

Andy lalu turun lagi ke dapur dan mematikan lampu dapur, sehingga sekarang suasananya menjadi gelap gulita. Setelah itu Andy langsung menuju ke kamar Elisa. Saat Andy memasukkan kunci tersebut dan memutarnya, terdengar bunyi “Klik!” yang lumayan keras, karena waktu itu sudah larut malam, sehingga bunyi yang kecil pun terdengar cukup jelas.

Andy menunggu sejenak karena takut kalau-kalau Elisa terbangun. Setelah memastikan bahwa Elisa masih tertidur lelap, dia lalu memasuki kamar Elisa, menutup pintu tersebut dengan perlahan-lahan, dan mengunci pintu tersebut, untuk berjaga-jaga.

Andy lalu bergerak ke tempat tidur Elisa. Elisa tidak menutup tirai jendela kamarnya, sehingga cahaya bulan yang berasal dari luar adalah satu-satunya penerangan di kamar itu, tapi cukup bagi Andy untuk melihat sekeliling ruangan.

Saat itu Elisa sedang tidur menghadap ke samping sambil memeluk gulingnya. Andy lalu berdiri di samping tempat tidur Elisa sambil menatap posisi tidurnya. Saat Andy melihat wajah Elisa yang polos dan lembut, untuk sesaat gairah sexnya hilang, digantikan oleh suatu perasaan aneh yang bergejolak di hatinya.

Namun saat Andy melihat punggung Elisa, terlihat baju piyamanya agak tersingkap ke atas, dan celana dalamnya yang berwarna cerah menyembul keluar dari celana panjangnya. Tiba-tiba saja, gairah sex Andy muncul kembali.

Andy lalu dengan tangan yang gemetaran mencoba memegang pantat Elisa, dan pada saat tangannya bersentuhan dengan pantat Elisa, kontan batang penis Andy menegang.

Andy biasanya hanya melihat cewek bugil melalui majalah atau VCD porno saja, jadi dia tidak pernah melihatnya secara langsung. Pada saat ini, seorang cewek seksi sedang terbaring di depan matanya, tentu saja gairah sex-nya langsung mencapai batas maksimal.

Akhirnya Andy tidak tahan lagi. Dia lalu memutarkan tubuh Elisa ke arahnya, melepaskan tangan Elisa dari gulingnya, lalu mengambil guling tersebut dan meletakkannya di atas lantai.

Kemudian Andy melepaskan kancing baju Elisa satu persatu. Saat Andy selesai membuka baju tidur Elisa, terlihatlah, BH yang berwarna putih dan bercorak bunga-bunga menutupi buah dada Elisa yang besar, pada saat ini, batang penis Andy kontan menegang hingga batas maksimal. Saat-saat ini hampir sama seperti saat Andy melihat gambar porno untuk pertama kalinya.

Dengan tangan yang semakin gemetaran, Andy lalu mengelus-elus dada Elisa yang masih terbungkus BH itu dengan perlahan-lahan. Saking bergairahnya, Andy bahkan merasakan bahwa batang penisnya ikut bergetar.

Andy lalu menurunkan celana panjang Elisa perlahan-lahan sampai pada lututnya, dan terlihatlah celana dalam Elisa beserta pahanya yang mulus.

Tangan kanan Andy lalu mengelus-elus paha Elisa yang lembut itu, sementara tangan kirinya meremas-remas bagian atas dada Elisa yang tidak tertutup oleh BH dengan perlahan-lahan. Setelah mengelus-elus paha dan dada Elisa selama beberapa saat, Andy merasa bahwa dia sudah tidak tahan lagi. Ingin rasanya dia melepaskan celana dalam Elisa, dan menusukkan batang penisnya kuat-kuat ke dalamnya.

Akan tetapi, pada saat inilah Elisa terbangun dari tidurnya. Saat Elisa membuka matanya, dia sangat terkejut karena seseorang sedang berdiri di samping tempat tidurnya sambil memegangi paha dan dadanya. Kontan dia menjerit “Tolong..!”

Melihat hal ini, secara refleks Andy langsung menutup mulut Elisa dengan tangan kanannya, dan dia juga segera tidur tertelungkup di atas tubuh Elisa supaya Elisa tidak melarikan diri. Namun Elisa juga tidak menyerah begitu saja, dia terus berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Andy, kedua tangannya terus sembarangan pukul, dan kedua kakinya juga terus-menerus menendang.

Selama kira-kira lima menit, Elisa terus meronta dan meronta, namun biar sekuat apapun dia memukul dan menendang, dia tetap tidak dapat menyingkirkan tubuh Andy yang sedang menekannya dengan keras. Namun pada saat sinar bulan yang melalui jendela mengenai wajah Andy, wajah Elisa memperlihatkan ekspresi terkejut yang teramat sangat. Air mata tiba-tiba mengalir turun membasahi pipinya, dan entah kenapa, perlawanan Elisa berangsur-angsur melemah, dan pada akhirnya dia malah tidak memberikan perlawanan sama sekali, entah karena tenaganya telah terkuras habis, atau karena dia sudah pasrah akan nasibnya, atau mungkin juga karena alasan lain.

Rintihan dan rontaan Elisa tadi malah membuat nafsu sex Andy semakin meningkat, dan pada saat ini nafsu sex-nya sudah mencapai tahap klimaks. Melihat Elisa yang sudah tidak memberikan perlawanan lagi, Andy langsung meremas-remas tubuh Elisa dengan kasar.

Mula-mula Andy melepaskan tangan kanannya dari mulut Elisa dengan perlahan-lahan. Setelah melihat bahwa Elisa tidak berteriak lagi, dia langsung meremas-remas kedua dada Elisa yang masih terbalut BH berwarna putih itu dengan bernafsu.

Tidak lama kemudian, dia pun merobek baju piyama Elisa, dan membuangnya ke lantai. Rintihan kesakitan Elisa membuat Andy semakin bergairah. Andy lalu melepaskan celana panjang Elisa dan sementara kedua tangannya tetap meremas-remas dada Elisa, lidahnya menjilat-jilat vagina Elisa yang masih terbungkus oleh celana dalam itu.

Setelah selang beberapa waktu, Andy lalu menciumi bagian dada Elisa yang tidak tertutup oleh BH, sekaligus menjilatinya. Andy juga menciumi bagian leher dan bibir Elisa dengan paksa.

