Senin, 30 Desember 2019

Selingkuhan Yang Menggetarkan


Agen BandarQ - Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.

“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.

“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?

Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam membayang di spandexnya.

Hmm… mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku. Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.

“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan.”

“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”
“Ah, biasa aja lageee..hehehe”

Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Firda. Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang wanita yang mungil.

Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku.

“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika.
“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”

Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…

“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan pandangan menyelidik.

Mati aku… berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….

“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik ambil tertawa.

Aku Cuma tersenyum.

“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”
“Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
“Iya.”

Tepat saat Rika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Firda keluar dari kamarku.

Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Firda ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya.

Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah.

“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.

Firda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…

“Ceklek….!”

Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Firda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Firda yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya.

Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.

“firda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.
“Eh…anu…ini lho…”kudengar Firda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.

“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”

“Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Firda lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.

“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak.

“Sini liat.” Rika menghampiri Firda dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Firda, tanpa perlawanan dari Firda.

“Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?”

“udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Firda. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.

“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki kami berdua dengan wajah merah padam.

“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Firda ke polisi…silakan. Mau laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah.

“Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.

“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Rika memberikan tawarannya kepadaku.

“Apa syaratnya, Rik?”
“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”
“Iya, apaan syaratnya?” Firda ikut bertanya
“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”
“WHAT?” aku dan Firda berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”
“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Rika mencibir dengan senyum kemenangan.

Aku dan Firda saling berpandangan. Kuhampiri Firda, kubelai tangan dan rambutnya. Firda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika. Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Firda segera membuka kaosnya.

Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Firda menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Firda dan Rika.

Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.

“Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”firda merintih. “Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah.”

“Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”

Aku menatap mata Firda yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera k usosor memiaw Firda yang sangat becek oleh lendir birahinya.


“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww….”firda menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.

Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.

“Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”firda da terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya. ‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”

“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik itil maupun memiaw Firda sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.Cerita Sex

Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Firda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.

“ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Lin da menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.

Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Firda. Sedotanku pada memiawnya membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Firda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.

“Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran.
“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”

Kulihat Firda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku m elumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Firda sangat terawat, kencang.

Dan putingnya masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.

“Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Firda mulai mengejang lagi.  Daftar Poker Online

“Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”

Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Firda. Blessss…….

“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”p antat Firda tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam da n kuhentikan sejenak disana.

Terasa sekali memiaw Firda berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.

“Ayo, ndre…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Linda merintih memohon.

Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk ….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Firda yang sudah basah kuyup nyaring terdengar.

Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya. Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.

“ Firda menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek.

Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Firda, makin kencang pula pelukannya. Nafas Firda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.

Karena denyutan memiaw Firda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.

“Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Linda memohon.
“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.

“No problem honey…aku safe kok….”sahut Firda. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”

”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Firda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat.

AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooo ttttt..jrrrro ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Firda, sampai-sampai ia tersentak.

Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.

Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Firda merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…” ucap Firda. Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.

“Plllookkkkk….”


Kupandangi memiaw Firda yang masih membengkak dan merah dengan lubang menganga. Firda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Firda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa.

Akibatnya, telapak tangan Firda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah be rcampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Firda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawnya untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.

“Brani kam telen lagi?” tantangku.
“Idih…syapa takut….”firda balas menantangku. “Nih liat ya….”

Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…

“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Firda nampak puas menikmati pejuh ditangannya.

“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…” Firda tertawa geli.
“Tuh…masih ada sisanya ditangan. belum bersih.” Sahutku.

“Tenang, NDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Firda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.

“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Firda sambil mengerling genit.
“Astagaaaa….kamu tuh, Fir…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
“Kenapa…? Kaget ya?”
“Diem-diem, muka alim..ta pi kalo urusan birahi liar juga ya..”
“Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak.”
“Tau gitu tadi aku semprot dimuka kamu aja ya..” sesalku

“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Firda tersenyum

“Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Firda

Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. yaitu dengan memasukan kedua jarinya ke vagina rika aktivitas seperti itu bisa disebut juga dengan masturbasi.

rika pun kulihat-lihat merasakan kenikmatan yang didapat saat melakuan maturbasi otot otot mukannya menegang kelihatan seperti nafsu yang telah lama terpendam tidak dilampiaskan.

Minggu, 29 Desember 2019

Ku Perawanin Adik Ipar Ku Yang Sexy



Kisah ini terjadi ketika istriku yang tercinta Narty, sedang mengandung anakku yang pertama kira-kira satu setengah tahun yang lalu. Saat menjelang bulan yang kedelapan, perut Narty sudah sangat besar dan tidak memungkinkan lagi bagi Narty untuk mengurus semua urusan keluarga seperti mencuci piring,gelas,dan lain-lain. Ia harus lebih banyak istirahat.

Praktis deh sejak saat itu semua pekerjaan rumah tangga semua menjadi tangung jawabku mulai dari mencuci sampai memasak. Narty sebenarnya nggak tega melihat aku bekerja habis-habisan di dapur, namun apa boleh buat dia sendiri harus mematuhi anjuran dokter untuk beristirahat total dari rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.

Akhirnya karena terlalu banyak menghabiskan waktu dirumah untuk menjaga Narty dan jabang bayinya, pekerjaanku di kantor pun terganggu banyak file-file keuangan yang belum sempat kuselesaikan dan akupun jadi sering mbolos ngantor, bosku tentu saja marah. Agen BandarQ

Ia bahkan mengancam akan menskorsingku, wah celaka…….!

Maka mau tak mau aku harus sering ke kantor untuk menyelesaikan semua pekerjaanku sementara Narty akan menghubungi adik bungsunya Pita yang baru lulusan SMA. Untuk menemaninya, aku memang nggak pernah bertemu Pita sebelumnya.

Lantaran ia sekolah di kota madiun dan tinggal bersama neneknya dikota tersebut dan akhirnya kuijinkan aja Pita menemani Narty.

Semula nenek Pita keberatan kalau Pita harus tinggal bersama kami namun karena desakan Narty yang cucu kesayangan ini. Nenek pun berkenan membiarkan Pita tinggal bersama kami di Bandung.

Bahkan Pita berniat untuk melanjutkan pendidikanya di kota ini sambil bekerja dan mencari pengalaman hidup. Katanya saat itu kamipun berniat membiayai pendidikan Pita, karena bagaimanapun pendidikan adalah yang utama.

