Rabu, 28 Juni 2023

I LOVE YOU DEVI

http://202.95.10.206/


Malam itu Devi sedang menangis di hadapanku. Kisah selingkuh kami ketahuan oleh istriku.Aku yang sangat mencintai istriku telah berjanji untuk berhenti selingkuh,dan malam ini adalah kesempatanku untuk menjelaskan kepada Devi.Devi adalah wanita berjilbab yang masih single,berusia 22 tahun.Dulunya dia adalah rekan kerja dari sahabatku.Hobi fotografi membuat kami saling kenal,karena dia bersedia untuk difoto olehku yang masih sangat pemula

Tidak lama setelah berkenalan,Devi mulai menceritakan kisah cintanya yang ternyata tidak bahagia.Meskipun telah berencana menikah,calon suaminya ternyata sering berlaku keras dan berkata kasar.Akupun sering bercerita tentang masalah keluargaku.Pernikahan di usia muda membuatku dan istri sering bertengkar. Sementara ketika mengahdapi Devi yang sabar dan penyayang,aku merasa sangat nyaman.Begitu juga yang Devi rasakan ketika bertemu aku.Tanpa sadar, kami pun sering ber sms dan mulai menyatakan saling menyayangi.Hanya saja,sebuah sms yang salah kirim membongkar semua.Kini Devi bersedia datang menemuiku di kamar kosan tempat kami berduaan.

Devi yang mencoba memahami situasi ini terlihat sangat sedih.Katanya dia takut kehilangan aku.Oh, betapa tangis wanita selalu bisa melumpuhkan dunia,begitupun aku saat itu.Wanita ini sangat baik,sabar,penyayang,dan memiliki keinginan kuat.Matanya yang sembab membuatku sangat ingin memeluknya, mungkin untuk yang terakhir kali.Akhirnya kuraih tangannya dan meletakkan kepalanya di pundakku.Isak tangis pun meledak,tak lagi sanggup di bendung.Entah mengapa aku sangat merasa bersalah,meskipun aku merasa itu salah kami berdua.Semakin erat pelukanku kepadanya,dan kurasakan dia melakukan hal yang sama.Kemudian kuangkat wajahnya,ku dekatkan kewajahku,aku tak sanggup menahan bibir berbicara,"I LOVE YOU DEVI".Dalam isak tangisnya dia juga berkata,"Love you too,Deni...".Sungguh bergetar hatiku saat itu,dan tidak terasa aku mengecup bibirnya perlahan.

Kulihat sesaat Devi memejamkan matanya,sepertinya dia merasakan getaran perasaan hingga ke hati. Kurasakan jantungku berdetak semakin cepat.Rasa sayang ini menyatu bersama kekcewaan mendorongku untuk memagutnya lebih dalam.Kukulum bibirnya yang ranum dan jarang disentuh laki-laki,dan kurasakan bibirnya pun membalas ciumanku.Sepertinya "pertemuan terakhir"ini menjadi luapan segala emosi yang pernah kita jalani bersama.Pertemuan sembunyi-sembunyi,memasak untukku,makan bareng,ciuman-ciuman kecil,dan menghabiskan malam berdua meskipun hanya memandang bulan.Dan sedikit pelukan tentunya.

Malam ini Devi terasa kehilangan rem.Lidahku mulai menjelajah liang mulutnya,meraba deretan giginya,dan sesekali dihisapnya.Ketika kutemukan lidahnya,kuelus dengan lidahku dan bertarung dahsyat.Bibir dan kepala kami pun mulai bergerak liar.Pelukan yang tadinya kencang mulai mengendur,karena satu tanganku tidak lagi memeluk.Dia telah berpindah kedepan untuk memegang lembut dadanya.Sebuah reflek yang biasa ku lakukan ketika berciuman dengan istriku,tapi ini yang pertama kali kulakukan pada Devi.Awalnya aku kaget dan takut membuat Devi marah,namun anehnya Devi tidak bereaksi apapun kecuali melanjutkan aksi ciuman kami.Karena dia merasa memberikan ijin,tanganku mulai meraba kedua perhiasan yang selama ini dijaganya itu.Payudaranya memang tidak besar,namun menyentuhnya membuat darahku makin memanas.

Disaat itu sepertinya rem kami berdua semakin blong.Kurebahkan Devi yang masih berbusana lengkap plus jilbab dikasurku,supaya aku bisa lebih leluasa menciumnya sambil menjelajahi dua bukit muda yang jarang dijamah itu. Terasa makin lama nafas Devi pun makin memburu,seolah mengisyaratkankepadaku bahwa dia ingin kumiliki.Ciuman kami dan rabaanku semakin liar hingga jilbabnya mulai berantakan.Karena makin mengganggu,maka kulepas saja jilbab itu,namun agak sulit karena banyak peniti disana sini. Jilbab itu akhirnya tanggal setelah dia membantunya.Tampaklah wajah dan rambutnya yang baru pertama ini kulihat.Wajah putihnya yang cantik ditambah rambutnya yang acak-acakan semakin membuatku bernafsu.Untuk sementara kulupakan rasa bersalahku,kulupakan rasa hormatku,dan ku lupakan istriku.Yang ada hanya nafsu yang memuncak.

Tak tahan lalu kucoba mencari kancing bajunya,dan ingin kulepaskan .Aku menjelajahi ke seluruh tubuhnya,namun tak kutemukan.Aku ternyata kurang akrab dengan baju seperti ini.Devi yang mengetahui kebingunganku tersenyum kecil dan membuka resleting baju yang ada di bagian samping dan, membiarkan aku melakukan sisanya.Tanpa lama-lama lagi,kubuka baju itu dan terpampang sebuah pemandangan yang sangat indah yang seperti baru pertama kali kulihat. Hamparan kulit putih bersih dan tercium wangi yang biasa ditutup sangat rapat sekarang terbuka lebar dihadapanku untuk kunikmati.Ku elus rambut perutnya,dan ternyata sangat halus dan lembut. Payudara yang tersembul tertutupi bra warna hijau adalah puncak keindahan pemandangan itu.Namun aku yakin ada yang lebih indah didalamnya.

Kulepas paksa bra itu,diiringi rintihan penolakan kecil yang tak berararti dan tidak menghentikan aku untuk melakukannya.Tak perlu usaha keras,bra itu tak lagi menutup keindahan itu.Dua buah payudara yang putih dan sangat mulus,berujungkan puting kecil berwarna merah muda yang menegang.Warnanya yang merah muda segar menandakan area ini belum pernah dijamah pria manapun.Sungguh makin tak kuasa aku menahan gejolak ini.Kuremas payudara itu dengan lembut,dan kuhisap putingnya .Gerak lidahku bermain membuat Devi mendesah-desah pendek,sambil menggerak-gerakkan kakinya.Aku tahu dia gelisah,terjadi pertarungan antara ketakutan karena ini adalah pengalaman pertama,sekaligus dorongan nafsu yang sudah di ubun-ubun.Kurasakan tangannya menyentuh bagian belakang kepalaku dan membantunya bergerak.Dia menikmati itu.Pasti

Ciuman kembali ke atas,menjamah leher dan kemudian telinganya.Aku sempat bertanya,"kenapa mau Dew?".Sambil menyentuhkan payudaranya ke dadaku yang kini bersentuhan,dia berbisik,"Beginilah kalau wanita sudah bercinta Deni...".Karena terbawa suasana ,tanganku kini menjelajahi pangkal pahanya yang masih tertutup rok panjang warna hitam.Untuk sejenak kucari celah kecil dari luar rok,dan kurasakan Devi melonggarkan kakinya dan menikmati itu.Tak lama ku angkat rok itu hingga pinggang,namun masih ada stocking yang menggangguku.Pertahanan wanita ini sungguh berlapis.Maksudnya untuk menjaga diri godaan lelaki.Apa daya malam ini dia benar-benar takluk padaku.Kulepaskan stockingnya dengan terburu-buru dan kulemparkan entah kemana.Celana dalam sebagai pertahanan terakhirpun segera kutanggalkan.Aku sangat tidak tahan.

Setelah kupastikan celah itu sudah basah melalui sentuhan jariku,kupinmdahkan kepalaku menuju vaginanya.Tercium aroma khas yang agak asam dan wangi,dan berbulu tidak terlalu lebat.Wanita ini benar-benar merawat aset pribadinya.Kucium dan kujilat-jilat pintu vaginanya,membuat Devi mengerang lebih keras.Terdengar rintihannya,"Deniii,oh,Deniii...shhh...".Rintihan yang seperti penyemangatku untuk mengeksplor lebih,kucari klitorisnya,kujilat dan kukulum.Lidahku kumainkan berirama,cepat dan lambat bergantian..Tidak lama,kurasakan pahanya bergetar dan tangannya mencekram rambutku sekitar 3 detik,lalu melemas.Sepertinya dia orgasme.Barangkali untuk yang pertama kali sepanjang hidupnya.

Kuhentikan semua aktivitasku.Kubiarkan dia terlentang agak ngangkang dengan mata terpejam dan nafas yang masih memburu.Hanya rok yang tersingkap di pinggang yang tersisa ditubuhnya.Kupandangi sekujur tubuhnya yang putih mulus tanpa cacat.Sungguh sayang tubuh seperti ini selalu ditutup.Betapa beruntung laki-laki yang memilikinya nanti,pikirku.Namun tiba-tiba aku berpikir,bukankah aku lebih beruntung jika berhasil merasakannya untuk yang pertama kali? Seketika hasratku kembali memuncak.Kulepaskan seluruh pakaianku tanpa sisa.Senjataku yang mengeras tampak tegang menantang.Devi melihat itu tidak terlalu kaget.Mungkin dia pernah melihatnya di bokep atau di tempat lain.Segera kudekatkan kemulutnya dan dengan sigap Devi mengulum dan menghisapnya.

Dari cara memperlakukan itu,sepertinya itu bukan yang pertama.Mungkin calon suaminya pernah memaksa melakukan itu.Atau memang dia sangat berbakat,entahlah.Yang pasti dari bentuk dada dan responnya terhadap rangsanganku,calon suaminya itu seperti tidakberani bertindak jauh dalam menjamah Devi.Ah sudahlah,tidak perlu memikirkan orang lain. Yang jelas kuluman ini terasa sangat nikmat,pinggangku otomatis mengikuti gerak maju mundur. Sesekali mata Devi melirik mataku dan tersenyum ketika melihat aku keenakan.