Setelah puas menciumi Elisa, Andy lalu melepaskan BH dan celana dalam Elisa, sehingga sekarang Elisa sedang dalam keadaan telanjang bulat dan dalam posisi tidur terlentang di atas tempat tidurnya.

Melihat kedua dada Elisa yang besar dan berisi, serta vaginanya yang dipenuhi oleh bulu-bulu halus, Andy tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi. Dia langsung melepaskan baju, celana, dan celana dalamnya, sehingga mereka berdua sekarang dalam keadaan telanjang bulat.

Tangan kiri Andy lalu meraba-raba vagina Elisa, sementara tangan kanannya memutar-mutar puting susu Elisa. Perbuatan Andy membuat tubuh Elisa sedikit bergetar karena saking gelinya. Tidak lama kemudian, Andy merasakan vagina Elisa mulai basah dan mengeluarkan cairan.

Andy lalu menusukkan batang penisnya ke dalam vagina Elisa. Tindakan ini, membuat Elisa menjerit kesakitan, namun Andy sudah tidak peduli lagi. Walaupun Elisa menangis terisak-isak, Andy tetap saja mencengkram kedua dada Elisa sambil memompa vaginanya dengan keras. Andy yang sekarang sudah kehilangan akal sehatnya dan sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Sekarang tujuannya hanya satu, yaitu menyetubuhi gadis yang sekarang sedang tidur terlentang di hadapannya.

Namun entah karena rasa takut atau malu, Elisa berusaha untuk menahan dan memperkecil suara teriakannya. Sementara itu, Andy terus menggerakkan pantatnya naik turun sesuai irama. Rintihan kesakitan Elisa hanya membuatnya semakin bersemangat.

Walaupun penis Andy sedang melakukan tugasnya keluar masuk vagina Elisa, tangannya juga tidak tinggal diam. Kedua tangannya terus meremas-remas kedua dada Elisa dengan keras, sehingga kadang-kadang Elisa merintih. “Ahh.. sakit bang.. AHH.. jangan bang..”

Setelah memompa vagina Elisa selama kira-kira 15 menit, Andy akhirnya menyemburkan spermanya ke dalam vagina Elisa, membuat Elisa menjerit tertahan.

Biasanya setelah ejakulasi penis Andy akan menjadi lemas dan mengecil, dan dia juga akan terduduk lemas, akan tetapi karena ini adalah pertama kalinya Andy melakukan sex nyata dengan seorang wanita, sehingga penisnya tetap saja menegang, dan rasanya dia masih punya kekuatan untuk melakukannya sekali lagi, atau bahkan mungkin dua kali lagi.

Namun Andy tidak ingin terburu-buru, dia ingin menikmati malam ini hingga sepuas-puasnya. Andy lalu memain-mainkan kedua dada dan puting susu Elisa. Mula-mula dia meremas-remas dada Elisa, seperti tukang susu yang sedang memerah susu sapi. Lalu dia memutar-mutar puting susu Elisa, dan menjilatinya serta menghisapnya.

Mulut Andy menghisap-hisap dada sebelah kiri Elisa, sedangkan tangan kanannya meremas-remas dada Elisa yang satu lagi. Lalu tangan kirinya digunakan untuk meraba-raba paha dan vagina Elisa.

Gerakan Andy yang makin lama makin mengganas itu membuat Elisa merintih dan meronta. “Jangan bang.. cukup bang.. ahh.. Akhh.. sakit bang..” Namun Andy tidak peduli. Andy dengan tubuhnya yang lumayan kekar itu tetap menekan tubuh Elisa, sehingga dia tidak bisa banyak bergerak.

Setelah menghisap puting susu Elisa selama beberapa saat, Andy lalu menurunkan kepalanya sampai sejajar dengan vagina Elisa, dan diapun mulai menjilat-jilati vagina Elisa. Mula-mula Andy menjilati bagian luar vagina Elisa. Kemudian secara perlahan-lahan dia pun mulai menjilati bagian dalam vagina Elisa, sambil sesekali menusuk-nusukkan lidahnya kedalam vagina tersebut.

Gerakan lidah Andy yang semakin mengganas itu membuat Elisa merintih dan mengerang. “Ah.. geli bang.. Ahh.. Ahh.. AHH.. jangan.. bang..”

Setelah puas menjilati vagina Elisa, Andy lalu mengangkat kedua kaki Elisa dan meletakannya di atas kedua pundaknya. Andy lalu kembali menusukkan penisnya ke dalam vagina Elisa dan menekan kedua paha Elisa hingga menyentuh kedua dadanya sendiri, lalu Andypun mulai memompa vagina Elisa lagi.

Melihat hal ini, Elisa berusaha untuk menolak tubuh Andy. Namun tenaganya saat ini sudah terkuras habis, sehingga dia hanya pasrah saja, sambil sesekali merintih dan mengerang.

Mula-mula pantat Andy bergerak maju mundur dengan perlahan, dan gerakannya sedikit demi sedikit dipercepat. Namun sesudah lebih dari 10 menit, pantatnya digerak-gerakkan dengan cepat dan kasar, sehingga suara rintihan Elisa terdengar semakin keras dan terputus-putus.

Tidak lama kemudian, Andy pun menembakkan spermanya ke dalam vagina Elisa untuk yang kedua kalinya.

Walaupun sudah berejakulasi untuk yang kedua kalinya, namun nafsu sex Andy tetap saja tinggi. Dia lalu mengganti posisi Elisa dan mulai memompa vaginanya lagi, sambil meremas-remas kedua dadanya.

Kali ini Elisa tidak merintih dan meronta lagi, badannya tergeletak lemas di atas ranjang. Dia merasakan dada dan vaginanya sudah mati rasa. Matanya menatap ke atas rembulan yang sedang menggantung di langit malam. Pandangannya menerawang jauh..

Keesokan harinya, kedua orang tua Andy beserta adik-adiknya akhirnya pulang dari rekreasi. Teman Elisa yang satu lagi juga telah tiba di rumah Andy.

Namun Elisa sepertinya tidak mengatakan hal tersebut kepada siapa-siapa, termasuk teman sekamarnya, soalnya semua orang melakukan kegiatan sehari-harinya seperti biasanya, dan setiap kali Andy berpapasan dengan Lidya, teman sekamar Elisa, Lidya selalu tersenyum kepadanya, seakan-akan antara Andy dan Elisa tidak pernah terjadi apa-apa.