Sekarang mari kita bicarakan tentang body Pita. body Pita sangat menawan payudaranya lumayan montok juga sanggup memancing hawa nafsu kaum adam sepertiku bibirnya sangat sexy ingin sekali aku mengulumnya.

Rambutnya panjang terurai lurus wajahnya keindo-chinese-san pantatnya juga semok.

Pokoknya sexy abiss bo..!

Aku berharap kelak bisa mengentotnya sekalipun itu tidak mung kin terjadi karena Pita adalah adik bungsu Narty yang notabene istriku sendiri dengan kata lain ia adalah adik iparku sendiri. Ah betapa gobloknya aku dulu andai dulu yang kunikahi Pita bukan Narty batinku kala itu.

Suatu hari sifat keisengankupun kumat lagi saat Pita mandi aku mengintipnya. Saat itu Narty sedang tak ada dirumah lantaran harus ke dokter kandungan dengan sedikit tehnik yang kupelajari di kala “SLTP” dulu.

Aku berhasil menggintip Pita, ternyata tubuh Pita memang sangat sensual kedua payudaranya bukan Cuma besar, tapi sangat indah dan kenyal. Ingin saat itu aku meremasnya dan mengulum kedua putingng nya yang hitam kecoklatan itu.

Namun aku nggak ingin terburu-buru, melihat tubuh adik ipar kan nggak bisa setiap hari jadi harus kunikmati waktu emas ini sebaik-baiknya.

Matakupun mulai menyisir tubuh Pita secara perlahan-lahan leher jejangnya, dadanya, serta memek perawannya yang diselimuti bulu-bulu halus, saat ia menyabuni tubuhnya, juga saat ia keramas semua terlihat dengan sangat detail, benar-benar pemandangan yang eksotis.

Tak akan tertukar dengan pemandangan gunung willis sekalipun pokoke oke dan tanpa sadar “adik kecil” ku pun terbangun.



Namun aku harus menelan ludah jam dinding sudah menunjuk angka 08.00 aku harus bersiap-siap ke kantor dan dikantorpun aku tak berkonsentrasi bayang-bayang tubuh Pita mengisi terus seluruh otakku ingin rasanya aku pulang dan mengentot sorang wanita ABG.

Dan begitu aku pulang Aku jadi pusing tujuh keliling batang kemaluanku sudah “READY FOR ACTION” namun aku tak bisa meminta “jatah” ke Narty lantaran ia hamil tua maka akupun memutuskan untuk menggumbar hawa nafsuku dengan melihat VCD porno alias BF aku harus melihat vcd ginian waktu tengah malam.

Lantaran pada tengah malam begini biasanya Narty dan Pita pasti sudah tidur terlelap.

Narty paling nggak suka kalau aku liat vcd beginian dan kalau ketahuan Pita yang masih ABG itu bisa hilang wajahku.

Saat aku tengah asyik-asyiknya melihat tiba-tiba ada seseorang menepuk pundakku “Pit…..Pita ka……mu be…belum tidur”ujarku gelagapan saat mengetahui bahwa yang menepuk pundakku adalah Pita. sembari menyetop jalannya BF dengan remote televisi yang terletak disamping sofa tempatku duduk.

‘’belum,mas malam ini panas banget,ya jadi gerah nih” “oh…”jawabku datar.

“mas,mas suka ngeliat yang beginian ya?” “ah,

Nggak juga Cuma iseng doang kok, eh Pita jangan bilangin hal ini ke mbak Narty ya soalnya dia nggak suka kalo mas liat ginian” “boleh aja mas pake rahasia-rahasiaan tapi……” “tapi apa?” “mas harus kasih liat tuh vcd ke Pita” gila kali nih anak, baru lulus SMA sudah berani liat beginian. Agen DominoQQ

Tapi ya sudah lah toh aku sudah ketangkep basah jadi mau nggak mau ku stel lagi deh BF tersebut dan kami pun melihat BF itu berduaan di sofa kayak Romi dan yuli.

Akhirnya tibalah adegan dimana pemain pria dikulum batang kemaluaannya oleh si pemain wanita (oral sex). “mas kenapa sih kok tuh cowok seneng banget waktu “anunya” dikulum sama sicewek itu”Tanya Pita kujawab saja dengan jujur”ehh….

Tuh cowok kerangsang kali aku bilangin ya pit cowok itu kalo dikulum anunya bakal kerangsang.

“emang kalo anunya” mas digituin mas ya kerangsang?’’ “

Jelas dong”kataku saat itu gila nih anak pertanyaannya kok menjurus amat ke hal-hal khusus dewasa “mas,mas mau nggak kalo digituin sama Pita.

Gendheng kamu pit,aku ini kan kakak iparmu bagaimana kalau mbak Narty tau” “lho, mbak Narty kan sudah tidur mas, nggak bakalan tahu deh” belum sempat aku berkata apa-apa Pita sudah membuka celana ku dan langsung mungulum kemaluanku aku gelagapan.

Suara mulut Pita yang tertahan burungku itu akhirnya membuat aku kerangsang juga akhirnyapelan-pelan aku mulai mengikuti permainnan lidah Pita kugoyangkan pantatku searah dan perlahan kubelai-belai rambut Pita yang terurai panjang.

Sementara itu Pita mengulum kemaluanku bagai seorang bayi mengulum lollipop mulutnya mengulum mengitari kemaluanku kadang ia menngigit lembut kepala kemaluanku dan saat itulah aku memekik ringan hingga akhirnya air surgawiku tertumpah semua ke mulut Pita .

Pita berusaha menelan semuanya dan setelah itu dengan jilatan-jilatan kecilnya ia menbersihkan kemaluanku hinngga bersih dan klinclong.

“hah….hah mas aku kan sudah ngulumin punyanya mas, sekarang giliran emas dong yang ngulumin punya Pita”

Oke deh pit buka dong dasternya biar mas kulumin memek kamu “ dengan cepatnya Pita membuka baju dasternya bahkan juga bra dan cdnya .

Dan setelah itu kulihat lagi tubuh Pita polos tanpa sehelai benangpun sama persis dengan yang kulihat dikamar mandi tempo hari (saat aku mengintipnya remember) maka dengan segera tanganku mengengam kedua buah gumpalan dagingnya dan mulai meremasnya dengan kasar sembari kadang-kadang memainkan putingnya yang sudah mengeras akibat rangsangan ransangan yang didapatnya ketika menggulumku tadi.