Tak lama kulepaskan senjataku dari mulutnya.Aku rasa inilah saatnya.Segera badanku menindihnya,langsung mengulum bibir Devi dan meremas-remas dadanya.Devi seperti belum siap untuk kembali terangsang,tapi aku tidak peduli.Kulitku telah menyentuh kulit putih mulusnya,dan senjataku bergerak-gerak di depan liang kenikmatan itu.Aku menatap matanya seolah bertanya,dan spontan kepala Devi menggeleng.Namun ketika kupagut lagi bibirnya,gelengannya berhenti,berganti dengan ciuman balasan yang maut,pelukan ke pundak,dan lutut yang kini menekuk.Karena kuanggap dia lengah,maka nekat saja ku dorong lagi pinggangku lebih dalam.Devi terpejam dan memalingkan mukanya. Tangannya yang masih melingkar di pundakku terasa menegang.Tak tahan lagi,maka kucoba masukkan lebih dalam.Dan,blessssss....separuh senjataku pun masuk diiringi lenguhan tertahan dari Devi.

Kurasakan senjataku mentok tertahan tidak bisa masuk lagi,maka kugoyangkan saja separuh yang di dalam itu.Aku merasa sangat sangat nikmat.Kehangatan vagina wanita yang di setubuhi pertama kali memang tak tergantikan.Tak ada lagi bentuk penolakan apapun dari Devi.Dia hanya terpejam dan keningnya mengrenyit.Maka kupagut lagi lehernya,kutinggalkan cupang kecil untuk kenang-kenangan.Ketika pinggang Devi mulai ikut bergerak,kucabut lagi senjataku dari liangnya,lalu kumasukkan kembali perlahan-lahan.Masuk-keluar ini berlangsung beberapa kali hingga secara refleks tiba-tiba pinggangku menghentak dan mendorong lebih dalam.Bleesssss!!!!!

"Aaaahhhhh......"Devi kini memekik."Ddddeeenniii".... .Senjataku sudah ada didalam sepenuhnya.Devi lalu melingkarkan kakinya dipinggangku.Entah apa yang ada dipikirannya kini.Yang jelas posisi ini membuatku leluasa untuk memaju mundurkan pinggangku.Vagina nya yang basah dan hangat benar-benar nikmat dan membuatku terbang.Seorang wanita berjilbab yang biasa menutupi tubuhnya dengan pertahanan berlapis sedang berada dibawahku,kutindih,kusetubuhi,kunikmati,dan kutusuk vaginanya dengan senjata ampuhku hingga membuatnya keenakan.Kugerakkan pinggangku tanpa ampun.Senjataku pun keluar-masuk dengan sangat bebas dan berirama.Kadang cepat dan kadang lambat.Devi benar benar terbawa suasana dan menikmati permainan ini.

Kulihat sekarang Devi mulai on fire.Nafasnya yang memburu,wajahnya yang memerah dan pinggulnya yang ikut bergerak menandakan dia sedang bergerak menuju titik nikmat itu.Kuhentikan gerakanku,kusuruh dia pindah ke ata,WOT.Sebuah posisi yang agak aneh untuk wanita berjilbab,namun aku yakin itu akan membuatnya bahagia.Meskipun agak ragu,Devi menuruti juga.Aku yang telentang dengan senjata mengacung tegak menuju langit segera di dudukinya.Dengan senjataku  ada didalam vaginanya,Devi bergerak bergoyang mencari irama sendiri.Tanganku membantunya dengan remas dua bukit nikmatnya dan meremas pantatnya yang sangat kenyal dan padat,sambil sesekali meraih kepalanya untuk melumat bibirnya.Setelah beberapa menit bergoyang,Devi dengan kuat.Gerakan ini berlangsung sekitar 10 detik.Devi orgasme.Lagi.

Ketika Devi sudah lemas,kini giliranku untuk menghabisinya.Kubiarkan dia telentang ngangkang tanpa tenaga,dan ku eksplorasi liang vaginanya dengan senjataku yang sudah tegang sejak awal permainan tad.Dengan wajah sayu dan mata terpejam,Devi menerima saja sodokan-sodokankudi vaginanya.Sambil merem keluar beberapa suara dari mulutnya."Hmmmpfh...","Deniii...","Sayaaaangh...","Eeemmhh..","Ssssh..".Aku merasakan nikmat tiada tara yang makin lama makin memuncak.Gerakan pinggangku makin lama makin cepat,dan senjataku terasa makin peka.Kupercepat saja goyangan itu karena sodokan itu makin enak,dan rupanya Devi menyambutnya dengan kembali melingkarkan tangan di pundak serta kakinya di pinggangku.Spontan ku sambut dengan pelukan juga, dengan dadaku menyentuh payudaranya yang lembut.

Setelah beberapa detik goyanganku mencapai titik tercepat,aku berhenti."Devii...ooooohh...ouch,Ergh,Sssshh..Akkkkuuuu keeellluaaaar...".Semburan sperma tak sanggup kutahan terlepas kedalam rahim Devi.Aku tak ingat apapun termasuk kemungkinan Devi hamil.Aku benar-benar larut dalam kenikmatan.Spermaku keluar hingga tujuh kali.Setiap kali sprema ku keluar,Devi sedikit melenguh sambil menolehkan kepala ke sisi yang lain.Di semprotan ke empat terasa pelukan Devi kembali menguat dengan kepalanya bergerak tak teratur dan erangan tipis.Tampaknya Devi organisme untuk yang ketiga kali,namun kali ini tidak terlalu kuat.Setelah semua sperma kurasakan keluar,akupun terjatuh lemas disebelah Devi.Kasur kosku yang tidak luas sangat pas untuk tubuh telanjang kami berdua.Sungguh kenikmatan luar biasa yang kurasakan saat itu.Terlebih lagi karena mampu membuat Devi bahagia.

Beberapa menit setelah kami mulai mengumpulkan kewarasan,Devi kembali terisak.Kali ini tidak ditahannya.Dibiarkan air mata itu mengalir di pipinya.Aku tahu dia menyesal,aku tahu dia marah,aku tahu dia kecewa,namun aku tahu bahwa ini adalah luapan cinta kami yang sangat indah meskipun salah arah.Selamat tinggal Devi,kenanglah aku selalu.Kutunggu kabar darimu,dan tak sabar aku melihat seperti apa wajah anakmu kelak.

http://202.95.10.206/


Selasa, 27 Juni 2023

CERITA DEWASA NGENTOT DI TOILET


http://202.95.10.206/


saat itu aku sedang diminta menjaga rumah adik,karena keluarganya akan pergi hingga sore dan dewi tinggal dirumah,karena kondisi perutnya yang kurang baik. Menjelang keberangkatan keluarga adik, aku sudah datang disana.

"mas..dewi di rumah, perutnya agak kurang beres. Mis yang tak bawa'',adikku memberi tahu.
"Oo..ya",jawabku. Tak berapa lama mereka telah berangkat. Aku bergegas memasukkan sepeda motor ke dalam rumah. Dewi lalu mengunci pagar. Aku masuk rumah lalu cepat-cepat duduk di depan komputer,browsing,karena suami adikku memasang internet untuk mendukung pekerjaannya. Mengecek email; cari info ini itu dan.. tentunya get into DS..he3x. 10 menit kemudian dewi menyajikan segelas es teh untukku. 

"makasih ya dew",ucapku. "iya pak..silahkan diminum",kata Dewi. Pembantu-pembantu adikku memang dibiasakan memanggil "pak" pada saudara saudara majikannya, padahal terdengar sedikit asing di telinga.

Dewi lalu kembali ke dapur,aku lalu meminum es tehnya, "hah..segernya",cuaca sedikit panas walau agak mendung. Dewi kembail memasuki ruang keluarga, merapikan mainan-mainan anak adikku. Posisi meja komputer dan mainan yang bertebaran di lantai selisih dua kotak. Semula aku belum ngeh akan hal itu. Semula mataku menatap layar komputer di situs DS. Saat Dewi mulai memasukkan kembali mainan-mainan ke keranjang,baru aku menyadarinya.

sesekali aku meliriknya. "sedikit putih ternyata anak ini.Body nya biasa aja sih,langsing dan kayaknya masih padat. Wah..ini gara-gara masuk situs DS jadi mikir macem-macem..hi3x", pikiranku berkata-kata. Karena jarak kami yang lumayan dekat maka ketika Dewi bersimpuh dilantai merapikan mainan di keranjang,otomatis kaosnya yang sedikit longgar memperlihatkan sebentuk keindahan yang terbungkus penutup warna biru. Dewi jelas tidak tahu kenakalan mataku yang sedang menatap sebagian keindahan tubuhnya.Pkv game

"Andaikan aku..uhh..ngayal ih". Tak terasa penisku mulai membesar, "ke kamar mandi mbetulin posisi penis nih..sambil kencing".Komputer kutinggal dengan layar bergambar Maria Ozawa sedang disetubuhi di kamar mandi. Aku lalu masuk kamar mandi,membuka jins dan CD lalu mengeluarkan penis. Agak susah juga kencing dengan penis yang sedikit tegang. "Lah...pintu lupa tak tutup",aku terkejut."terlanjur...gak ada orang lain kok",aku mendinginkan diri.

Aku keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di depan komputer,melanjutkan ngubek-ubek DS."Cari camilan di meja makan ah...jadi lapar". Aku mencari apa yang bisa dimakan untuk menemani kesibukan nge net. "Ada roti sama biskuit nih....asyik".Royi kusemir mentega dan selai kacang dan diatasnya kulapis dengan selai blueberry,"Hemm..eanknya. Nanti bikin lagi ah...masih banyak rotinya". Rumah adikku tipe agak kecil,jadi jarak antar ruangan agak dekat.Letak meja makan dengan kamar pembantu hanya 3 meter-an. Kulihat dengan ujung mata,Dewi sedang dikamarnya entah beraktifitas apa. Selesai menyelesaikan semiran roti, aku kembali keruang keluarga yang melewati kamar pembantu dan kamar mandi mereka.2detik aku dan Dewi bertatapan mata,tidak ada sesuatu,biasa saja. Kumakan roti sambil main DS lagi. 

Terdengar gemercik air di belakang.Mungkin Dewi sedang mencuci perabotan atau sedang mandi. "Belum ambil air putih nih", tak ada maksud apa-apa dengan suara air tersebut. Hanya kebetulan aku belum minum air putih,Walau telah ada es teh.Aku ke ruang makan lagi dan mengambil gelas lalu menuju dispense. Mata dan pikiran hanya tertuju pada air yang mengucur dari dispenser.