Satu hal yang berubah adalah, Elisa selalu berusaha untuk menghindari Andy, sama halnya dengan Andy, setiap kali melihat Elisa, dia juga selalu berusaha untuk menghindar.

Lima hari kemudian, Elisa tiba-tiba mengatakan bahwa dia hendak pindah ke tempat lain. Hal ini tentu saja mengejutkan semua orang. Sewaktu ditanya alasannya, dia hanya berkata bahwa tempat kosnya yang baru lebih dekat dengan kampusnya, dan Lidya juga ikut pindah bersamanya.

Setelah Elisa pindah keluar, Andy masuk ke kamar itu lagi. Dia melihat-melihat ruangan itu sejenak, kemudian saat dia hendak melangkah keluar, dia melihat keranjang sampah kecil yang terletak di sudut ruangan hanya terdapat tiga gumpalan kertas. Karena penasaran, Andy lalu mengambil tiga kertas tersebut, dan diluruskannya kertas-kertas itu.

Kertas yang pertama hanya berisi coret-coretan yang tidak penting. Sedangkan kertas yang kedua dan ketiga merupakan sobekan dari sebuah diari. Kertas yang kedua hanya berisi tentang perjalanan Elisa dari rumahnya sampai ke rumah Andy. Sedangkan saat Andy selesai membaca kertas yang terakhir, tanpa disadarinya, air matanya mengalir turun membasahi pipinya. Hatinya serasa bagaikan disayat sembilu.

Isi kertas yang terakhir adalah sebagai berikut: “lalu saat saya sedang memasak indomie di dapur, tiba-tiba seorang cowok membentakku. Saya sangat terkejut. Tapi setelah kami berbincang-bincang, rupanya dia adalah anak pemilik rumah ini, namanya Andy. Menurutku orangnya lumayan cakep, dan entah kenapa, sewaktu saya berbincang-bincang dengannya, rasanya ada sebuah perasaan aneh muncul di hatiku. Siang itu tidak ada hal yang istimewa, dan malamnya saya makan malam bersama Andy dan tantenya.

Setelah makan malam saya langsung kembali ke kamar dan membaca buku sampai lupa waktu. Malam ini haid saya datang lagi, sungguh membuatku kesal. Akan tetapi, mungkin saya juga harus berterima kasih kepadanya, karena saat saya keluar dari toilet, saya berpapasan dengan Andy. Saya hanya tersenyum kepadanya karena badan saya sudah lemas gara-gara haid, padahal sebenarnya saya ingin berbincang-bincang banyak dengannya.

Kenapa ya setiap kali bertemu dengan Andy, jantungku selalu berdebar keras? Apakah mungkin, saya jatuh cinta kepadanya? Wah, jadi malu nih. Baiklah, besok saya pasti akan mengajaknya ngobrol. Semoga besok cepat datang.”

http://202.95.10.206/


Sabtu, 22 Juli 2023

TUBUH SEXY SEPUPUKU TERSAYANG


http://202.95.10.206/

Cerita ini terjadi pada tahun 2013 dan merupakan cerita nyata.Pada saat aku masih kuliah di semester 2,ibuku sakit dan dirawat dikota Bandung.Oh iya aku tinggal dikota Jakarta.Cukup jauh sih dari kota Bandung.Karena ibuku sakit,sehingga tidak ada  yang masak dan menunggu dagangan.Soalnya adik-adikku semua masih sekolah.Akhirnya aku usul kepada ibuku kalau sepupuku yang ada di kota lain menginap disini (dirumahku).Dan ide itupun disetujui.Maka datanglah sepupuku tadi.

Sepupuku (selanjutnya aku panggil Vira) orangnya sih tidak terlalu cantik,tingginya sekitar 160cm,dadanya masih kecil (tidak nampak montok seperti sekarang).Tetapi dia itu akrab sekali dengan aku.Aku dianggapnya seperti kakak sendiri.Nah kejadian itu waktu aku lagi liburan semester.Waktu liburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku.Otomatis dong aku banyak menghabiskan waktu dengan Vira.Mula-mulanya sih biasa-biasa saja,layaknya hubungan kami sebagai sepupu.Suatu malam,kami (aku,Vira dan adik-adikku) sudah ingin tidur.Adikku masing-masing tidur dikamarnya masing-masing.Sedang aku yang suka menonton TV,memilih tidur di depan TV.Nah ketika sedang menonton TV,datang Vira dan nonton bersamaku,rupanya Vira belum tidur juga.

Sambil nonton,kami berdua bercerita mengenai segala hal yang bisa kami ceritakan,tentang,diri kami masing-masing dan teman-teman kami.Nah,ketika sedang nonton TV,dimana film di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan perempuan.Eh,Vira itu merespon dan bicara padaku,"wah temenku sih biasanya begituan (ciuman)."Terus aku jawab,"eh...kok tau....?" Rupanya teman vira yang pacaran itu suka cerita ke Vira kalau dia waktu pacaran pernah ciuman bahkan sampai "Anu" teman Vira itu sering dimasuki jari pacarnya.Tidak tanggung-tanggung,bahkan sampai dua jarinya masuk.

Setelah kukomentari lebih lanjut,aku menebak bahwa Vira nih ingin juga kali.Terus aku bertanya padanya "eh,kamu mau juga nggak...? Tanpa kuduga,ternyata dia mau.Wah kebetulan nih.Dia bahkan bertanya,"sakit nggak sih..?"ya kujawab saja,"Ya nggak tau lah,wong belum pernah...gimana...mau nggak...?"Vira berkata, "Iya deh,tapi pelan-pelan ya...? kata temenku kalo jarinya masuk dengan kasar, 'anunya' jadi sakit." "Iya deh...!,jawabku.Kami berdua masih terus menonton TV 

Waktu itu kami tiduran dilantai.Kudekati dia dan langsung tanganku menuju selangkangannya.Kuselusupkan tangan kananku ke dalam CD nya dan kuelus elus dengan lembutnya.Vira tidak menolak,bahkan dengan sengaja merebahkan tubuhnya,dan kakinya agak diselonjorkan.