“akh……oooooooh……mas jangan mas kulumin memekku dulu dong pleeeeaaze” ‘

“Ini dulu baru itu Pit”

Kataku menirukan bunyi iklan di tv sembari menciumi kedua daging kembar itu bergantian.

Setelaah puas menciumi kedua susu Pita barulah aku mulai menciumi memeknya pertama kujilati bulu-bulu halusnya rintihan pita terdengar. Tampaknya titik lemah Pita ada di memeknya itu dapat dibuktikan begitu ia mengerakan pantatnya dengan antusias membiarkan lidahku menari bergerak bebas didalam memeknya yang sempit dan begitu kutemukan chrytorysnya(yg sebesar kacang kedelai) lansung saja kukulum tanpa ammpun

“akh………oooooooooo…………….akkkhh………………… akh………oooooooooo…………….akkkhh…………………

“akh………oooooooooo…………….akkkhh…………………maaaaas maaaasukin aja burung mas ke dalam memek aku akh…………….” “

“Tapi, Pita kamu kan masih perawan” “askh….nggak peduli pokoke puasin aku mas”

Kata Pita sembari menancapkan burungku ke vaginanya.

“aaaaaaaaaaaaaaaaaa…………..oooooooooo………….”

Masuklah semua burungku seiring dengan erangan Pita (menahan sakitnya hujaman anuku) setelah itu mulailah kugenjot tubuh Pita semakin lama semakin cepat. Pita terus memekik keras namun aku sudah gelap mata, maka semakin keras erangan Pita semakin keras pula goyanganku.

Aku terus mengoyang Pita hingga akhirnya Pita mencapai klimaks. Cairan orgasmenya keluar bersama darah keperawanannya, tubuh kami berdua bagai bermandi keringat. Agen Poker

Kubiarkan pita istirahat sekitar 15 menit, saat itu kulihat Pita menyeka air matanya mungkin ia menangis karena menahan sakitnya hujaman “burungku”.

Kejadian ini mengingatkanku saat kuperawani Narty, kala itu Narty juga mengeluarkan air mata..dasar adik kakak sama saja. Lalu kubiarkan sekali lagi Pita mengulum anuku hingga keluar cairan surgawi untuk kedua kalinya kali ini fekwendsinya lebih banyak karena kulihat Pita tak mampu menelannya..

Air surgawiku tampak belepotan diwajahnya, kubantu Pita untuk membersihkan spermaku di wajahnya dengan kertas tissue. Setelah itu kami akhiri perbuatan nista kami ini dengan cumbuan mesra.

“Pita,kita baru saja melakukan sebuah perbuatan yang dilarang oleh agama, sadarkah kamu,Pita”

“ah,nggak papa mas.apa urusannya agama sama kita.toh kita Cuma melakukan hubungan sex tidak lebih” masyaallah …!

Dia Cuma berkata seperti itu setelah berselingkuh dengan aku, kakak iparnya sendiri ck…ck…..ck… “tapi aku kan sudah memerawanimu itu sama artinya dengan merusak masa depanmu dan aku juga telah menghianati cinta mbakyumu Narty”

“ah mas ini gimana toh asal kita nggak buka mulut siapa sih yang tahu kalau aku sudah nggak segelan lagi” “tapi…’’ “dan lagipula mas kan nggak maksa aku nglakuin ginian,orang aku yang mau kok,mas asal mas tau aja ya aku tuh sudah lama menunggu saat dimana “segelku” dibuka sama mas, makanya tadi waktu mas ngintip aku biarin aja.”

“jadi kamu tau kalo tadi pagi aku……” “ya, jelas tau dong mas ,mas dimataku mas itu seorang yang gagah dan baik jadi aku nggak akan nyesel ngasih keperawananku ke mas” “tapi gimana kalau sampai mbak Narty tahu he…” “kita rahasiain hal ini dari semua orang mas gimana mas setuju nggak?

“baiklah aku rasa ini jalan yang baik untuk kita berdua Pita aku mohon anggap saja malam ini tak pernah terjadi”

Dan mulai saat itu kami merahasiakan hal ini pada siapapun.

Pita tinggal dikost-kostsan dengan alas an agar lebih dekat ke fakultas dimana ia menimba ilmu (padahal ia tinggal di kost-kostsan untuk menghindari kecurigaan Narty) ia hidup tanpa beban seolah-olah apayang telah kulakukan tak pernah terjadi namun kin giliran aku yang repot karena aku tak bisa melupakan nikmatnya oral sex Pita.

macanakar.info

Di Gilir Basah Di Goyang Nikmat


Agen BandarQ - Tentang tukar pasangan kali ini berkisah pengalamanku bercinta dengan tetangga baruku, dimana istri tetanggaku yang sangat bahenol dan sering bikin burungku naik turun itu akhirnya bisa kudapatkan walaupun dengan kompensasi aku harus merelakan istriku di tiduri oleh suami tetangga baruku.

Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku. Isteriku bernama Resty.

Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi.  Kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya.

Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat. Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya. Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton

VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami. 
“Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!” 
“Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku. 
Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit

sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah. 
“Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak. Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh.

Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur. Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor.

Aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan. 
“Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas. 
Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?” Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini. Sorenya Agus datang ke rumahku, 
“Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi. 
“Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran. 
“Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.
” Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan. 
Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu. “Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?” 
“Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran. 
“Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?” 
“Pesta apaan..? Gila kamu.” 
“Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?” Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. 


Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya. Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian.

hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku. Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka. 
“Kegilaan apa lagi ini..?” batinku. Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus. Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini. “Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya. Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian.

Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja. Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam. “Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.

Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami. Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari


mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya. Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini. Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!” Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya.  Daftar Poker Online

Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini. Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk. Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini. Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya.

Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya. Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini. Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja.


Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas.Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. 

Kulihat Rini tidak memperdulikannya. Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta.

Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja aku ada dirumah akan ku lahap Rini hingga dia merasakan kenikmatan tiada tara.


Sabtu, 28 Desember 2019

Bertukar Pasangan Dengan Tetangga



Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku.

Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat.

Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, wooow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya. Agen DominoQQ

Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.

“Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!”
“Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku.
Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.

“Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak.
Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.

Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.

Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.
“Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas.
Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.

Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?”
Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.

Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi.
“Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran.
“Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.”
Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.
Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu.

“Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?”
“Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran.
“Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”
“Pesta apaan..? Gila kamu.”
“Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?”

Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.

Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.



Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.

Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.
“Kegilaan apa lagi ini..?” batinku.
Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.

Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya.

Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.

“Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.
Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja. Agen BandarQ

Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
“Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.

Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.

Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.

Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.

Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.
Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!”
Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.

Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.

Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.

Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini.

Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.

Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.

Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.

Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.

Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.

Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja…


Pecah Perawan


Agen BandarQ - Panggil saja aku Nita, Statusku sekarang telah mempunyai suami, Setelah sekian lama kami menjalin hubungan tanpa status yang resmi dari KUA akhirnya pagi tadi sekitar pukul 08.00 disaksikan orang tua, 2 saksi resmi, dan ratusan orang dari pihak pengantin pria maupun wanita, kami telah resmi menjadi sepasang suami istri yang telah sah, resmi, dan bebas untuk melakukan hubungan seks kapan saja dimana saja baik siang, malam, dikamar, didapur, dikamar mandi, ditengah rumah, sambil masak, sambil nonton TV, pokoknya kata pak penghulu tadi bilangnya bebas sebebasnya asal sesuai dengan aturan agama yang kami anut.

Tibalah saatnya kami memasuki malam pertama di kamar pengantin tepatnya sekitar pukul 23.30 dimana acara resepsi pernikahan telah usai, para tamu tidak ada lagi yang datang, dan orang-orang dirumah juga tampaknya tinggal beberapa orang saja yang masih terjaga menunggu peralatan resepsi, adapun kebanyakan sudah tertidur pulas karena pasti kecapean melayani tamu demi tamu yang datang tak henti silih berganti baik tamu dari pengantin pria, pengantin wanita, maupun tamu dari orang tua kami.

Setelah mengunci rapat pintu kamar, suamiku berkata setengah berbisik “Dik, ini malam pertama kita sebagai suami istri. Tebak apa yang akan kita perbuat pertama kali dikamar pengantin ini?” Mendengar pertanyaan suamiku tersebut aku hanya tertunduk malu sambil menggeleng-gelengkan kepala isyarat menjawab tidak tahu. Padahal sebenarnya dalam hatiku banyak sekali yang ingin kuungkapkan, namun karena aku malu jadi hanya bisa terdiam tanpa sanggup berkata-kata.

Sesekali kulihat wajah suamiku yang tak henti menatap wajahku sambil tersenyum hingga akhirnya dia menggunakan telunjuknya untuk menganggat daguku agak tak terus tertunduk. Masih dengan perasaan malu, akupun menegakkan wajahku hingga menatap lurus ke wajah suamiku. Kulihat suamiku kembali tersenyum yang reflek kubalas senyuman suamiku itu dengan senyuman malu.

“Abang kan sekarang sudah menjadi suami adik, tak perlu malu seperti itu lagi dong! Kita sudah halal untuk berdua-duaan dikamar seperti ini, jangan takut digerebek hansip atau pak RT kaya semasa tunangan dulu” canda suamiku coba mencairkan suasana. Aku hanya mengangguk sambil sedikit tertawa namun tetap menujukkan rasa malu.
Dan kami pun lansung berpelukan, didalam pelukkan suamiku, aku merasa ada barang yang keras menempel di pahaku. ternyata tongkat tersebut adalah kerisnya si suamiku yang sudah mulai menegang. aku pun menatap suamiku dan suamiku lansung mencium bibir ku dan kedua tangannya satu meraba bagian dada ku dan satunya sudah masuk dalam CD ku. 

Terasa sekali bila suamiku memegang miss V ku, ia dengan lembut mengosok-gosok klitorisku yang membuat aku tidak bisa mengontrol nafsu birahi yang mulai memanas ini. Dan aku juga mengosok-gocok celana suami ku dan aku cium-cium leher suamiku dan setelah itu sambil tidak berpisah satu sama lain kami berdua berjalan step by step menuju ke ranjang.
Setelah sampai diranjang suamiku kayaknya sudah engak bisa nunggu lagi untuk menjalankan tugasnya ini, ia lansung membuka semua bajuku dan bajunya. Daftar Poker Online

Ia langsung mengajariku gimana untuk sedot kerisnya yang begitu panjang dan besar..hehehe sampai-sampai mulutku yang kecil ini tidak muat untuk kerisnya.
Aku pun berusaha supaya tidak mengecewakan suamiku, aku jilat dan hisap perlahan-lahan keris suamiku kadang aku melirik ekspresi suamiku yang sedang menikmati serviceku yang amatir ini. Setelah sekitar 10 menit aku sedot suamiku meminta untuk foreplay dengan posisi 69. Aku sendiri si agak malu karena belum pernah barangku di jilat sama orang lain, dengan muka yang malu saya juga menuruti permintaan suamiku. Suamiku lansung menjilat-jilat miss V ku yang sudah mulai basah berlendir itu dan kami sesama saling menyervis satu sama lain.

Setelah foreplay nya selesai suamiku membaringkanku dan membuka lebar kedua kakiku, walau masih malu dan sedikit deg degan karna aku ni masih perawan, jadi aku pun dengan lembut bilang sama suamiku untuk pelan-pelan aja, maklum belum pernah ML takut sakit juga.


Dan suamiku pun mulainya dengan pelan-pelan dan ia coba untuk memasukkan kerisnya ke miss v ku, ia mulai dengan lembut pelan-pelan memasukkan kepala kerisnya namun karena sakit saya pun menahan tubuh suamiku untuk berhenti sejenak dan perlahan-lahan masuk. Suamiku tau kalau aku lagi sakit jadi dia pun dengan halus mainnya. Perlahan-lahan keris pun masuk ke dalam miss v ku dan terasa banget kalu ada tongkat yang keras muat dalam lobang miss v ku. dan perasaan itu susah untuk dikatakan “sakit campur enak”.
Suami ku pun pelan-pelan keluar masuk kerisnya dan lama-lama mungkin karna aku juga terangsang jadinya engak gt terasa sakitnya malahan ada satu perasaan yang enak dan aku pun menikmatinya, setelah 20 menit gitu suamiku bergoyang-goyang diatas tubuhku, aku melihat kalau suamiku sudah mulai kecapean jadi aku pun menyuruh suamiku untuk mengajarku posisi lain yang biar aku yang menyervisnya. si suamiku lansung ambil keluar kerisnya, dan dikerisnya terdapat banyak darah perawanku yang sudah aku pertahankan sekian lama.
Dan suamiku lansung baring diranjang dan menyuruh aku untuk menaikinya “ya kayak lagi nunggang kuda” suamiku menyuruh aku untuk bergoyang dan dia menempatkan tangan ku di dada nya untuk jari-jariku bisa bermain sama puting nya.