Baru setelah melewati kamar mandi pembantu ada yang special disana. "Lah...pintunya kok sedikit buka. Dew lupa dan sedang apa di dalam...moga gak mandi. Bisa dilaporin ngintip aku". Masih tak terlihat kegiatannya,setelah  tangan sedang menggapai gayung dan kaki yang diguyurnya baru aku ngeh...Dewi sedang mandi 

"Duhh...kesempatan sangat sangat langka ini..tapi..kalo dia teriak dan nanti lapor adikku..bisa gawat bin masalah. Berlagak gak lihat aja "Ahh...ada kecoa...hush..hush..Aduh...gimana nih",terdengar keributan di sana . "He3x...ternyata dia takut kecoa toh", aku tersenyum sambil pegang gelas saat melewati kamar mandi.
"Pak...pak",dewi memanggilku."Walau...malah panggil aku. Gimana nih". Tolong ambilkan semprotan serangga di gudang ya pak...cepet ya pak..atau..",tidak terdengar lanjutan kalimatnya.

Sejak dewi bersuara,aku sudah berhenti dan diam di dekat pintu kamar mandi. "atau...bapak yang masuk pukul kecoaknya...mumpung masih ada",lanjutnya. Deg...''ini...antara khayalan yang jadi nyata dan ketakutan kalo dilaporkan",aku berpikir. "Cepet pak...kecoaknya di dekat kloset. Bapak masuk aja...nggak papa.

Nggak saya laporin ke Bapak sama Ibu",Dewi tahu keraguanku."Jangan ah...nanti kalo ada yang tau atau kamu laporin bisa rame",jawabku. "Nggak Pak bener.Aduh pak cepet pak...dia mau pindah lagi",Dewi kembali meyakinkan ku dan meminta aku cepat masuk karena kelihatannya si kecoak mau lari lagi. "Ya udah kalo gitu. Bentar...ambil sandal dulu ". Sambil tetap menimbang, take it or leave it. Aku menaruh gelas di meja makan lalu mengambil sandal untuk membunuh kecoak nakal itu.

Entah rejeki atau kesialan bagiku tentang kemunculannya. "Aku masuk ya Dew",masih ragu diriku. "masuk aja pak", Dewi tetap membujukku. Kubuka pintu kamar mandi sedikit,Lalu ku intip letak kecoaknya,belum terlihat . Pintu dibuka lebih lagi oleh Dewi.

Kepalanya sedikit terlihat dari balik pintu dan tangannya menunjuk letak kecoa,"...tuh Pak mau lari lagi". Aku melihatnya dan mulai masuk. Dewi berdiri dibalik pintu dengan menutupi sedikit bagian tubuhnya dengan handuk. Terliha paha; pundak dan bagian susunya. Serta rambut yang diikat di belakang kepalanya,walau hanya sedikit semua. Handuknya menutupi bagian paha ke atas perut hingga bagian dada,warna biru ,yang di sangga tangan kirinya.

Semua hal itu dari ekor mataku,karena fokusku pada sang kecoak. "Memang mulus dan cukup putih",masih sempat aku memikirkannya. Bagaimana tidak,jarak kami hanya 2-3 langkah,tidak ada orang lain selain dirumah.

"Plak...plak",kecoa pun mati dengan sukses. Aku guyur dengan air agak masuk ke lubang pembuangan. T anpa memikirkan lebih lanjut, aku lalu melangkah ke luar kamar mandi. "Terima kasih ya pak"... sudah nolongin."Oh iya..",sambil ku tatap dia dan Dewi tersenyum. "Bapak nggak cuci tangan sekalian..disini saja", tawar Dewi. "Wah...ini makin bikin dag dig dug". "Emm...iya deh". Aku akan mencuci tangan dengan sabun,yang ternyata posisi sabun ada di belakang tubuh Dewi.

Aku menengok ke kebelakang tubuhnya. Rupanya dia baru  sadar, lalu mengambilkan sabun,"maaf Pak...ini sabunnya". Dewi mengulurkan sabun dengan tersenyum. Sabun yang sedikit basah berpindah dan tangan kami mau tidak mau bersentuhan. "Makasih ya",ujarku..."

Aku mencuci tangan dan mengembalikan tangan dan mengembalikan sabun padanya. "Bapak nggak...sekalian mandi, tanya Dewi. "Waduh...tawaran apa lagi ini. Tambah gawat". "Iya...nanti dirumah". "Nggak disini saja pak?"."Kalo di sini yaa dikamar mandi depan". "Di kamar mandi ini saja pak..."."Nggak lah...jangan. Di depan aja. Kalo disini ya habis kamu mandi"."Maksud saya sekalian sekarang sama saya. Hitung-hitung bapak sudah nolongin saya". Matanya memohon. Deennngg, sebuah lonceng menggema dikepala.

"Ini ajakan yang membahayakan,juga menyenangkan",pikirku. "Bapak nggak usah mikir. Saya nggak akan bilang siapa-siapa. Ya pak...disini saja", dia memahami kekhawatiranku. "Emm...ya udah kalo kamu yang minta gitu", jawabku. 

Entah mengapa aku merasa canggung saat akan membuka kaosku. Padahal tidak ada orang lain dan juga sesekali ke pijat plus. Aku buka jam tanganku dulu,lalu aku keluar dari kamar mandi dan ku letakkan di meja makan.Posisi Dewi masih tetap dibelakang pintu, dengan tangan kanan menahan pintu agar tetap terbuka.

Kembali ke kamar mandi, kubuka kaos ku dan kusampirkan di cantolan yang menempel di tembok. "Pintunya nggak di tutup aja Dew?",tanyaku. Pertanyaanku sesungguhnya tidak memerlukan jawaban,hanya basa basi. "Nggak usah pak...kan nggak ada siapa siapa",jawab Dewi.

Lalu kubuka jins ku,kusampirkan pula. Sesaat aku masih ragu melepas kain terakhir penutup tubuhku,cd ku. "Bapak nggak lepas celana dalem ? "tanyanya. "Heh..ya iya", ku jawab dengan nyengir. Penisku sebisa mungkin kutahan tidak mengembang, tapi hanya bisa kutahan mengembang 1/4- nya

Sengaja ku tatap matanya saat melepas cd - ku. Mata Dewi sedikit membesar. Kusampirkan juga cd - ku. Lalu dengan tenang Dewi menyampirkan handuk biru yang sedari dari tadi menutup sebagian tubuhnya. "Duh...pantatnya masih ok. .Pinggangnya tidak berlemak.Sabar ya nak...kita liat situasi dulu",kataku pada sang penis sambil ku elus

Dewi lalu membalikkan badan. Cegluk,suara ludah yang ku telan. "Uhh..susu yang masih bagus juga. Pentilnya nggak terlalu besar,areolanya juga,warnanya pas...nggak item banget. Perutnya swdikit rata dan...hmm..rambut bawahnya sedikit". Mau tidak mau,penisku makin mengembang dan itu jelas dilihat Dewi. Kembali sebisa mungkin ku tahan perkembangannya. Dewi lalu menggosok gigi dahulu. Karena aku tidak membawa sikat gigi, hanya berkumur dengan obat kumur.

"Bapak saya mandiin dulu ya",kata Dewi. "Tersersah kamu",jawabku sambil tersenyum. Dewi lalu mengambil segayung air,diguyurkan ke badan dari leher dan pundak.

Mengambil lagi segayung,di guyurkan ke perut dan punggung ditambah senyum manisnya. ia lalu meraih sabun,di gosokkan ke leher,pundak,dada dan tangan kanan k.

Dibasahinya sabun dengan diguyur air lalu di goskokkan ke tangan kiri,perut,penis,bola-bolaku."Uhh..gimana bisa nahan penis nggak ngembang".Bagaimana tidak,saat menggosok penis dan bola-bolaku sengaja digosok dan di urutnya.Di tatap nya senjata kebangganku,lalu menatapku dan tersenyum. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum juga. Diambilnya lagi segayung air,sabun dibasahi dan sisanya di guyurkan ke paha dan kaki lalu digosoknya.

Sabun kemudian diletakkan di pinggir bak mandi,kemudian mengambil segayung air dan di guyurkan ke badan depanku. Ambil segayung lagi dan diguyurkan lagi,tidak lupa senjataku dibersihkan dari sisa-sisa sabun.Sedikit diremas oleh Dewi.Kutahan keinginanku untuk membalas perlakuannya,"biar Dewi yang pegang kendali".

"Balik badan Pak"perintahnya. Air diguyurkan ke punggung dan bagian bawah badanku.Di gosoknya punggung,pantat,lalu paha dan kaki sisi belakang.Bonusnya,kembali menggosok penis dan bola-bolaku dan meremasnya."Duhh..ni anak. Bikin senewen..sengaja membuat panas aku"

Kembali air mengguyur badan belakangku,sebanyak3x. Dibalikkan badanku lalu mengguyur senjataku,digosok-gosoknya hingga sedikit memerah. Jantungku makin berdebar.

"Sudah selesai pak", kata Dewi."Makasih ya Dew"."Emm..kamu mau tak mandiin juga?",kepalang basah,kutawarkan permintaan seperti dia tadi."Nngg..nggak usah pak..ngerepotin Bapak".Ya enggak lah..jadi imbangkan".Langsung ku ambil segayung,lalu sabun yang tadi tergeletak di pinggir bak mandi kuambil dan aku basahi.

Kugosok leher,pundak dan kedua tangannya. Kubasahi sabun lagi dan kugosokkan ke dada kedua susu dan pentilnya serta perut. Kutatap matanya saat ku gosok kedua gunungnya yang ku mainkan sedikit pentil-pentilnya. Dewi juga menatapku.Matanya mulai sedikit sayu. 1menit-an kumainkan pentil-pentilnya,lalu sedikit kuremas susu kirinya. Bibirnya sedikit membuat huruf o kecil dan "ohh..hmm".

Kubasahi lagi sabun,dan ku gosokkan ke pinggang paha dan kedua kakinya. Vagina luar hanya ku sentuh sedikit dengan sabun,takut perih dan iritasi nanti. Itupun sudah cukup membuat matanya makin meredup. Air segayung lalu ku guyurkan ke tubuhnya 2-3x.