Saat merabanya,aku seperti memegang pembalut dan setelah kutanya ternyata memang sejak lima hari lalu dia sedang menstruasi.Aku tidak mencoba membuka pakaian maupun CD-nya,maklumlah takut kalau ketahuan adik-adikku.Dengan CD nya masih melekat di tubuhnya,ku raba didaerah atas kemaluannya.Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut,tapi sudah agak banyak seperti bulu-bulu yang ada ditanganku.Kuraba terus dengan lembut ,tapi belum sampai menyentuh anunya,dan terdengar suara desahan walau tak terlalu keras.Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jari-jariku segera menyentuh kemaluannya.Segera ku penuhi keinginannya itu.Waktu pertama kusentuh kemaluannya,dia terjengat dan mendesis.Kugosok-gosok bibir kewanitaannya sekitar 5 menit,dan akhirnya kumasukkan jari tengahku ke liang senggamanya."Auw...,"begitu reaksinya setelah jariku masuk setengahnya dan tangannya memegangi tanganku.Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku,Eeeeessshhh..."desisnya.Lalu kutanya,"Gimana...?"Sakit...?"Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang telapak tangan kananku,seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku.Sambil terus kukeluar-masukkan jariku,Vira juga tampak meram serta mendesas-desis keenakan.

Sementara terasa di dalam CD-ku,batang kemaluanku juga bangun,tapi aku belum berani untuk meminta Vira memegang rudalku.Sekitar 10menit peristiwa itu terjadi.Kulihat dia tambah deras sesisnya dan kedua kakinya dirapatkan ke kaki kiriku.Sepertinya dia telah mengalami klimaks,dan kami akhirnya tidur dikamar masing-masing

Hari berikutnya,aku dan Vira siap-siap membuka warung,adikku siap-siap berangkat sekolah,sehingga hanya ada aku dan Vira diwarung.Hari itu Vira jadi lebih berani padaku.Di dalam warungku sambil duduk dia berani memegang tangankudan menuntutnya untuk memegang kemaluanku.Waktu itu dia memakai hem dan rok diatas lutut ,hingga aku langsung bisa memegang selangkangannya yang terhalang CD dan pembalut.Kaget juga aku,soalnya inikan lagi diwarung."Nggak pa pa mas...,kan lagi sepi",katanya dengan enteng seakan mengerti yang aku pikirkan."Lah kslo ada pembeli gimana nanti...?",tanyaku."Ya udahan dulu,baru setelah pembelinya balik,kita lanjutin lagi,ok...?,jawabnya.Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangannya.

Hal tersebut kulakukan sambil mengawasi dari luar warung kalau ada pembeli datang.Sementara aku sementara aku mengelus selangkangannya,Vira mencengkram  pahaku sambil bibirnya digigit pelan tanda menikmati balaianku.Peristiwa itu kuakui sangat membuatku terangsang sekali,sehingga celana pendekku langsung terlihat menonjol yang pertanda batang kejantananku ingin berontak. "Lho mas,anu-nya mas kok ngaceng...?",katanya.Ternyata dia melihatku,kujawab,"Iya ini sih tandanya aku masih normal...."Aku terus melanjutkan pekerjaanku.
Tanpa kusadari dia pun mengelus-elus celanaku,tepat dibagian batang kemaluanku.

Kadang dia juga menggenggam kemaluanku sehingga aku jadi merasa keenakan.Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya,tiba-tiba aku melihat di kejauhan ada anak yang sepertinya mau membeli sesuatu diwarungku.Kubisiki dia,"Heh ada orang tuh...!stop dulu ya...? aku menghentikan elusanku dia berdiri dan berjalan kedepan warung.Benar saja untung kami menghentikan kegiatan kami,kalo tidak ,wah bisa berabe nanti.Sehabis melayani anak itu,dia balik lagi duduk di sebelahku  dan kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, karena terlalu beresiko. Jadi kami seharian hanya saling mengelus di bagian luar saja. Malam harinya kami melakukan lagi.
Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur.

Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikut tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke selangkangannya. Aku yang langsung diperlakukan demikian merasa mengerti dan langsung aku masuk ke dalam CD-nya, dan langsung memasukkan jariku ke kemaluannya. Sedangkan dia juga langsung memegang batang kejantananku. “Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan”, kataku. Dia mengangguk dan aku langsung mencopot CD-nya. Saat itu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan langsung tanganku mengorek-ngorek lembah kewanitaannya dengan jari telunjukku. Aku juga menyuruh mengeluarkan batang kejantananku dari CD-ku , sehingga dia kini bisa melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek kemaluannya, kukeluar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya.

Kulihat batang kemaluanku hanya digenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu batangku, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih. “Eehhhsssttt… Eehhhsssttt… Ouw.., eehhhsssttt… Eehhhsssttt… Eehhhssstt..” Begitu erangannya saat kukeluar masukkan jariku. Kumasukkan jariku lebih dalam lagi ke liang kewanitaannya dan dia mendesis lebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nanti adikku terbangun. “Kocokkannya lebih pelan dong.. !”, kataku yang merasa kocokkannya terhenti. Kupercepat gerakan jariku di dalam liangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan ke belakang, seakan dia lagi menggauli jariku. Dan akhirnya, “Oh. ., oohhh.. Oohhh. . Ohhh..” Rupanya dia mencapai klimaksnya yang pertama, sambil kakinya mengapit dengan keras kaki kananku. Kucabut jariku dari kemaluannya, kulihat masih ada noda merah di jariku. Karena aku belum puas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan kutuntun Anita. Di kamar mandi aku minta dia untuk mengocok batang kejantananku dengan tangannya.

Aku lepaskan celanaku, setelah itu CD-ku dan batang kejantananku langsung berdiri tegap. Kusuruh dia mengambil sabun dan melumuri tangannya dengan sabun itu, lalu kusuruh untuk segera mengocoknya. Karena belum terbiasa, sering tangannya keluar dari batangku, terus kusuruh agar tangannya waktu mengocok itu jangan sampai lepas dari batangku. Setelah lima menit, akhirnya aku klimaks juga, dan kusuruh menghentikan kocokannya. Seperti pagi hari sebelumnya, kami mengulangi perbuatan itu lagi. Tidak ada yang dapat kuceritakan kejadian pagi itu karena hampir sama dengan yang terjadi di pagi hari sebelumnya. Tapi pada malam harinya, seperti biasa, aku sendirian nonton TV. Anita datang, sambil tiduran dia nonton TV. Tapi aku yakin tujuannya bukan untuk nonton, dia sepertia ketagihan dengan perlakuanku padanya. Dia langsung menuntun tanganku ke selangkangannya. Aku bisa menyentuh kewanitaannya, tapi ada yang lain.