Dan suamiku kedua tangannya juga sambil meraba-raba dada ku yang kian montok.
Setelah aku goyang-goyang lumayan lama, suamiku memintaku untuk berdiri dan merungkuk di ranjang, sedangkan suamiku bangun dan berlutut dibelakangku. ia mengangkat pinggulku dan menusuk dari belakang. dipikiran ku suamiku ini kuat juga ya sudah mau sejam kami berhubungan tapi suamiku masih terlihat fit aja. Dan suamiku juga dorong-dorong aku dari belakang, makin didorong terasa kecepatan dorongannya semakin cepat, cepat, cepat, dan makin cepat, habis itu suamiku lansung ambil keluar kerisnya dan lansung memutar badanku untuk berbaring dan menyemprot maninya di mukaku. Maninya yang menetes di muka ku terasa panas dan ada sedikit bau.
Setelah semua mani nya crot dimukaku, aku sedot lagi keris suamiku nampak sekali kalau suamiku terasa sangat nikmat. 


Jumat, 27 Desember 2019

Berawal Dari Hobi Yang Sama, Berujung Sex



Pada suatu siang sekitar jam 12-an aku berada di sebuah toko buku Gr***dia di Gatot Subroto untuk membeli majalah edisi khusus, yang katanya sih edisi terbatas. Hari itu aku mengenakan kaos T-shirt putih dan celana katun abu-abu.

Sebenarnya potongan badanku sih biasa saja, tinggi 170 cm berat 63 kg, badan cukup tegap, rambut cepak. Wajahku biasa saja, bahkan cenderung terkesan sangar. Agak kotak, hidung biasa, tidak mancung dan tidak pesek, mataku agak kecil selalu menatap dengan tajam, alisku tebal dan jidatku cukup pas deh. Jadi tidak ada yang istimewa denganku.

Saat itu keadaan di toko buku tersebut tidak terlalu ramai, meskipun saat itu adalah jam makan siang, hanya ada sekitar 7-8 orang. Aku segera mendatangi rak bagian majalah. Nah, ketika aku hendak mengambil majalah tersebut ada tangan yang juga hendak mengambil majalah tersebut.

Kami sempat saling merebut sesaat (sepersekian detik) dan kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut hingga majalah tersebut jatuh ke lantai.

“Maaf..” kataku sambil memungut majalah tersebut dan memberikannya kepada orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita yang berumur sekitar 37 tahun (dan ternyata tebakanku salah, yang benar 36 tahun), berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup membusung. “Busyet! molek juga nih ibu-ibu”, pikirku. Agen DominoQQ

“Nggak pa-pa kok, nyari majalah xxx juga yah.. saya sudah mencari ke mana-mana tapi nggak dapet”, katanya sambil tersenyum manis.

“Yah, edisi ini katanya sih terbatas Mbak..”

“Kamu suka juga fotografi yah?”

“Nggak kok, cuma buat koleksi aja kok..”

Lalu kami berbicara banyak tentang fotografi sampai akhirnya, “Mah, Mamah.. Ira sudah dapet komiknya, beli dua ya Mah”, potong seorang gadis cilik masih berseragam SD.

“Sudah dapet Ra.. oh ya maaf ya Dik, Mbak duluan”, katanya sambil menggandeng anaknya.
Ya sudah, nggak dapat majalah ya nggak pa-pa, aku lihat-lihat buku terbitan yang baru saja.

Sekitar setengah jam kemudian ada yang menegurku.

“Hi, asyik amat baca bukunya”, tegur suara wanita yang halus dan ternyata yang menegurku adalah wanita yang tadi pergi bersama anaknya. Rupanya dia balik lagi, nggak bawa anaknya.

“Ada yang kelupaan Mbak?”

“Oh tidak.”

“Putrinya mana, Mbak?

“Les piano di daerah Tebet”

“Nggak dianter?

“Oh, supir yang nganter.”



Kemudian kami terlibat pembicaraan tentang fotografi, cukup lama kami berbicara sampai kaki ini pegal dan mulut pun jadi haus. Akhirnya Mbak yang bernama Maya tersebut mengajakku makan fast food di lantai bawah.

Aku duduk di dekat jendela dan Mbak Maya duduk di sampingku. Harum parfum dan tubuhnnya membuatku konak. Dan aku merasa, semakin lama dia semakin mendekatkan badannya padaku, aku juga merasakan tubuhnya sangat hangat.

Busyet dah, lengan kananku selalu bergesekan dengan lengan kirinya, tidak keras dan kasar tapi sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan tumitku sehingga pahaku menggesek-gesek dengan perlahan paha kirinya.

Terlihat dia beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah dia udah kena nih, pikirku. Akhirnya dia mengajakku pergi meninggalkan restoran tersebut.

“Ke mana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”, balasnya mesra.
“Kamu tahu nggak tempat yang privat yang enak buat ngobrol”, kataku memberanikan diri, terus terang aja nih, maksudku sih motel.
“Aku tahu tempat yang privat dan enak buat ngobrol”, katanya sambil tersenyum.

Kami menggunakan taksi, dan di dalam taksi itu kami hanya berdiam diri lalu kuberanikan untuk meremas-remas jemarinya dan dia pun membalasnya dengan cukup hot. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, dan kugesek-gesekkan. Agen Sakong

Hawa tubuh kami meningkat dengan tajam, aku tidak tahu apakah karena AC di taksi itu sangat buruk apa nafsu kami sudah sangat tinggi.

Kami tiba di sebuah motel di kawasan kota dan langsung memesan kamar standart. Kami masuk lift diantar oleh seorang room boy, dan di dalam lift tersebut aku memilih berdiri di belakang Mbak Maya yang berdiri sejajar dengan sang room boy. Kugesek-gesekan dengan perlahan burungku ke pantat Mbak Maya, Mbak Maya pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku.