Ku gosok dan ku remas sedikit keras dua gunungnya. Sedikit berguncang.Dua tangan Dewi memegang pinggir bak mandi,kumainkan lagi pentil-pentilnya.

Aku merundukkan badan dan kukecup pucuk-pucuk bunganya bergantian.Tak perlu lagi ijin darinya.Tangan kiriku mengusap-usap lembut luar vaginanya."Ouhh Paak..",Dewi mulai mendesah.Ku kecup bibirnya lembut ,"nanti dilanjut lagi".Matanya seakan bernada protes,tapi Dewi diam saja.Kubalikkan tubuhnya,lalu ku guyur punggungnya sekarang.Sabun kugoskokkan ke punggung,pinggang,pantat.Sabun kubasahi lagi lalu ku gosokkan ke paha dan kaki bagian belakang.Aku menyusuri tubuh depannya lagi dari pinggang belakangnya.Dewi sedikit menggeliat geli.Kutankupkan dua tanganku di dua susunya.

Aku senang bermain-main di susu yang bagus atau masih ok.Seluruh belakang lehernya aku cium dan kecup,begitu juga dua kupingnya dan kubisikan "kamu diam saja ya...cup"."Geli paaak",Dewi mendesah lagi.Dua pucuk bunganya makin mengencang dan keras.Aku menyentil-nyentil,kuputar-putar seperti mencari gelombang radio.Dua tangan Dewi mencekram paha depanku."Aaahh...hmmppff",erangnya. Tangan kananku mengambil segayung air,kuguyur ke tubuh depannya. Kali ini kuusap-usap vagina luarnya dengan tangan kanan,sedang yang kiri tetap di susu kanan Dewi.

Pahaku makin dicekrammya.Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan seiring kecupan dan ciumanku dibelakang leher dan daun-daun telinganya.sesekali aku menyentuh bibir dalamnya.Terasa telah menghangat dan sedikit basah."Paaaakk..oohhh".Tubuhnya mulai menggeliat-geliat.Jari tengah kanan kumasukkan sedikit dan kusentuhkan pada dinding atas vaginanya,sedang jempol kananku kutekan-tekankan di lubang kencingnya.

"Aauuugghh Ppaaakk..eemmmmmppff".Kuku-kuku jemari Dewi terasa menggores dua paha depanku."Kenapa Dewi..hmm..kamu sendiri yang memulai kan",bisikku.Tangan kiriku meraih kepalanya dan ku palingkan ke kanan,dan kutahan lalu ku cium dengan nada 2 kecup 1 masukkan lidah.

Dewi terkejut,matanya sedikit membesar tapi kemudian ia menikmatinya.Ganti tangan kananku melakukan hal yang sama.Dewi hanya bisa mengeluarkan suara yang tertahan "nngg..emmmppffftt..nnnnggg",begitu berulang.Vagina dalamnya makin hangat dan basah.Secara tiba-tiba kuhentikan lalu kubalikkan badannya  menghadapku.kemudian aku sandarkan tubuhnya di bak mandi.Aku kemdian berjongkok dan mulai mengecupi vaginanya.

"Jjangggann Ppakk..jorok..",dengan dua tangannya menahan laju kepalaku. Kutatap matanya dan "Sssstt..",jari telunjuk kanan ku letakkan di bibirnya. Dua tangannya ku sandingkan di samping kiri dan kanan tubuhnya.

Kukecup kecil,sekali dua kali.Kemudian lidahku mulai menjulur di pintu kenikmatan kami.Mataku kuarahkan menatapnya.Dewi agak malu rupanya,tetapi ada sedikit senyum disana.Lidahku makin intens menyerang vagina luar dan dalamnya."Ssuuuddaahh Pppaakk..aaaddduuuuhhh...oohhhh",disertai geliat tubuh yang makin menjadi.Karena tak tahan dengan seranganku,dua tangannya meremas dan sedikit menarik rambut dan kepalaku.

Cairan lavanya makin keluar.Dua tanganku mendekap erat buah pantatnya.Jari tengah kiriku sesekali ku masukkan ke vagina dari belakang lalu kusentuhkan dan kutekan sedikit ke anusnya."Aammmppuunnn pppaakkk...ooouuuggghhhh...eeemmmmmpppffss

Ssuudddaahhh...ooohhh",matanya agak membeliak ke atas dan kepala serta rambutku diremasnya kuat.Lava kepuasan dirinya mengalir deras,rasanya gurih sedikit manis.Kudekap erat Dewi dengan kepalaku di vaginanya dan pantatnya ku remas-remas.Kepalaku tetap diusap-usap oleh Dewi.

Ia menarik kepalaku dan mendiumnya ganas.Lambat laun Dewi dapat belajar dariku.Tangan kanannya meremas dan menarik-narik penisku."Panjang ya pak",tanya Dewi."Biasa kok Dew...pingin ya..."godaku."Aaah Bapak.."jawabnya dengan memainkan bola bola ku.Dewi merundukkan tubuhnya lalu tangan kirinya memegang penis dan menciumnya. Mungkin ia belum pernah meng oral suaminya dulu sebab penisku hanya dicium-cium dan diremas-remas.

"Kamu mau ngemut burungku Dew...kayak ngemut permen loly? tapi kalau belum pernah ya nggak usah..nggak pa-pa".Dewi menatapku dan kubelai rambutnya.

Dengan wajah ragu didekatkannya penisku di bibirnya.Dewi mulai membuka mulut,sedikit demi sedikit penisku memasuki mulutnya.Dewi menatapku lagi,meminta penjelasan langkah selanjutnya."Sekarang..kamu maju mundurkan dengan dipegang tanganmu.

Yaa..gitu..oohh..hhmm".Rupanya muridku cepat mengerti penjelasan gurunya.Rambut dan kepalanya kubelai dan kuremas-remas."Lalu...lidahmu kamu puter-puter dikepala penis atau dilubang kencing yang bergaris panjang itu...yyyahhhh..sssuuuddddaaahh pppiiinnnttteeeerrr kkkkaaaaammmuuu Dddeeewww".

Kuangkat kepalanya dari penisku dan kami berciuman dengan panas.saling meremas susu pantat dan kelamin masing-masing.Lalu kubalikkan lagi tubuhnya menghadap bak mandi.Dua tangannya kuletakkan di pinggir bak mandi.Kembali aku bermain-main digunung Dewi. Penisku yang telah panas dan mengacung sekali kudekatkan ke vaginanya. Kukecup-kecup pundak dan leher belakangnya 

Ikat rambutnya aku lepas sehingga dirinya terlihat makin seksi kala menggeliat – geliat dan rambutnya tergerai ke sana kemari. Aku geser – geserkan penis di pintu surgawinya, sengaja aku mempermainkan rangsangan pada Tinah. ”Oohh..Ppaakk..mmaassuukkkiinn..Pppaakkk”, pintanya. ”Kamu mau burungku kumasukkin..hmm.. ”.

”Iyyyaa..Pppaakkk..aaayyyoo Pppaakk..”, rintihnya makin kencang. Kumasukkan penis pelan – pelan. ”Eemmppff..”, erangnya.

Lalu kuhentakkan pelan hingga penisku terasa menyentuh dinding belakang. ”Ooouuggghh..Pppaakkkk..mentok Pppaakk”. Aku menggerakkan tubuh pelan – pelan, kunikmati jepitan dinding – dindingnya yang masih kuat. Dua tanganku tak henti bermain di dadanya. Kumainkan irama di vaginanya dengan hitungan 1 – 2 pelan 3 kuhentakkan dalam – dalam. Lalu tangan kananku meraih kepalanya seperti tadi dan kucium panas bibirnya. Dinding vagina Tinah makin hangat dan banjir sepertinya. Dua tangannya mencengkeram erat pinggir bak mandi.

Sekarang tanpa hitungan, kumasuk keluarkan penis cepat dan kuat. ”Oohh.. oohh…hhmmppffftt..”, erang Tinah berulang. Sedang aku sedikit menggeram dan ”oouugghhh..hhmmppff..mpekmu enaknya Tttiinn..”. ”Bbuurrruunnggg Bbbaapppakk jjjuugggaaa”. Jarak pinggangku dan pantat Tinah makin rapat. Tangan kanan kuusap – usapkan di vaginanya. Dalam kamar mandi hanya ada suara tetes air satu – satu serta desah, bunyi beradunya paha dan pantat dan erangan kami.

”Pppaaakkk..sssaaayyyaa mmaaauu..ooohhh..”. ”Tttuunnggguu Tttiiinnn..aaakkkuuu jjjuuggggaa..Di dalam apa di llluuaarrr”, tanyaku.
”Dddaa lllammm aajjjaaa Pppaakkkk..oobbaattnyaa mmassihh aaddaa..”, jawab Tinah. Mendengar itu serangan makin kufokuskan.

Segala yang ada di tubuhnya aku remas. Dua tangan Tinah tak tahan di pinggir bak mandi dan mencengkeram paha serta pantatku. Bibirku dicarinya lalu ”hhhmmmpppfffttt..”. Pantatku diremas kuat – kuat.

Bibirnya dilepas dariku dan ”ooouuggghhh..”, desah Tinah panjang. Lava yang hangat terasa mengaliri penisku yang masih bekerja. Kepalanya tertunduk menghadap air di bak mandi. Kudekap erat tubuh depannya. Kukecup dan kugigit leher belakangnya.

Lalu tangan kiriku meraih kepalanya dan kucium dalam – dalam. Dengan satu hentakan dalam kumuntahkan magma berkali – kali. ”Ooouugghhh Tttiinnaahhh..hhhmmm..”. kepalaku tertunduk di pundaknya dengan tangan kiri di susu sedang yang kanan di vaginanya.

Lama kami berposisi seperti itu. ”Makasih ya Tin..kamu baik sekali. Enak banget tubuhmu”, kataku dengan membalikkan badannya dan kucium mesra bibirnya. Penis kumasukkan lagi, masih ingin berlama – lama di hangatnya vagina Tinah. ”Saya yang terima kasih Pak. Sudah lama saya pingin tapi sama orang nggak kenal kan nggak mungkin Pak. Burung Bapak pas di mpek saya”, Tinah menjawab dan mencium bibirku pula. ”Mpekmu masih kuat nyengkeramnya..dan panas”. Kubelai – belai kepalanya, ”kok bisa kamu pingin ngajak main sama aku ? Malah aku yang takut kamu laporin”. Sambil mengusap – usap punggungku, ”Tadi waktu saya bersihin mainan adik, saya liat gambar di komputer.