Kini dia tidak memakai pembalut lagi. “Eh, kamu udah selesai mens-nya..?”, tanyaku. “Iya, tadi sore khan aku udah kramas, masa nggak tau.. ?”, katanya. Aku memang tidak tahu. Karena memang aku kurang peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku jadi membayangkan yang jorok, wah batang kejantananku bisa masuk nich. Kuraba-raba CD-nya. Tepat di lubang kemaluannya, aku agak menusukkan jariku, dan dia tampak mendesis perlahan. Tangannya kini sudah membuka restleting celana pendekku, selanjutnya membukanya, dan CD-ku juga dilepaskankan ke bawah sebatas lutut.

Digenggamnya batang kejantananku tanpa sungkan lagi (karena sudah sering kali ya..?). Aku juga membuka CD-nya, tapi karena dia masih memakai rok mini lagi, jadi tidak ketahuan kalau dia sekarang bugil di bagian bawahnya. Dia kini dalam keadaan mengangkang dengan kaki agak ditekuk. Kuraba bibir kemaluannya dan dengan agak keras, kumasukkan seluruh jari telunjukku ke lubang senggamanya. “Uhhh.. Essshhh.. Eessshhh.. Essshhh..” , begitu desisnya waktu kukeluar masukkan jariku ke lubang senggamanya. Sementara dia kini juga berusaha mengocok batang keperkasaanku, tapi terasa masih sakit.

Kukorek-korek lubang kemaluannya. Lalu timbul keinginanku untuk melihat kemaluannya dari dekat. Maklumlah, aku khan belum melihat langsung bentuk kemaluan wanita dari dekat. Paling-paling dari film xxx yang pernah kutonton. Ku ubah posisiku, kakiku kini kuletakkan di samping kepala Anita, sedangkan kepalaku berada di depan kemaluannya, sehingga aku dengan leluasa dapat melihat liang kewanitaannya.

Dengan kedua tanganku, aku berusaha membuka bibir kemaluannya. Tapi, “Auw. . Diapaain Mas..? Eshhh.. Uuhhh. ”, desisannya tambah mengeras. “Sorry.., sakit ya..? Aku mo lihat bentuk anumu nih, wah bagus juga yach..!”, sambil terus kukocokkan jariku. Kulihat daging di lubangnya itu berwarna merah muda dan terlihat bergerak-gerak. “Wah, jariku aja susah kalo masuk kesini, apalagi anuku yang kamu genggam itu ya..?” , pancingku. Dia diam saja tidak merespon, mungkin lagi menikmati kocokan jariku karena kulihat dia memaju mundurkan pantatnya. “Eh, sebenarnya yang enak ini mananya sich..?” , tanyaku. Tangan kirinya menunjuk sepotong daging kecil di atas lubang kemaluannya. “Ini nich.. , kalo Mas kocokkan jarinya pas menyentuh ini rasanya kok gatel-gatel tapi enak gitu.” “Mana.., mana.., oh ini ya..?” , kugosok daging itu (yang kemudian kuketahui bernama klitoris) dan dia makin kuat menggenggam batang kemaluanku. “Ahhh. Auu.. Enakkkk Maaasss… Eeehhh… Aaahhh.. Truusss Masss, terusiinn.. Ohhh..!” Tangannya setengah tenaga ingin menahan tanganku, tapi setengahnya lagi ingin membiarkan aku terus menggosok benda itu. Dan akhirnya, “Uhh.. Uhhh.. Uuhhh.. Ahhh.. Aahhh.” , dia mencapai klimaks. Aku terus menggosoknya, dan tubuhnya terus menggelinjang seperti cacing kepanasan. Lalu kubertanya, “Eh, gimana kalo anuku coba masuk ke sini…? Boleh nggak..? Pasti lebih enakan..!” Dia hanya mengangguk pelan dan aku segera merubah posisiku menjadi tidur miring sejajar dengan dia.

Kugerakkan batang kejantananku menuju ke lubang kemaluannya. Kucoba memasukkan, tapi rasanya tidak bisa masuk. Kurubah posisiku sehingga dia kini berada di bawahku. Kucoba masukkan lagi batangku ke lubangnya. Terasa kepala anuku saja yang masuk, dia sudah mendesis-desis. Kudorong lebih dalam lagi, tangannya berusaha menghentikan gerakanku dengan memegang batangku. Namun rasanya nafsu lebih mendominasi daripada nalarku, sehingga aku tidak mempedulikan erangannya lagi. Kutekan lagi dan, “Auuuwww.. Ehhssaaakkkiittt..!” Aku berhasil memasukkan batang anuku walau tidak seluruhnya. Aku diam sejenak dan bernapas. Terasa anunya memeras batangku dengan keras. “Gimana, sakit ya.., mo diterusin nggak..?” , tanyaku padanya sambil tanganku memegang pantatnya. Dia tidak menjawab, hanya terdengar desah nafasnya. Kugerakkan lagi untuk masuk lebih dalam. Mulutnya membuka lebar seperti orang menjerit, tapi tanpa suara.

Karena dia tetap diam, maka kulanjuntukan dengan mengeluarkan batangku. Dan lagi-lagi dia seperti menjerit tapi tanpa suara. Saat kukeluarkan, kulihat ada noda darah di batangku. Aku jadi kaget, “Wah aku memperawaninya nih.” “Gimana.. , sakit nggak.. , kalo nggak lanjut ya.. ?”, tanyaku. “Uhhh.. Tadi sakiiittt sich… Uhhh. Geeelii.” Begitu katanya waktu anuku kugesek-gesekkan. Setelah itu kumajukan lagi batang kejantananku, Anita tampak menutup matanya sambil berusaha menikmatinya. Baru kali ini batangku masuk ke liangnya wanita, wah rasanya sungguh nikmat. Aku belum mengerti, kenapa kok di film-film yang kulihat, batang kejantanan si pria begitu mudahnya keluar masuk ke liang senggama wanita, tapi aku disini kok sulit sekali untuk menggerakkan batang kejantananku di liang keperawanannya. Namun setelah beberapa menit hal itu berlangsung, sepertinya anuku sudah lancar keluar masuk di anunya, maka agak kupercepat gerakan maju mundurku di liangnya. Kurubah posisiku hingga kini dia berada di bawahku. Sambil masih kugerakkan batangku, tanganku berusaha mencapai buah dadanya. Kuremas-remas buah dadanya yang masih kecil itu bergantian, lalu kukecup puting buah dadanya dengan muluntuku. Dia semakin bergelinjang sambil mendesis agak keras.

Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 10 menitan, kaki Anita berada di pantatku dan menekan dengan keras pantatku. Kurasa dia sudah orangasme, karena cengkeraman bibir kemaluannya terhadap anuku bertambah kuat juga. Dan karena aku tidak tahan dengan cengkeraman bibir kemaluannya, akhirnya, “Crot.. Crot.. Crot..” , air maniku tumpah di vaginanya. Serasa aku puas dan juga letih. Kami berdua bersimbah keringat. Lalu segera kutuntun dia menuju kamar mandi dan kusuruh dia untuk membersihkan liang kewanitaannya, sedangkan aku mencuci senjataku. Setelah itu kami kembali ke tempat semula. Kulihat tidak ada noda darah di karpet tempat kami melakukan kejadian itu. Dan untung adik-adikku tidak bangun, sebab menuruntuku desisan dan suara dia agak keras. Lalu kumatikan TV-nya, dan kami berdua tidur di kamar masing-masing.

Sebelum tidur aku sempat berfikir, “Wah, aku telah memperawani sepupuku sendiri nich..!” Sewaktu aku sudah kuliah lagi (dua hari setelah kejadian itu), dia masih suka menelponku dan bercerita bahwa kejadian malam itu sangat diingatnya dan dia ingin mengulanginya lagi. Aku jadi berpikir, wah gawat kalo gini. Aku jadi ingat bahwa waktu itu aku keluarkan maniku di dalam liang keperawanannya. “Wah, bisa hamil nich anak..!”, pikirku. Hari-hariku jadi tidak tenang, karena kalau ketahuan dia hamil dan yang menghamili itu aku, bisa mampus aku. Setelah sebulan lewat, kutelpon dia di rumahnya. Setelah kutanya, ternyata dia dapat mens-nya lagi dua hari yang lalu. Lega aku dan sekarang hari-hariku jadi balik ke semula. Begitulah ceritaku saat menggauli sepupu sendiri, tapi dasar memang sepupuku yang agak “horny” . Tapi sampai saat ini kami tidak pernah melakukan perbuatan itu lagi.

http://202.95.10.206/


Jumat, 21 Juli 2023

MAAF KAN ADIK MU INI YA KAK

 

http://202.95.10.206/

Siang itu ponselku berbunyi, dan suara merdu dari seberang sana memanggil. “Di, kamu ke rumahku duluan deh sana, saya masih meeting. Dari pada kamu kena macet di jalan, mendingan jalan sekarang gih sana.” “Oke deh, saya menuju rumah kamu sekarang. Kamu meeting sampai jam berapa?” “Yah, sore sudah pulang deh, tunggu aja di rumah.”

Meluncurlah aku dengan motor Honda ke sebuah rumah di salah satu kompleks di Jakarta. Vita memang kariernya sedang naik daun, dan dia banyak melakukan meeting akhir-akhir ini. Aku sih sudah punya posisi lumayan di kantor. Hanya saja, kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik beli motor saja dari pada beli mobil.

Vita pun tak keberatan mengarungi pelosok-pelosok kota dengan motor bersamaku. Kebetulan, pekerjaanku di sebuah biro iklan membuat aku bisa pulang di tengah hari, tapi bisa juga sampai menginap di kantor jika ada proyek yang harus digarap habis-habisan. Vita, pacarku, mendapat fasilitas antar jemput dari kantornya.

Jadi, aku bisa tenang saja pergi ke rumahnya tanpa perlu menjemputnya terlebih dulu. Sesampai di rumahnya, pagar rumah masih tertutup walau tidak terkunci. Aku mengetok pagar, dan keluarlah Reta, kakak Vita, untuk membuka pintu. “Loh, enggak kerja?” tanyaku. “Nggak, aku izin dari kantor mau ngurus paspor,” jawabnya sambil membuka pintu pagarnya yang berbentuk rolling door lebar-lebar agar motorku masuk ke dalam. “Nyokap ke mana?” tanyaku lagi. “Oh, dia lagi ke rumah temannya tuh, ngurusin arisan,” kata Reta, “Kamu mau duduk di mana Dodi? Di dalam nonton TV juga boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Bentar yah, saya ambilin minum.” Setelah motor parkir di dalam pekarangan rumah, kututup pagar rumahnya.

Aku memang akrab dengan kakak Vita ini, umurnya hanya selisih dua tahun dari umurku. Yah, aku menunggu di teras sajalah, canggung juga rasanya duduk nonton TV bersama Reta, apalagi dia sedang pakai celana pendek dan kaos oblong. Setelah beberapa lama menunggu Vita di teras rumah, aku celingukan juga tak tahu mau bikin apa.

Iseng, aku melongok ke ruang tamu, hendak melihat acara televisi. Wah, ternyata mataku malah terpana pada paha yang putih mulus dengan kaki menjulur ke depan. Kaki Reta ternyata sangat mulus, kulitnya putih menguning. Reta memang sedang menonton TV di lantai dengan kaki berjelonjor ke depan. Kadang dia duduk bersila.

Baju kaosnya yang tipis khas kaos rumah menampakkan tali-tali BH yang bisa kutebak berwarna putih. Aku hanya berani sekali-kali mengintip dari pintu yang membatasi teras depan dengan ruang tamu, setelah itu barulah ruang nonton TV. Kalau aku melongokkan kepalaku semua, yah langsung terlihatlah wajahku.

Tapi rasanya ada keinginan untuk melihat dari dekat paha itu, biar hanya sepintas. Aku berdiri. “Ta, ada koran enggak yah,” kataku sambil berdiri memasuki ruang tamu. “Lihat aja di bawah meja,” katanya sambil lalu. Saat mencari-cari koran itulah kugunakan waktu untuk melihat paha dan postur tubuhnya dari dekat.

Ahhh, putih mulus semua. Buah dada yang pas dengan tubuhnya. Tingginya sekitar 160 cm dengan tubuh langsing terawat, dan buah dadanya kukuh melekat di tubuh dengan pasnya. “Aku ingin dada itu,” kataku membatin. Aku membayangkan Reta dalam keadaan telanjang. Ah, ‘adikku’ bergerak melawan arah gravitasi. “Heh! Kok kamu ngeliatin saya kayak gitu?! Saya bilangin Vita lho!,” Reta menghardik dan aku hanya terbengong-bengong mendengar hardikannya.