Ketika room boy meninggalkan kami di kamar, langsung kepeluk Mbak Maya dari belakang, kuremas-remas dadanya yang membusung dan kucium tengkuknya. “Mmhh.. kamu nakal sekali deh dari tadi.. hhm, aku sudah tidak tahan nih”, sambil dengan cepat dia membuka bajunya dan dilanjutkan dengan membuka roknya. Ketika tangannya mencari reitsleting roknya, masih sempat-sempatnya tangannya meremas batanganku.

Dia segera membalikkan tubuhnya, payudaranya yang berada di balik BH-nya telah membusung. “Buka dong bajumu”, pintanya dengan penuh kemesraan. Dengan cepat kutarik kaosku ke atas, dan celanaku ke bawah. Dia sempat terbelalak ketika melihat batang kemaluanku yang sudah keluar dari CD-ku. Kepala batangku cuma 1/2 cm dari pusar.

Aku sih tidak mau ambil pusing, segera kucium bibirnya yang tipis dan kulumat, segera terjadi pertempuran lidah yang cukup dahsyat sampai nafasku ngos-ngosan dibuatnya.

Sambil berciuman, kutarik kedua cup BH-nya ke atas (ini adalah cara paling gampang membuka BH, tidak perlu mencari kaitannya). Dan bleggh.., payudaranya sangat besar dan bulat, dengan puting yang kecil warnanya coklat dan terlihat urat-uratnya kebiruan. Tangan kananku segera memilin puting sebelah kiri dan tangan kiriku sibuk menurunkan CD-nya.

Ketika CD-nya sudah mendekati lutut segera kuaktifkan jempol kaki kananku untuk menurunkan CD yang menggantung dekat lututnya, dan bibirku terus turun melalui lehernya yang cukup jenjang. Nafas Mbak Maya semakin mendengus-dengus dan kedua tangannya meremas-remas buah pantatku dan kadang-kadang memencetnya.

Akhirnya mulutku sampai juga ke buah semangkanya. Gila, besar sekali.. ampun deh, kurasa BH-nya diimpor secara khusus kali. Kudorong tubuhnya secara perlahan hingga kami akhirnya saling menindih di atas kasur yang cukup empuk. Segera kunikmati payudaranya dengan menggunakan tangan dan lidahku bergantian antara kiri dan kanan.

Setelah cukup puas, aku segera menurunkan ciumanku semakin ke bawah, ketika ciumanku mencapai bagian iga, Mbak Maya menggeliat-geliat, saya tidak tahu apakah ini karena efek ciumanku atau kedua tanganku yang memilin-milin putingnya yang sudah keras.

Dan semakin ke bawah terlihat bulu kemaluannya yang tercukur rapi, dan wangi khas wanita yang sangat merangsang membuatku bergegas menuju liang senggamanya dan segera kujilat bagian atasnya beberapa kali.

Kulihat Mbak Maya segera menghentak-hentakkan pinggulnya ketika aku memainkan klitorisnya. Dan sekarang terlihat dengan jelas klitorisnya yang kecil. Dengan rakus kujilat dengan keras dan cepat. Mbak Maya bergoyang (maju mundur) dengan cepat, jadi sasaran jilatanku nggak begitu tepat, segera kutekan pinggulnya. Kujilat lagi dengan cepat dan tepat, Mbak Maya ingin menggerak-gerakkan pinggulnya tapi tertahan.
Tenaga pinggulnya luar biasa kuatnya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga dan erangan Mbak Maya yang tadinya sayup-sayup sekarang menjadi keras dan liar. Dan kuhisap-hisap klitorisnya, dan aku merasa ada yang masuk ke dalam mulutku, segera kujepit diantara gigi atasku dan bibir bawahku dan segera kugerak-gerakkan bibir bawahku ke kiri dan ke kanan sambil menarik ke atas.



Mbak Maya menjerit-jerit keras dan tubuhnya melenting tinggi, aku sudah tidak kuasa untuk menahan pinggulnya yang bergerak melenting ke atas. Terasa liang kewanitaannya sangat basah oleh cairan kenikmatannya. Dan dengan segera kupersiapkan batanganku, kuarahkan ke liang senggamanya dan, “Slebb..” tidak masuk, hanya ujung batanganku saja yang menempel dan Mbak Maya merintih kesakitan.

“Pelan-pelan Ndi”, pintanya lemah.

“Ya deh Mbak”, dan kuulangi lagi, tidak masuk juga. Busyet nih cewek, sudah punya anak tapi masih kayak perawan begini. Segera kukorek cairan di dalam liang kewanitaannya untuk melumuri kepala kemaluanku, lalu perlahan-lahan tapi pasti kudorong lagi senjataku. “Aarrghh.. pelan Ndi..” Busyet padahal baru kepalanya saja, sudah susah masuknya. Kutarik perlahan, dan kumasukan perlahan juga. Pada hitungan ketiga, kutancap agak keras. “Arrhhghh..” Mbak Maya menjerit, terlihat air matanya meleleh di sisi matanya.

“Kenapa Mbak, mau udahan dulu?” bisikku padda Mbak Maya setelah melihatnya kesakitan.
“Jangan Ndi, terus aja”, balasnya manja.

Kemudian kumainkan maju mundur dan pada hitungan ketiga kutancap dengan keras. Yah, bibir kemaluannya ikut masuk ke dalam. Wah sakit juga, habis sampai bulu kemaluannya ikut masuk, bayangkan aja, bulu kemaluan kan kasar, terus menempel di batanganku dan dijepit oleh bibir kewanitaan Mbak Maya yang ketat sekali.

Dengan usaha tiga hitungan tersebut, akhirnya mentok juga batanganku di dalam liang senggama Mbak Maya. Terus terang saja, usahaku ini sangat menguras tenaga, hal ini bisa dilihat dari keringatku yang mengalir sangat deras. Agen BandarQ

Setelah Mbak Maya tenang, segera senjataku kugerakkan maju mundur dengan perlahan dan Mbak Maya mulai menikmatinya. Mulai ikut bergoyang dan suaranya mulai ikut mengalun bersama genjotanku. Akhirnya liang kewanitaan Mbak Maya mulai terasa licin dan rasa sakit yang diakibatkan oleh kasar dan lebatnya bulu kemaluannya sedikit berkurang dan bagiku ini adalah sangat nikmat.

Baru sekitar 12 menitan menggenjot, tiba-tiba dia memelukku dengan kencang dan, “Auuwww..”, jeritannya sangat keras, dan beberapa detik kemudian dia melepaskan pelukannya dan terbaring lemas.