Terus waktu Bapak kencing tadi kan lupa nutup pintu..keliatan burung Bapak yang agak gede pas keluar dari celana”. ”Oo gitu..nakal ya kamu. Bener kamu masih nyimpen obatnya ?”, sambil kucubit pipinya. ”Masih kok Pak..sisa yang dulu”, jawab Tinah. Makin lama terasa penisku yang mengecil. Kucium dalam – dalam lagi bibirnya, ”sekarang..mandi yang beneran”. ”Heeh..iya Pak”, Tinah menjawab sambil tersenyum manis. Ia lalu memelukku erat. Aku membalasnya dengan memeluk erat dan mengusap – usap punggung serta kepalanya.


http://202.95.10.206/


Selasa, 16 Mei 2023

NANI , TTM KU TERSAYANG

 

http://202.95.10.206/

Di akhir pekan kali ini, aku sedang berniat untuk berbelanja kebutuhan di rumah. Memang aku masih bujangan dan hanya tinggal dikontrakan, tapi selagi bisa, aku lebih memilih untuk belanja dan masak sendiri supaya lebih hemat. Aku pun mendatangi pusat perbelanjaan yang terletak di suatu Mall di dekat rumah. Dengan mengendarai sepeda motor ku, tidak sampai 15 menit aku sudah sampai. Bergegas aku menuju tempat belanja berbekal kertas kecil berisikan daftar belanja yang sudah aku siapkan dirumah.

Meski akhir pekan, tapi Mall tersebut tidak terlalu ramai. Mungkin karena hari pun masih terbilang siang, pukul 11. Aku yang sudah selesai berbelanja, berniat untuk bersantai sejenak sambil berkeliling di dalam mall. Begitu aku sedang berjalan di depan restauran jepang, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dan membuat ku segera menoleh. “Mas, maaf, boleh pinjam handphone sebentar gak? Handphone aku hilang nih…” ternyata seorang wanita muda, usia sekitar 20 tahunan dengan muka sedikit pucat dan panik.

Aku terdiam mendengar permintaan wanita tersebut, “Jangan-jangan orang ini mau menipu…” pikirku dalam hati. Tapi aku tidak mau berburuk sangka, ku beri pinjam saja handphoneku. Toh hape sudah jelek, kalau diambil pun belum tentu laku dijual pikirku. “Oh, boleh, Mbak. Ini…” Ujar ku sambil memberikan hapeku. Ku perhatikan wanita itu, cantik sekali sebetulnya. Kulitnya yang putih dengan hidung mancung dan mata yang tidak terlalu besar, ditambah rambut ikalnya berwarna coklat gelap dengan panjang sebahu. Begitu cantik memesona.

Wanita tersebut mengambil hape dan langsung memencet nomer dan menelepon. Sepertinya ia berusaha menghubungi handphonenya yang hilang tersebut. Terlihat beberapa kali ia mencoba menelepon, namun sepertinya usahanya sia-sia.

“Memang terakhirnya handphoneya masih ada pas dimana, mbak?” tanya ku mencoba menenangkan wanita itu yang makin terlihat panik.

“Tadi di parkiran sih masih ada, mas. Sepertinya dicopet orang sih…” Jawabnya getir.

“Sudah coba lapor satpam?”

“Sudah, Mas. Katanya nanti diberi tahu kalau ada yang nemuin…” Jawabnya lagi dengan nada memelas.

Ia pun putus asa dan mengembalikan hapeku. “Ini mas, terima kasih ya Mas…” Aku hanya mengangguk sambil memasukan hapeku ke dalam saku celana. “Duduk dulu sambil minum yuk, Mbak. Biar tenang sedikit, mbak keliatannya panik banget. Nanti kalau sudah tenang, kita cari bareng-bareng. Aku temenin deh.” Tawarku padanya.

Seperti sapi yang dicocokan hidungnya, wanita itu hanya mengangguk dan mengikutiku. Kami berdua pun mampir ke foodcourt mall tersebut dan memesan minum. Aku pun berusaha menghibur wanita yang ku ketahui bernama Nani itu. Ia masih kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta Barat. Awalnya ia ke mall ini hendak menjual hape tersebut, tapi naas nasib malah membuat hape itu hilang sebelum sempat dijual.

Setelah ngobrol sekitar satu jam,  Nani pun terlihat lebih tenang. Pucat dan panik di wajahnya mulai berkurang. Nada bicaranya pun sudah terlihat lebih santai. “Ya mungkin emang bukan rejeki aku, mas. Terima kasih banyak ya mas udah mau nolong pinjemin hape tadi, sampe nemenin aku minum disini. Makasih banyak ya mas.” Ucapnya dengan tulus.

Aku mengangguk sambil tersenyum, “Udah seharusnya saling bantu, kan?”  Nani mengangguk. Waktu sudah menunjukan pukul 3:30 sore. Aku pun memutuskan untuk pulang sebelum jalanan macet karena akhir pekan.

 Nani , aku pamit pulang duluan ya. Sudah sore, khawatir nanti jalanan macet hehehe…” Pinta ku.

“Oh iya, mas. Kalau gitu bareng aja, aku juga mau pulang kok…” Balasnya.

Kami berdua pun berjalan bersama sampai ke parkiran.  Nani membawa motor juga, jadi aku tidak perlu repot menawarkan untuk mengantarnya hehehe.

“Kamu pulangnya ke mana?” tanyaku.

“Pulang sih jauh mas. Aku mau ke kosan temen aja paling di deket sini. Kalau mas pulang kemana?”

“Oh begitu, aku juga ngekos kok. Di belakang gedung itu…” Kata ku sambil menunjuk gedung perkantoran yang ada di dekat mall tersebut.

“Wah, deket dong dengan kosan temenku. Bareng aja jalannya mas kalau gitu…”

Aku mengiyakan permintaan  Nani . Kami pun jalan beriringan sampai ke depan kosan temannya yang berjarak 50 meter dari kosanku.

“Sudah sampai nih, aku langsung ke kosan ya, Na.” Ujarku.

“Iya mas, kosan mas yang itu kan?” tanya  Nani  sambil menunjuk kosanku.

“Iya betul, nah itu yang dilantai dua kamar paling kiri kamar aku hehehe…”

“Oke deh, mas. Nanti kalau ternyata temen aku gak ada di kosan. Aku boleh main ke kosan mas gak?”

“Boleh dong, silakan aja na.”

Aku pun pamit dan segera ke kosan. Sampai di kosan segera aku rapihkan belanjaan yang tadi aku beli. Sembari membersihkan kamar sedikit demi sedikit. Setelah itu aku mandi untuk menghilangkan gerah dan lengket setalah berkeliling di mall dan terkena panas saat di motor tadi.

Selesai mandi, saat hendak mengenakan pakaian, tiba-tiba pintu kamar ku ada yang mengetuk. “Ah, barjo nih paling. Ngapain sih?” gerutuku dalam hati, Barjo adalah teman sebelah kamarku. Ia sering sekali datang ke kamar, apalagi bila aku baru saja berbelanja, untuk menghabiskan persediaan makanan ringan yang aku simpan di kamar.

“Iya, bentar.” Teriakku sambil menghampiri pintu dan membukanya. “Apaan sih, Jo…” ucapan ku terhenti saat ku lihat di depan pintu adalah  Nani , bukan Barjo. “Eh kamu, kirain temen sebelah kamar…” ucapku salah tingkah melihat  Nani .

 Nani hanya tersenyum, “Temen aku ternyata gak ada mas. Aku kesini deh jadinya…” “Masuk masuk, maaf ya aku baru banget selesai mandi nih…” ujar ku. Sedikit bingung juga karena aku bahkan masih mengenakan handuk, belum berpakaian sama sekali.

 Nani pun masuk ke dalam kamar dan duduk di sofa kecil yang aku letakan di pojok kamar.

Aku langsung membuka lemari dan mencari pakaian. Aku tak menyadari bahwa Nani sudah tidak lagi duduk di sofa tapi berdiri tepat dibelakangku. Dengan sekali gerakan, Nani menyusupkan tangannya ke dalam handukku. Sontak aku kaget mendapati penisku diremas-remas oleh wanita yang baru saja aku kenal tadi siang. Aku langsung menoleh ke arah Nani , ia tersenyum nakal sekali sambil tangannya tak mau lepas dari penisku.

“Aku ke kosan temen niatnya mau minta ini, mas. Tapi temenku gak ada. Kalau sama mas, boleh gak?” Tanya Nani dengan nada yang sangat menggoda.

Aku hanya melongo sambil mengangguk kecil. Nani pun menarik handuk ku sampai semua terlepas. Ia mulai menciumi dadaku. Bisa dibilang ini pertama kalinya aku melakukan aktivitas seksual dimana si wanita yang memulainya dengan agresif, sementara aku hanya berdiam diri menikmati perlakuannya. Penisku pun tak kuasa menahan rangsangan yang diberikan oleh Nani , perlahan tapi pasti penisku mulai mengeras. Nani menghentikan remasannya dan melihatku dengan mata indahnya sambil perlahan menurunkan badannya. Ia jongkok sambil memerhatikan penisku. Dikocoknya pelan, lalu dijilatnya batang penisku dari pangkal sampai ujung.

“Uhhh, Nani !” Teriak ku kecil karena geli.

Nani memasukan kepala penisku ke dalam mulutnya. Rasa nikmatnya kembali menjalar diseluruh badanku. Kepala Nani mulai maju mundur dengan penisku yang menyumpal penuh mulutnya. Aku diam tak bersuara, menikmati birahi yang sudah lama tak ku rasakan. Aku hanya bisa merapihkan rambut Nani dan memeganginya agar tidak mengganggu aktivitasnya yang membuatku merasa terbang seperti ke awang-awang.

Hampir lima menit Nani melayani penisku dengan mulutnya yang dihiasi bibir tipis tersebut. Aku pun memintanya untuk berdiri, lalu menciumi bibirnya. Ciuman panas antara kami berdua begitu bergairah. Bibir kami berpagutan, lidah kami saling serang satu sama lain. Aku mendorong tubuh Nani ke arahku agar semakin rapat. Bisa kurasakan payudaranya yang cukup besar menempel di dadaku. Terasa desiran di seluruh tubuhku saat tubuh Nani begitu dekat dengan tubuhku.