Aku tak sanggup berucap walau hanya untuk membantah. Bibirku membeku, malu, takut Reta akan mengatakan ini semua ke Vita. “Apa kamu melotot begitu, mau ngancem?! Hah!” “Astaga, Reta, kamu.. kamu salah sangka,” kataku tergagap. Jawabanku yang penuh kegamangan itu malah membuat Reta makin naik pitam. “Saya bilangin kamu ke Vita, pasti saya bilangin!” katanya setengah berteriak.

Tiba-tiba saja Reta berubah menjadi sangar. Kekalemannya seperti hilang dan barangkali dia merasa harga dirinya dilecehkan. Perasaan yang wajar kupikir-pikir. “Reta, maaf, maaf. Benar-benar enggak sengaja saya. saya enggak bermaksud apa-apa,” aku sedikit memohon. “Ta, tolong dong, jangan bilang Vita, kan cuma ngeliatin doang, itu juga enggak sengaja. Pas saya lagi mau ngambil koran di bawah meja, baru saya liat elu,” kataku mengiba sambil mendekatinya.

Reta malah tambah marah bercampur panik saat aku mendekatinya. “Kamu ngapain nyamperin saya?! Mau ngancem? Keluar kamu!,” katanya garang. Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah membuatnya panik. “Duh, Ta, maaf banget nih. Saya enggak ada maksud apa-apa, beneran,” kataku.

Namun, situasi telah berubah, Reta malah menganggapku sedang mengancamnya. Ia mendorong dadaku dengan keras. Aku kehilangan keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Raihan tangan kananku rupanya mencengkeram erat di pergelangan tangan kirinya.

Tubuhnya terbawa ke arahku tapi tak sampai terjatuh, aku pun berhasil menjaga keseimbangan. Namun, keadaan makin runyam. “Eh! kamu kok malah tangkep tangan saya! Mau ngapain kamu? Lepasin enggak!!,” kata Reta. Entah mengapa, tangan kananku tidak melepaskan tangan kirinya. Mungkin aku belum sempat menyadari situasinya.

Merasa terancam, Reta malah sekuat tenaga melayangkan tangan kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. Aku lebih cekatan. Kutangkap tangan kanan itu, kedua tangannya sudah kupegang tanpa sengaja. Kudorong dia dengan tubuhku ke arah sofa di belakangnya, maksudku hanya berusaha untuk menenangkan dia agar tak mengasariku lagi.

Tak sengaja, aku justru menindih tubuh halus itu. Reta terduduk di sofa, sementara aku terjerembab di atasnya. Untung saja lututku masih mampu menahan pinggulku, namun tanganku tak bisa menahan bagian atas tubuhku karena masih mencengkeram dan menekan kedua tangannya ke sofa. Jadilah aku menindihnya dengan mukaku menempel di pipinya.

Tercium aroma wangi dari wajahnya, dan tak tertahankan, sepersekian detik bibirku mengecup pipinya dengan lembut. Tak ayal, sepersekian detik itu pula Reta meronta-ronta. Reta berteriak, “Lepasin! Lepasin!” dengan paraunya. Waduh, runyam banget kalau terdengar tetangga. Yang aku lakukan hanya refleks menutup mulutnya dengan tangan kananku.

Reta berusaha memekik, namun tak bisa. Yang terdengar hanya, “Hmm!” saja. Namun, tangannya sebelah kiri yang terbebas dari cengkeramanku justru bergerak liar, ingin menggapai wajahku. Hah! Tak terpikir, posisiku ini benar-benar seperti berniat memperkosa Reta. Dan, Reta sepertinya pantas untuk diperkosa.

Separuh tubuhnya telah kutindih. Dia terduduk di sofa, aku di atasnya dengan posisi mendudukinya namun berhadapan. Kakinya hanya bisa meronta namun tak akan bisa mengusir tubuhku dari pinggangnya yang telah kududuki. Tangan kanannya masih dalam kondisi tercengkeram dan ditekan ke sofa, tangan kirinya hanya mampu menggapai-gapai wajahku tanpa bisa mengenainya, mulutnya tersekap.

Tubuh yang putih itu dengan lehernya yang jenjang dan sedikit muncul urat-urat karena usaha Reta untuk memekik, benar-benar membuatku dilanda nafsu tak kepalang. Aku berpikir bagaimana memperkosanya tanpa harus melakukan berbagai kekerasan seperti memukul atau merobek-robek bajunya. Dasar otak keparat, diserang nafsu, dua tiga detik kemudian aku mendapatkan caranya.

Tanpa diduga oleh Reta, secepat kilat kulepas cengkeraman tanganku dari tangan dan mulutnya, namun belum sempat Reta bereaksi, kedua tanganku sudah mencengkeram erat lingkaran celana pendeknya dari sisi kiri dan kanan, tubuhku meloncat mundur ke belakang. Kaki Reta yang meronta-ronta terus ternyata mempermudah usahaku, kutarik sekeras-kerasnya dan secepat-cepatnya celana pendek itu beserta celana dalam pinknya.

Karena kakinya meronta terus, tak sengaja dia telah mengangkat pantatnya saat aku meloncat mundur. Celana pendek dan celana dalam pink itu pun lolos dengan mudahnya sampai melewat dengkul Reta. Astaga! Berhasil! Reta jadi setengah bugil. Satu dua detik Reta pun sempat terkejut dan terdiam melihat situasi ini.

Ku gunakan kelengahan itu untuk meloloskan sekalian celana pendek dan celana dalamnya dari kakinya, dan kulempar jauh-jauh. Reta sadar, dia hendak memekik dan meronta lagi, namun aku telah siap. Kali ini kubekap lagi mulutnya, dan kususupkan tubuhku di antara kakinya. Posisi kaki Reta jadi menjepit tubuhku, karena dia sudah tak bercelana, aku bisa melihat vaginanya dengan kelentit yang cukup jelas.

Jembutnya hanya menutupi bagian atas vagina. Reta ternyata rajin merawat alat genitalnya. Pekikan Reta berhasil kutahan. Sambil kutekan kepalanya di sandaran sofa, aku berbisik, “Reta, kamu sudah kayak gini, kalau kamu teriak-teriak dan orang-orang dateng, percaya enggak orang-orang kalau kamu lagi saya perkosa?” Reta tiba-tiba melemas.