“Istirahat dulu Mbak”, tanyaku.

“Ya Ndi.. aku ingin istirahat, abis capek banget sich.. Tulang-tulang Mbak terasa mau lepas Ndi”, bisiknya dengan nada manja.

“Oke deh Mbak, kita lanjutkan nanti aja..”, balasku tak kalah mesranya.

“Ndi, kamu sering ya ginian sama wanita lain..”, pancing Mbak Maya.

“Ah nggak kok Mbak, baru kali ini”, jawabku berbohong.

“Tapi dari caramu tadi terlihat profesional Ndi, Kamu hebat Ndi.. Sungguh perkasa”, puji Mbak Maya.

“Mbak juga hebat, lubang surga Mbak sempit banget sich.., padahal kan Mbak udah punya anak”, balasku balik memuji.

“Ah kamu bisa aja, kalau itu sich rahasia dapur”, balasnya manja.

Kamipun tertawa berdua sambil berpelukan.

Tak terasa karena lelah, kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan dan kami kaget saat terbangun, rupanya kami tertidur selama tiga jam. Kami pun melanjutkan permainan yang tertunda tadi. Kali ini permainan lebih buas dan liar, kami bercinta dengan bermacam-macam posisi.

Dan yang lebih menggembirakan lagi, pada permainan tahap kedua ini kami tidak menemui kesulitan yang berarti, karena selain kami sudah sama-sama berpengalaman, ternyata liang senggama Mbak Maya tidak sesempit yang pertama tadi, mungkin karena sudah ditembus oleh senjataku yang luar biasa ini sehingga kini lancarlah senjataku memasuki liang sorganya.

Tapi permainan ini tidak berlangsung lama karena Mbak Maya harus cepat-cepat pulang menemui anaknya yang sudah pulang dari les piano.

Tapi sebelum berpisah kami saling memberikan alamat dan nomer telepon sehingga kami bisa bercinta lagi di lain saat dengan tenang dan damai.

Berawal Dari Tatap Menjadi Sange


Agen BandarQ - Teh Shara adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yg ikut dgn keluargaku di Kota Magelang sejak SMP, Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku. Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Teh Shara ikut dengan keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apaapa terhadapnya.

Setelah itu kami jarang bertemu, paling paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yg dipindah tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa Teh Shara sudah punya rumah sendiri dan tinggal bersama suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat mengunjungi rumah Teh Shara. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aku pergi kirakira jam tiga sore dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini berawal.

Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aku sampai di rumah yg ciricirinya sama dgn yg dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, lalu aku coba mengetok pintu rumahnya.
Ya sebentar.. terdengar sahutan perempuan dari dalam.
Tak lama kemudian keluar seorang perempuan dan aku masih kenal wajah itu walau lama tidak bertemu. Teh Shara terlihat manis dan kulitnya masih putih seperti dulu. Dia sepertinya tidak mengenaliku.

Cari siapa ya? tanya Teh Shara.
Anda Teh Shara kan? aku balik bertanya.
Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa? Teh Shara kembali bertanya dgn raut muka yg berusaha mengingatingat.
Masih inget sama aku nggak Teh? Aku Ridwan Teh, masak lupa sama aku, kataku.
Kamu Ridwan anaknya Pak Tono? kata Teh Shara setengah nggak percaya.
Ya ampun Rid, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu. Kata Teh Shara sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.
Aku kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi seorang perempuan. Aku rasakan buah dadanya menekan dadaku. Ada perasaan lain muncul waktu itu.
Kamu kapan datangnya, dgn siapa kata Teh Shara sambil melepas pelukannya.
Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri. kataku.
Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk. Katanya sambil menggeret tanganku.
Kami kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana sini, maklum lama nggak tetemu. Teh Shara duduk berhimpitan dgnku. Tentu saja buah dadanya menempel di lenganku. Aku sedikit terangsang karena hal ini, tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Teh Shara sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri.

Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya.. kata Teh Shara ditengah pembicaraan.
Tak lama kemudian ia datang,
Ayo ini diminum, kata Teh Shara.
Kok sepi, pada kemana Teh? Tanyaku.
Oh kebetulan Mas Heri (suaminya Teh Shara) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan, rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Teh Shara) ikut jawab Teh Shara.
Belum punya Adik Teh dan Teh Shara kok nggak ikut? tanyaku lagi.
Belum Rid padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. 
Teh Shara ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut katanya.
Eh kamu nginep disini kan? Teh masih kangen lho sama kamu katanya lagi.
Iya Teh, tadi sudah pamit kok kataku.
Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin kata Teh Shara.

Lalu aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat lihat kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Teh Shara gantian mandi. Kurang lebih lima belas menit, Teh Shara selesai mandi dan aku terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yg dililitkan di tubuhnya. Aku pastikan ia tidak memakai BH dan mungkin CD juga karena tidak aku lihat tali BH menggantung di pundaknya.
Sayang Rid ikannya masih kecil, belum bisa buat lauk kata Teh Shara sambil melangkah ke arahku lalu kami ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.


Kulihat buah dadanya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum tubuhnya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti baju. Mataku tak lepas memperhatikan tubuh Teh Shara dari belakang. Kulitnya benar benar putih. Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas bikin kemaluanku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya lalu meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk nusuk selangkangannya dengan kemaluanku seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal lalu kucoba menghilangkan khayalan itu.
Hari pun berganti petang, udara dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kami nonton tv sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa sudah pukul sembilan. 

Rid nanti kamu tidur sama aku ya, Teh kangen lho ngeloni kamu kata Teh Shara.
Apa Teh? Kataku terkejut.
Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu katanya.
Iya Teh aku inget jawabku.
Nah ayo tidur, Teh udah ngantuk nih kata Teh Shara sambil beranjak melangkah ke kamar tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.
Ayo jadi tidur nggak? tanya Teh Shara.
Lalu aku naik dan tiduran disampingnya. Aku deg degan. Kami masih ngobrol sampai jam 10 malam.
Tidur ya.. Teh udah ngantuk banget kata Teh Shara.
Iya Teh kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja terbayang bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Teh Shara terbaring di sampingku, kurasakan kemaluanku mengeras. Daftar Poker Online

Aku melirik ke arah Teh Shara dan kulihat ia telah tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yg harus aku lakukan. Ingin aku onani karena sudah tidak tahan, ingin juga aku memeluk Teh Shara dan menikmati tubuhnya, tapi itu tidak mungkin pikirku. Aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak bisa sampai jam 11 malam. Lalu aku putus kan untuk melihat paha Teh Shara sambil aku onani karena bingung dan udah tidak tahan lagi.