Aku coba meremas payudaranya, Nani  sedikit menggelinjang tanpa protes. Justru ciumannya semakin bergairah saja. Aku pun semakin bernafsu dan bersemangat. Tanpa basa-basi, aku angkat pakaian Nani , dan dengan sekali hentakan bra-nya yang berwarna hitam itu pun terlepas. Kini dua gundukan payudara bulat yang kencang dan indah itu dengan menantang menghadap padaku. Segera ku remas lagi ke dua payudara tersebut sambil lidahku berusaha menyapu seluruh permukaan kulit leher

Nani yang jenjang dan putih itu.

“Uhhh, massssss. Hmmm, enak massss….” desis Nani pelan.

Tanganku yang masih belum puas meremas payudara Nani berusaha untuk menurunkan celananya yang berwarna biru tua itu. Setelah kancing celana aku buka dan kuturunkan sedikit, selebihnya aku gunakan kakiku untuk menurunkan sepenuhnya celana Nani . Terlihat celana dalamnya yang berwarna putih memiliki bercak basah disekitar area vaginanya.

“Sudah nafsu sekali sepertinya wanita ini…” Gumamku dalam hati.

Kali ini bagian ku. Aku menurunkan tubuhku dan bertumpu pada lututku. Ku ciumi paha Nani yang jenjang dan sangat mulus itu sambil tanganku meremas pantatnya yang cukup keras itu. Nani menggelinjang dengan desisan pelan sambil meremas kepala dan rambutku. Aku turunkan celana dalam Nani . Terlihat vaginanya yang merah merekah tanpa sehelai bulu kemaluan. Begitu basah, namun harum yang membuatku tak sabar untuk menikmatinya.

Ku geserkan sedikit kaki Nani agar bibir dan lidahku mudah menjangkau vaginanya tersebut. Nani  hanya menurut. Ku usapkan lidahku di bibir vaginanya yang tebal itu. “Aahhh mas!” Teriak Nani . Ku mainkan terus lidahku di klitorisnya yang sudah membesar tersebut. Ku rasakan tubuh Nani bergetar. Mungkin karena memang berdiri tanpa sandaran, dan perlakuanku padanya membuat kaki kakinya menjadi semakin lemas dan bergetar seiring nikmat yang ia dapatkan di vaginanya dari lidahku. Sesekali kususupkan kedua jariku ke dalam vaginanya. Erangannya pun semakin menjadi, ditambah tangan ku yang satu lagi tak henti hentinya meremas pantatnya yang begitu seksi.

“Mas… Aku mau keluar, Mas…. Uhhhhh….” Desis Nani sambil meremas rambutku makin kencang.

Tidak lama berselang, Nani pun mencapai orgasmenya yang pertama dengan ku. “Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh, massssssssssss…… Aku keluarrrrr masss uoooohhh….!” Teriaknya. Nani menikmati orgasmenya yang pertama dengan tubuh sedikit menunduk dan tangannya bertumpu di kedua pundakku. Aku hanya melihat ekspresi mukanya yang terlihat begitu menikmati permainanku dan mulut yang sedikit terbuka dan mata yang tertutup rapat.

“Hoooh, hoooooh…” Erang Nani . “Enak banget, Mas… Aku pertama kali loh keluar lagi berdiri gini, sumpah lemes abis….” Kata Nani .

Aku tersenyum sambil berdiri dengan tangan ku yang masih mengelus elus vagina Nani .

“Baru pakai lidah sama jari aja udah lemes, gimana kalau pakai ini?” Tanyaku pada Nani  sambil menarik tangannya dan meletakannya di penisku yang masih menegang dari tadi.

Nani lalu membuka matanya dan kembali melihatku dengan tatapan nakalnya. Tangannya mengocok pelan penisku.

“Hmm, ga tau sih. Gimana kalau dicoba aja langsung?” pinta Nani nakal.

Aku mengangguk pelan sambil tanganku mencoba membuka laci lemari yang ada di belakangku dari tadi. Ku cari kondom yang masih kusimpan dengan baik dari pertemuanku dengan Niken sebelumnya. Kondom berwarna merah yang tipis ini sepertinya akan menjadi andalanku untuk setiap pergulatan dengan wanita-wanita yang haus birahi seperti Niken dan Nani ini.

“Tipis banget, gak takut bocor mas kondomnya?” Tanya Nani dengan bingung, tapi tangannya tetap meremas penisku.

“Gak kok, malah enak kan kalo tipis, jadi gak berasa lagi pake…” Jelasku sambil memasangkan kondom ke penisku.

Nani hanya mengangguk sambil menciumi dadaku. Setelah kondom terpasang, aku membalik tubuh Nani  agar memunggungiku dan mendorong tubuhnya. Posisi doggy style sambil berdiri bisa dibilang posisi kesukaanku. Nani pun sepertinya mengerti apa yang aku inginkan. Ia menungging sambil tangannya bertumpu ke meja yang ada tepat di depannya. Ku ludahi sedikit tanganku dan ku usapkan di vagina Nani . Tanganku yang satu mengarahkan penisku agar bisa semakin mudah menerobos masuk vagina Nani yang terlihat begitu nikmat. Ku masukan kepala penisku sedikit demi sedikit ke dalam vagina Nani . Dari kaca yang ada di meja, aku bisa melihat wajah Nani yang penuh nafsu dan birahi, menikmati setiap senti penis ku yang masuk ke dalam lubang kewanitaannya. Nani melenguh pelan saat penisku pun sudah masuk seluruhnya ke dalam vaginanya yang kesat itu

“Masss, nikmat masss… Genjot terus massss….”

Aku pun menggenjot perlahan vagina Nani . Aku ingin penisku bisa merasakan tiap permukaan di dalam vagina Nani yang hangat itu.

Saat pinggulku sibuk menggenjot, tanganku menepuk keras dan meremas pantat Nani bergantian. Posisi menunggangi kuda yang liar yang pernah aku lakukan sepertinya. Dari kaca di meja juga aku bisa melihat payudara Nani yang menggantung dan bergoyang seirima dengan genjotanku di vaginanya. Pemandangan yang sungguh membuat ku ingin terus merasakannya dalam waktu yang sangat lama. Kami bertahan hampir sepuluh menit dengan posisi itu sampai akhirnya aku merasakan dorongan dari dalam penisku yang mendobrak ingin keluar dengan cepat.

“Aku mau keluar nih, Ni…” Lenguhku pelan.

“Keluarin di mulut aku dong, Masss…” Pinta Nani .

Segera ku cabut penis dan kondom yang masih terpasang rapih, Nani langsung mengambil posisi berjongkok di depan ku dan membuka mulutnya lebar. Ku kocok cepat penisku sampai dorongan yang ada tidak bisa lagi ku tahan.

“Aku keluarrrrrr” crot crot crot, begitu banyak sperma yang menyemprot keluar dari dalam penisku dan memenuhi wajah Nani . Sperma putih kental seperti susu itu menutupi mata, hidung dan pipi Nani . Beberapa juga masuk langsung ke dalam mulutnya dan ditelan cepat sampai habis.

Nani memasukan penisku ke dalam mulutnya dan membersihkannya dengan lidah, dihisapnya sampai habis seluruh sperma yang tersisa di kepala penisku. Setelah itu baru ia mengusap sperma yang ada di wajahnya dengan tangan lalu memasukan sperma tersebut ke dalam mulutnya. Benar-benar haus sperma wanita ini, pikirku. Nani  tersenyum sambil tertawa kecil saat menikmati spermaku.

“Enak sekali mas, suka deh sama sperma kamu…” ucap Nani manja sambil mengusap usap penisku yang masih tegang.

“Sebentar ya, Mas…” Nani berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Aku mengiyakan lalu menuju tempat tidur. Pergulatan dengan posisi berdiri lebih membuat letih ternyata. Dan aku pun masih belum habis pikir bisa menikmati tubuh Nani Nani pun keluar dari kamar mandi masih tanpa busana. Ia tersenyum melihatku yang sudah berbaring di kasur dan menghampiriku, ia pun berbaring di sampingku.

“Capek, ya?” Tanya Nani sambil mengecup pipiku.

“Yah, lumayan deh. Pegel juga berdiri, hahhaa.”

Nani tertawa mendengar penjelasanku dan memelukku kemudian. Kepalanya disandarkan di atas dadaku. Sungguh posisi yang romantis dan membahagiakan setelah bercinta.

“Ngomong-ngomong, pacar kamu pasti marah sekali ya mas kalau tau kita begini…”

“Hah? Aku gak punya pacar kok, Na. Mungkin pacar kamu yang tinggal dikosan sebelah…”

“Dia sih bukan pacarku mas, emang TTM aja, ketemu kalau ada maunya aja hehehe…”

“Oh gitu, wah enak dong. Aku juga mau kalau jadi TTM kamu…”

“Yang bener mas? Asik!” Nani terlihat senang sekali mendengar pengakuanku yang ingin menjadi TTMnya.

Nani kembali mengelus elus penisku yang sudah lemas. Sepertinya nafsu birahinya kembali meninggi.

“Mau lagi ya?” tanya ku.

“He’eh.” Jawab Nani mengangguk sambil tersenyum manja melihatku. “Kondom yang tadi masih ada gak?” Tanyanya.

“Ada tuh di laci, ambil deh…” Perintahku.

Nani langsung beranjak ke lemari dan mencari kondom tersebut di lemari. Bukan hanya takut bila sampai hamil, tapi aku tetap berusaha untuk menggunakan kondom setiap berhubungan badan untuk menghindari penyakit. Nani pun membawa beberapa kondom yang aku simpan di laci. Diletakannya disamping bantal di sebelah ku.

“Tapi belum tegang nih, gak bisa dipakein dong…” kata Nani melihat penisku yang masih lemas.

“Iya sih, mungkin kalau diciumin sama kamu, dia bakal bangun lagi…” Pintaku nakal.

Nani mengerti mauku. Ia tersenyum dan merapihkan rambutnya lalu menuju penisku yang masih lemas itu. Dengan sekali tangkap, penisku sudah masuk seluruhnya ke mulut Nani . Ia kembali menjilat batang penisku, menghisap penisku kuat kuat dan menjilati bagian buah zakarku. Begitu nikmat, atau sangat nikmat sepertinya. Permainan lidah Nani sukses membuat penisku kembali berdiri. Ku ambil satu kondom yang ada di sampingku dan membuka bungkusnya. Ku berikan kepada Nani untuk dipasangkan.