Dia menyadari keadaan yang saat ini berbalik tak menguntungkan buatnya. Kemudian dia hanya menangis terisak. Kubuka bekapanku di mulutnya, Reta cuma berujar sambil mengisak, “Dodi, please.. Jangan diapa-apain saya. Ampun, Di. saya enggak akan bilang Vita. Beneran.” Namun, keadaan sudah kepalang basah, syahwatku pun sudah di ujung tanduk rasanya.

Aku menjawabnya dengan berusaha mencium bibirnya, namun dia memalingkan mukanya. Tangan kananku langsung saja menelusup ke selangkangannya. Reta tak bisa mengelak. Ketika tanganku menyentuh halus permukaan vaginanya, saat itulah titik balik segalanya. Reta seperti terhipnotis, tak lagi bergerak, hanya menegang kaku, kemudian mendesis halus tertahan. Dia pun pasti tak sengaja mendesah. Seperti mendapat angin, aku permainkan jari tengah dan telunjukku di vaginanya.

Aku permainkan kelentitnya dengan ujung-ujung jari tengahku. Reta berusaha berontak, namun setiap jariku bergerak dia mendesah. Desahannya makin sulit ditutupi saat jari tengahku masuk untuk pertama kali ke dalam vaginanya. Kukocokkan perlahan vaginanya dengan jari tengahku, sambil kucoba untuk mencumbu lehernya. “Jangan Dod,” pintanya, namun dia tetap mendesah, lalu memejamkan mata, dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit, membuatku leluasa mencumbui lehernya.

Sekarang dia tak meronta lagi, tangannya hanya terkulai lemas. Sambil kukocok vaginanya dan mencumbui lehernya, aku membuka resleting celanaku. “Adik”-ku ini memang sudah menegang sempurna sedari tadi, namun tak sempat kuperlakukan dengan selayaknya. Karena tubuhku telah berada di antara kakinya, mudah bagiku untuk mengarahkan penisku ke vaginanya.

Reta sebetulnya masih dalam pergulatan batin. Dia tak bisa mengelak terjangan-terjangan nafsunya saat vaginanya dipermainkan, namun ia juga tak ingin kehilangan harga diri. Jadilah dia sedikit meronta, menangis, namun juga mendesah-desah tak karuan. Aku bisa membaca situasi ini karena dia tetap berusaha memberontak, namun vaginanya malah makin basah. Ini tanda dia tak mampu mengalahkan rangsangan.

Penisku mengarah ke vaginanya yang telah becek, saat kepala penis bersentuhan dengan vagina, Reta masih sempat berusaha berkelit. Namun, itu semua sia-sia karena tanganku langsung memegangi pinggulnya. Dan, kepala penisku pun masuk perlahan. Vagina Reta seperti berkontraksi. Reta tersadar, “Jangan..” teriaknya atau terdengar seperti rintihan.

Rasa hangat langsung menyusupi kepala penisku. Kutekan sedikit lebih keras, Reta sedikit menjerit, setengah penisku telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh penisku telah ada di dalam vaginanya. Reta hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja. Ia sedang mengalami kenikmatan tiada tara sekaligus perlawanan batin tak berujung.

Ku goyangkan perlahan pinggulku, penisku keluar masuk dengan lancarnya. Terasa vagina Reta mengencang beberapa saat lalu mengendur lagi. Tanganku mulai bergerilya ke arah buah dadanya. Reta masih mengenakan kaos rumah. Tak apa, toh tanganku bisa menyusup ke dalam kaosnya dan menyelinap di balik BH dan mendapati onggokan daging yang begitu kenyal dengan kulit yang terasa begitu halus.

Payudara Reta begitu pas di tanganku, tidak terlalu besar tapi tidak juga bisa dibilang kecil. Kuremas perlahan, seirama dengan genjotan penisku di vaginanya. Reta hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, tak mampu melakukan perlawanan. Pinggulnya ternyata mulai mengikuti goyangan pinggulku.

Aku buka kaos Reta, kemudian BH-nya, Reta menurut. Pemandangan setelah itu begitu indah. Kulit Reta putih menguning langsat dengan payudara yang kencang dan lingkaran di sekitar pentilnya berwarna merah jambu Pentil itu sendiri berwarna merah kecokelatan. Tak menunggu lama, kubuka kemejaku.

Aktivitas ini kulakukan sambil tetap menggoyang lembut pinggulku, membiarkan penisku merasai seluruh relung vagina Reta. Sambil aku bergoyang, aku mengulum pentil di payudaranya dengan lembut. Kumainkan pentil payudara sebelah kanannya dengan lidahku, namun seluruh permukaan bibirku membentuk huruf O dan melekat di payudaranya. Ini semua membuat Reta mendesah lepas, tak tertahan lagi. Aku mulai mengencangkan goyanganku.

Reta mulai makin sering menegang, dan mengeluarkan rintihan, “Ah.. ah..” Dalam goyangan yang begitu cepat dan intens, tiba-tiba kedua tangan Reta yang sedang mencengkeram jok kursi malah menjambak kepalaku.”Aaahh,” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulut mungil Reta. Ia sampai pada puncaknya. Lalu tangan-tangan yang menjambak rambutku itu pun terkulai lemas di pundakku. Aku makin intens menggoyang pinggulku. Kurasakan penisku berdenyut makin keras dan sering.

Bibir Reta yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun kulumat, dan tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini Reta membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kananku tetap berada di payudaranya, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan putingnya.

Vagina Reta kali ini cukup terasa mencengkeram penisku, sementara denyut di penisku pun semakin hebat. “Uhh,” aku mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, penisku menghujam keras ke dalam vaginanya, mengiringi muncratnya spermaku ke dalam liang rahimnya. Tepat saat itu juga Reta memelukku erat sekali, mengejang, dan menjerit, “Aahh”. Kemudian pelukannya melemas. Dia mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ejakulasiku.

Reta terkulai di sofa, dan aku pun tidur telentang di karpet. Aku telah memperkosanya. Reta awalnya tak terima, namun sisi sensitif yang membangkitkan libidonya tak sengaja kudapatkan, yaitu usapan di vaginanya. Ternyata, dia sudah pernah bercinta dengan kekasihnya terdahulu. Dia hanya tak menyangka, aku-pacar adiknya malah menjadi orang kedua yang menyetubuhinya. Grreekk. Suara pagar dibuka. Vita datang! Astaga! aku dan Reta masih bugil di ruang tamu, dengan baju dan celana yang terlempar berserakan.

http://202.95.10.206/


luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com
domino99,