Setelah terpasang kembali dengan rapih. Nani lantas bangun dan mencoba duduk di atasku. Dipegangnya penisku dan diarahkannya ke dalam vaginanya yang masih basah sepertinya. Sekali hentakan kencang, vagina Nani pun terisi penuh oleh penisku yang sudah keras dan membesar itu. Nani  membuka lebar mulutnya merasakan desakan kuat dari penisku yang ingin menjelajahi vaginanya lebih dalam.

“Hoooooh, kontolmu nikmat sekali rasanya mas! Aku sukaaaaaa!” teriak Nani .

Aku tidak menyauti perkatannya, tanganku sudah sibuk meremas kedua payudaranya yang bergantung indah di dadanya. Terasa begitu nikmat kempotan vagina Nani di penisku. Sungguh nikmat yang tiada tara, mungkin vagina Nani ini lebih nikmat dari vagina Niken.

“Uhhh, masss, nikmatttt masssssss, entoti aku terus masssss…” racau Nani  brina sambil memainkan rambutnya. Terlihat begitu sensual nan erotis. Nafsuku pun semakin bangkit dan tak tertahankan.

Ku tarik Nani dan ku putar posisiku agar aku yang diatasnya tanpa melepaskan penisku yang masih tertanam di dalam vaginanya.

“Genjot mas, nikmati aku massss. Nikmattttttt….” seru Nani 

Aku genjot kembali vagina Nani dengan liar dan cepat. Ku hantamkan penisku berkali kali keluar masuk vaginanya yang semakin merekah dan basah.

“Uhhh, aku mau keluar nih masssss…” Desis Nani .

“Sabar sayang, aku juga, sebentar lagiii…” Kata ku berbisik di telinga Nani . Lalu ku kecup leher dan kujilati lehernya sambil pinggulku masih sibuk menggenjot Nani .

“Arrrgggghh, masssss arrrrrrggghhhhh..” Desah Nani mendapati vaginanya yang begitu nikmat dimasuki penisku dan sapuan lidahku di lehernya yang menambah rasa geli namun nikmat itu.

“Massssss, gak tahan masss, aku mau keluar masssss…..” Pinta Nani memelas.

“Aku juga sayangggg…” Ku percepat genjotan penisku dan ku fokuskan nikmat dipenisku agar ku bisa cepat keluar untuk mengimbangi permainan Nani .

“Aaaaahhh masss! Aku keluarrrrrr arrrggggghhhhhhhhh….” Erang Nani  kencang.

“Aku jugaa sayanggggg arrrggggggghhh!!!” Crot crot crot, tersemburlah sperma ku untuk yang kedua kalinya. Kali ini di dalam vagina Nani meski tertahan kondom tipis itu.

“AAAAAAAAAAAAAHHHHHH NIKMAT MASSS!!” Nani menarik dan memelukku. Ku rasakan tangannya sedikit mencakar punggungku, mungkin ia tak bisa menahan nikmat yang ia rasakan.

Aku pun terkulai lemas di samping Nani . Penisku langsung lemas setelah orgasme yang kedua ini. Nani pun terlihat lemas berkeringat dan nafasnya begitu tersengal berat.

Sejak saat itu, aku dan Nani  resmi berhubungan meski sekedar TTM. Nani meninggalkan TTMnya yang tinggal di dekat kosanku dan lebih memilih untuk selalu bersama ku. Nani yang cantik ini selalu sanggup memuaskan hasrat seksualku kapanpun aku mau.

http://202.95.10.206/


Jumat, 12 Mei 2023

I LOVE YOU AYU


http://202.95.10.206/


Malam itu Ayu sedang menangis di hadapanku. Kisah selingkuh kami ketahuan oleh istriku. Aku yang sangat mencintai istriku telah berjanji untuk berhenti selingkuh, dan malam ini adalah kesempatanku untuk menjelaskan pada Ayu Ayu adalah wanita berjilbab yang masih single, berusia 22 tahun. Dulunya dia adalah rekan kerja dari sahabatku. Hobi fotografi membuat kami saling kenal, karena dia bersedia untuk difoto olehku yang masih sangat pemula.

Tidak lama setelah berkenalan, Ayu mulai menceritakan kisah cintanya yang ternyata tidak bahagia. Meskipun telah berencana menikah, calon suaminya ternyata sering berlaku keras dan berkata kasar. Akupun sering bercerita tentang masalah keluargaku. Pernikahan di usia muda membuatku dan istri sering bertengkar. Sementara ketika menghadapi Ayu yang sabar dan penyayang, aku merasa sangat nyaman. Begitu juga yang Ayu rasakan ketika bertemu aku. Tanpa sadar, kami pun sering ber sms dan mulai mengatakan saling menyayangi. Hanya saja, sebuah sms yang salah kirim membongkar semua. Kini Ayu bersedia datang menemuiku di kamar kosan tempat kami biasa berduaan.

Ayu yang mencoba memahami situasi ini terlihat sangat sedih. Katanya dia takut kehilangan aku. Oh, betapa tangis wanita selalu bisa melumpuhkan dunia, begitupun aku saat itu. Wanita ini sangat baik, sabar, penyayang, dan memiliki keinginan kuat. Matanya yang sembab membuatku sangat ingin memeluknya, mungkin untuk yang terakhir kali. Akhirnya kuraih tangannya dan meletakkan kepalanya di pundakku. Isak tangisnya pun meledak, tak lagi sanggup dibendung. Entah mengapa aku sangat merasa bersalah, meskipun aku merasa itu salah kami berdua. Semakin erat pelukanku kepadanya, dan kurasakan dia melakukan hal yang sama. Kemudian kuangkat wajahnya, kudekatkan kewajahku, aku tak sanggup menahan bibir untuk bicara, “I Love You, Ayu ”. Dalam isak tangisnya dia juga berkata, “Love You Too, Ari…”. Sungguh bergetar hatiku saat itu, dan tidak terasa aku mengecup bibirnya perlahan.

Kulihat untuk sesaat Ayu memejamkan matanya, sepertinya dia merasakan getaran perasaan hingga ke hati. Kurasakan jantungku berdetak semakin cepat. Rasa sayang ini menyatu bersama kekecewaan mendorongku untuk memagutnya lebih dalam. Kukulum bibirnya yang ranum dan jarang disentuh laki-laki, dan kurasakan bibirnyapun membalas ciumanku. Sepertinya “pertemuan terakhir” ini menjadi luapan segala emosi yang pernah kita jalani bersama. Pertemuan sembunyi-sembunyi, memasak untukku, makan bareng, ciuman-ciuman kecil, dan menghabiskan malam berdua meskipun hanya memandang bulan. Dan sedikit pelukan tentunya.

Malam ini Ayu terasa seperti kehilangan rem. Lidahku mulai menjelajah liang mulutnya, meraba deretan giginya, dan sesekali dihisapnya. Ketika kutemukan lidahnya, kuelus dengan lidahku dan bertarung dahsyat. Bibir dan kepala kamipun mulai bergerak liar. Pelukan yang tadinya kencang mulai mengendur, karena satu tanganku tidak lagi memeluk. Dia telah berpindah ke depan untuk memegang lembut dadanya. Sebuah reflek yang biasa kulakukan ketika berciuman dengan istriku, tapi ini yang pertama kali kulakukan pada Ayu . Awalnya aku kaget dan takut membuat Ayu marah, namun anehnya Ayu tidak bereaksi apapun kecuali melanjutkan aksi ciuman kami. Karena merasa dia memberikan ijin, tanganku mulai meraba kedua perhiasan yang selama ini dijaganya itu. Payudaranya memang tidak besar, namun menyentuhnya membuat darahku makin memanas.

Di saat itu sepertinya rem kami berdua makin blong. Kurebahkan Ayu yang masih berbusana lengkap plus jilbab di kasurku, supaya aku bisa leluasa menciumnya sambil menjelajahi dua bukit muda yang jarang dijamah itu. Terasa makin lama nafas Ayu pun makin memburu, seolah mengisyaratkan kepadaku bahwa dia ingin kumiliki. Ciuman kami dan rabaanku semakin liar hingga jilbabnya mulai berantakan. Karena makin menggangu, maka kulepas saja jilbab itu, namun agak sulit karena banyak peniti disana sini. Jilbab itu akhirnya tanggal setelah dia membantunya. Tampaklah wajah dan rambutnya yang baru pertama ini kulihat. Wajah putihnya yang cantik ditambah rambutnya yang acak-acakan semakin membuatku menjadi bernafsu. Untuk sementara kulupakan rasa bersalahku, kulupakan rasa hormatku, dan kulupakan istriku. Yang ada hanya nafsu yang memuncak.

Tak tahan lalu kucoba mencari kancing bajunya, dan ingin kulepaskan. Aku menjelajah ke seluruh tubuhnya, namun tak kutemukan. Aku ternyata kurang akrab dengan baju seperti ini. Ayu yang mengetahui kebingunganku tersenyum kecil dan membuka resleting baju yang ada di bagian samping, dan membiarkan aku melakukan sisanya. Tanpa lama-lama lagi, kubuka baju itu, dan terpampang sebuah pemandangan yang sangat indah yang seperti baru pertama kali kulihat. Hamparan kulit putih bersih dan tercium wangi yang biasa ditutup sangat rapat sekarang terbuka lebar di hadapanku untuk kunikmati. Kuelus lembut perutnya, dan ternyata sangat sangat halus dan lembut. Payudara yang tersembul tertutupi bra warna hijau adalah puncak keindahan pemandangan itu. Namun aku yakin ada yang lebih indah di dalamnya.

Kulepas paksa bra itu, diiringi rintihan penolakan kecil yang tak berarti dan tidak menghentikan aku untuk melakukannya. Tak perlu usaha keras, bra itupun tak lagi menutupi keindahan itu. Dua buah payudara yang putih dan sangat mulus, berujungkan puting kecil berwarna merah muda yang menegang. Warnanya yang merah muda segar menandakan area ini belum pernah dijamah pria manapun. Sungguh makin tak kuasa aku menahan gejolak ini. Kuremas payudara itu dengan lembut, dan kuhisap putingnya. Gerak lidahku bermain membuat Ayu mendesah-desah pendek, sambil menggerak-gerakkan kakinya. Aku tahu dia gelisah, terjadi pertarungan antara ketakutan karena ini adalah pengalaman pertama, sekaligus dorongan nafsu yang sudah di ubun-ubun. Kurasakan tangannya menyentuh bagian belakang kepalaku dan membantunya bergerak. Dia menikmati itu. Pasti.

Ciumanku kembali ke atas, menjamah leher dan kemudian telinganya. Aku sempat bertanya, “Kenapa mau Rin?”. Sambil menyentuhkan payudaranya ke dadaku yang kini bersentuhan, dia berbisik, “Beginilah kalau wanita sudah cinta, Ari..”. Karena terbawa suasana, tanganku kini menjelajah pangkal pahanya yang masih tertutup rok panjang warna hitam. Untuk sejenak kucari celah kecil dari luar rok, dan kurasakan Ayu melonggarkan kakinya dan menikmati itu. Tak lama kuangkat rok itu hingga pinggang, namun masih ada stocking yang menggangguku. Pertahanan wanita ini sungguh berlapis. Maksudnya memang untuk menjaga diri dari godaan lelaki. Apa daya malam ini dia benar-benar takluk padaku. Kulepaskan stockingnya dengan terburu-buru dan kulemparkan entah kemana. Celana dalam sebagai pertahanan terakhirpun segera kutanggalkan. Aku sangat tidak tahan.

Setelah kupastikan celah itu sudah basah melalui sentuhan jariku, kupindahkan kepalaku menuju vagina nya. Tercium aroma khas yang agak asam dan wangi, dan berbulu tidak terlalu lebat. Wanita ini benar-benar merawat aset pribadi nya. Kucium dan kujilat-jilat pintu vaginanya, membuat Ayu mengerang lebih keras. Terdengar rintihannya, “Ariiii, oh, Ariiiii… shhhh…”. Rintihan yang seperti penyemangat ku untuk mengeksplor lebih, kucari klitorisnya, kujilat dan kukulum. Lidahku kumainkan berirama, cepat dan lambat bergantian. Tidak lama, kurasakan pahanya bergetar dan tangannya mencengkeram rambutku sekitar 3 detik, lalu melemas. Sepertinya dia orgasme. Barangkali untuk yang pertama kali sepanjang hidupnya.

Kuhentikan semua aktifitasku. Kubiarkan dia telentang agak ngangkang dengan mata terpejam dan nafas yang masih memburu. Hanya rok yang tersingkap di pinggang yang tersisa di tubuhnya. Kupandangi sekujur tubuhnya yang putih mulus tanpa cacat. Sungguh sayang badan seperti ini selalu ditutup. Betapa beruntung laki-laki yang memilikinya nanti, pikirku. Namun tiba-tiba aku berpikir, bukankah aku lebih beruntung jika berhasil merasakannya untuk yang pertama kali? Seketika hasratku kembali memuncak. Kulepaskan seluruh pakaianku tanpa sisa. Senjataku yang mengeras tampak tegang menantang. Ayu  melihat itu tidak terlihat kaget. Mungkin dia pernah melihatnya di bokep atau di tempat lain. Segera kudekatkan ke mulutnya dan dengan sigap Ayu mengulum dan menghisapnya.

Dari caranya memperlakukan itu, sepertinya itu bukan yang pertama. Mungkin calon suaminya pernah memaksa melakukan itu. Atau memang dia sangat berbakat, entahlah. Yang pasti dari bentuk dada dan responnya terhadap rangsanganku, calon suaminya itu seperti tidak berani bertindak jauh dalam menjamah Ayu . Ah, sudahlah, tidak perlu memikirkan orang lain. Yang jelas kuluman ini terasa sangat nikmat, pinggangku otomatis mengikuti gerak maju mundur. Sesekali mata Ayu melirik mataku dan tersenyum ketika melihat aku keenakan.

Tak lama kulepaskan senjataku dari mulutnya. Aku rasa inilah saatnya. Segera badanku menindihnya, langsung mengulum bibir Ayu dan meremas-remas dadanya. Ayu seperti belum siap untuk kembali terangsang, tapi aku tidak peduli. Kulitku telah menyentuh kulit putih mulusnya, dan senjataku bergerak-gerak di depan liang kenikmatan itu. Aku menatap matanya seolah bertanya, dan spontan kepala Ayu menggeleng. Namun ketika kupagut lagi bibirnya, gelengannya berhenti, berganti dengan ciuman balasan yang maut, pelukan ke pundak, dan lutut yang kini menekuk. Karena kuanggap dia lengah, maka nekat saja kudorong kepala senjataku memasuki liang vaginanya. Keningnya mengrenyit, ciumannya berhenti, dan kembali menggeleng. Namun badannya tidak bereaksi apapun. Maka kudorong lagi pinggangku lebih dalam. Ayu terpejam dan memalingkan mukanya. Tangannya yang masih melingkar di pundakku terasa menegang. Tak tahan lagi, maka kucoba masukkan lebih dalam. Dan, blessssssss… separuh senjataku pun masuk diiringi lenguhan tertahan dari Ayu .

Kurasakan senjataku mentok tertahan tidak bisa masuk lagi, maka kugoyangkan saja separuh yang di dalam itu. Aku merasa sangat sangat nikmat. Kehangatan vagina wanita yang disetubuhi pertama kali memang tak tergantikan. Tak ada lagi bentuk penolakan apapun dari Ayu . Dia hanya terpejam dan keningnya mengrenyit. Maka kupagut lagi lehernya, kutinggalkan cupang kecil untuk kenang-kenangan. Ketika pinggang Ayu mulai ikut bergerak, kucabut lagi senjataku dari liangnya, lalu kumasukkan kembali perlahan-lahan. Masuk-keluar ini berlangsung beberapa kali hingga secara refleks tiba-tiba pinggangku menghentak dan mendorong lebih dalam. Bleessssssss!!!!!

“Aaaaahhhhh…..” Ayu kini memekik. “Aaaarrriiiii…”. Senjataku sudah ada di dalam sepenuhnya. Ayu lalu melingkarkan kakinya di pinggangku. Entah apa yang ada di pikirannya kini. Yang jelas posisi ini membuatku leluasa untuk memaju mundurkan pinggangku. Vagina nya yang basah dan hangat benar-benar nikmat dan membuatku terbang. Seorang wanita berjilbab yang biasa menutupi tubuhnya dengan pertahanan berlapis sedang berada di bawahku, kutindih, kusetubuhi, kunikmati, dan kutusuk vagina nya dengan senjata ampuhku hingga membuatnya keenakan. Kugerakkan pinggangku tanpa ampun. Senjataku pun keluar-masuk dengan sangat bebas dan berirama. Kadang cepat dan kadang lambat. Ayu benar-benar terbawa suasana dan menikmati permainan ini.

Kulihat sekarang Ayu mulai on fire. Nafasnya yang memburu, wajahnya yang memerah, dan pinggulnya yang ikut bergerak menandakan dia sedang bergerak menuju titik nikmat itu. Kuhentikan gerakanku, kusuruh dia pindah ke atas. WOT. Sebuah posisi yang agak aneh untuk wanita berjilbab, namun aku yakin itu akan membuatnya bahagia. Meskipun agak ragu, Ayu menuruti juga. Aku yang telentang dengan senjata mengacung tegak menunjuk langit segera didudukinya. Dengan senjataku ada di dalam vaginanya, Ayu bergerak bergoyang mencari iramanya sendiri. Tanganku membantunya dengan meremas dua bukit nikmatnya dan meremas pantatnya yang sangat kenyal dan padat, sambil sesekali meraih kepalanya untuk melumat bibirnya. Setelah beberapa menit bergoyang, Ayu  tiba-tiba bergerak tak beraturan sambil mengerang tak jelas. Tangannya menggenggam lenganku dengan kuat. Gerakan ini berlangsung sekitar 10 detik. Ayu orgasme. Lagi.

Ketika Ayu  sudah lemas, kini giliranku untuk menghabisinya. Kubiarkan dia telentang ngangkang tanpa tenaga, dan ku eksplorasi liang vaginanya dengan senjataku yang sudah tegang sejak awal permainan tadi. Dengan wajah sayu dan mata terpejam, Ayu menerima begitu saja sodokan-sodokanku di vaginanya. Sambil merem keluar beberapa suara dari mulutnya. “Hmmmpfh..”, “Ariiii…”, “Sayaaaangh…”, “Eeemmmhhh…”, “Ssssh…”. Aku merasakan nikmat tiada tara yang makin lama makin memuncak. Gerakan pinggangku makin lama makin cepat, dan senjataku terasa makin peka. Kupercepat saja goyangan itu karena sodokan itu makin enak, dan rupanya Ayu menyambutnya dengan kembali melingkarkan tangan di pundak serta kakinya di pinggangku. Spontan kusambut dengan pelukan juga, dengan dadaku menyentuh payudaranya yang lembut.

Setelah beberapa detik goyanganku mencapai titik tercepat, aku berhenti. “Ayuuuu… oooooh… Ouch, Ergh, ssssh.. Akkkkuuuuu keellluaaaaar…”. Semburan sperma tak sanggup kutahan terlepas ke dalam rahim Ayu . Aku tak ingat apapun termasuk kemungkinan Ayu hamil. Aku benar-benar larut dalam kenikmatan. Spermaku keluar hingga tujuh kali. Setiap kali sperma keluar, Ayu sedikit melenguh sambil menolehkan kepala ke sisi yang lain. Di semprotan ke empat terasa pelukan Ayu kembali menguat dengan kepalanya bergerak tak teratur dan erangan tipis. Tampaknya Ayu orgasme untuk yang ketiga kali, namun kali ini tidak terlalu kuat. Setelah semua spermaku kurasakan keluar, akupun terjatuh lemas di sebelah Ayu . Kasur kosku yang tidak luas sangat pas untuk tubuh telanjang kami berdua. Sungguh kenikmatan luar biasa yang kurasakan saat itu. Terlebih lagi karena mampu membuat Ayu bahagia.

Beberapa menit setelah kami mulai bisa mengumpulkan kewarasan, Ayu kembali terisak. Kali ini tidak ditahannya. Dibiarkan air mata itu mengalir di pipinya. Aku tahu dia menyesal, aku tahu dia marah, aku tahu dia kecewa, namun aku tahu bahwa ini adalah luapan cinta kami yang sangat indah meskipun salah arah. Selamat tinggal Ayu , kenanglah aku selalu. Kutunggu kabar darimu, dan tak sabar aku melihat seperti apa wajah anakmu kelak.

http://202.95.10.206/


luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com
domino99,