Dengan dada berdebar debar aku buka selimut yg menutupi kakinya, kemudian dengan pelan pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu dekat dan jelas. Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana meraba paha seorang perempuan tapi aku takut kalau dia terbangun. Kurasakan kemaluanku melonjak lonjak seakan ingin melihat apa yg membuatnya terbangun. Karena sudah dikuasai nafsu akhirnya aku nekad, kapan lagi kalau tidak sekarang pikirku.

Dengan hati hati aku mulai meraba paha Teh Shara dari atas lutut lalu keatas, terasa halus sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba meraba celana dalamnya, tetapi tiba tiba Teh Shara terbangun.
Ridwan! Apa yg kamu lakukan! kata Teh Shara dengan terkejut.
Ia lalu menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lalu duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.
Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Teh Shara. Siapa yg ngajari kamu? kata Teh Shara dengan marah.
Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Kemaluanku yg tadinya begitu perkasa aku rasakan langsung mengecil seakan hilang.
Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu kata Teh Shara.
Ja.. jangan Teh kataku ketakutan.
Teh Shara kan juga salah kataku lagi membela diri.
Apa maksudmu? tanya Teh Shara.
Teh Shara masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Teh, sudah lebih dari 17 tahun. Tapi Teh Shara masih memperlakukan aku seperti waktu aku masih kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Teh Shara hanya memakai handuk saja didepanku. Saya kan lelaki normal Teh jelasku.

Kulihat Teh Shara hanya diam saja, lalu aku berniat keluar dari kamar.
Teh.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.
Teh Shara hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan tubuhku dan mengutuki diriku yg berbuat bodoh dan membayangkan apa yg akan terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku diketuk.
Rid.. kamu masih bangun? Teh boleh masuk nggak? Terdengar suara Teh Shara dari luar.
Ya Teh, silakan kataku sambil berpikir mau apa dia.
Teh Shara masuk kamarku lalu kami duduk di tepi ranjang. Aku lihat wajahnya sudah tidak marah lagi.
Rid.. Maafkan Teh ya telah nampar kamu katanya.
Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Teh Shara kataku.
Nggak Rid, kamu nggak salah, setelah Teh pikir, apa yg kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Teh masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Teh tidak menyadari bahwa kamu sekarang sudah besar kata Teh Shara.
Aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Teh Shara tidak marah lagi.
Rid, kamu bener mau sama Teh? tanya Teh Shara.
Maksud Teh? kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yg terlihat bagitu manis.
Iya.. Teh kan udah nggak muda lagi, masa sih kamu masih tertarik sama aku? katanya lagi.
Aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.
Maksud Teh.., kalau kamu bener mau sama Teh, aku rela kok melakukannya dengan kamu katanya lagi.
Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.


Apa Teh kataku terkejut.
Bukan apa apa Rid, kamu jangan berpikiran enggak enggak sama Teh. Ini hanya untuk meyakinkan Teh bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak menganggap kamu anak kecil lagi kata Teh Shara
Lagi lagi aku hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini yang selama ini hanya bisa aku bayangkan 
Gimana Rid? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua kata Teh Shara.
Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.
Kamu pasti belum pernah kan? kata Teh Shara.
Belum Teh, tapi pernah lihat di film kataku.
Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi kata Teh Shara.

Teh Shara lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yg putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu Teh Shara mencopot roknya dan paha mulus yg aku gerayangi tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH itupun terlepas, sepasang buah dada berukuran sedang terlihat sangat indah dipadu dgn puting susunya yg mencuat kedepan. Teh Shara lalu mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat. Penisku terasa tegang karena baru pertama kali ini aku melihat perempuan telanjang langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya terlentang. Aku begitu takjub, baygkan ada seorang perempuan telanjang dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. Aku tertegun dan ragu untuk melakukannya.

Ayo Rid.. apa yg kamu tunggu, Teh udak siap kok, jangan takut, nanti Teh bantu kata Teh Shara.
Segera aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku sudah tidak tahan lagi. Kulihat Teh Shara memperhatikan kemaluanku yg berdenyut denyut, aku lalu naik ke atas ranjang. Karena sudah tidak sabar, langsung saja aku memulainya. Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya tidak pernah melakukannya, tapi tidak aku hiraukan, terus aku lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku eluselus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

Ooh.. Rid.. apa yg kau lakukan.. ergh.. sshh.. Teh Shara mulai mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yg mulai mengental. Setelah puas dgn bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah lelaki. Langsung aku jilati mulai dari bawah lalu ke arah putingnya, sedangkan buah dada kanannya tetap kuremas remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.
Emmh oh aarghh Teh Shara mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekeliling kemaluannya. Jari jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa ia sudah benar benar terangsang. Kupermainkan jari jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan jari jariku keluar masuk di dalam lubang yang semakin licin tersebut.

Aargghh.. eemhh.. Rid kam.. mu ngapainn oohh.. kata Teh Shara meracau tak karuan, kakinya menjejak jejak sprei dan badannya mengeliat geliat. Tak kupedulikan kata katanya. Tubuh Teh Shara semakin mengelinjang dikuasai nafsu birahi. Kuarasakan tubuh Teh Shara menegang dan kulihat wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam kemaluannya.

Ohh.. arghh.. oohh.. kata Teh Shara dengan nafas tersengal sengal dan tiba tiba..
Oohh aahh.. Teh Shara mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi kemaluannya.
Ohh.. ohh.. emhh.. Teh Shara masih mendesah desah meresapi kenikmatan yg baru diraihnya.
Rid apa yg kamu lakukan kok Teh bisa kayak gini tanya Teh Shara.
Kenapa emangnya Teh? Kataku.
Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa kata Teh Shara.
Ia lalu bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tidak pernah mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat selesai.
Teh sekarang giliranku kubisikkan ditelinganya, Teh Shara mengangguk kecil.
Aku mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yg kulumat, lalu buah dadanya yg aku nikmati, tak lupa jari jariku kupermainkan di dalam kemaluannya.
Aarghh.. emhh.. ooh.. terdengar Teh Shara mulai mendesah desah lagi tanda ia telah terangsang.
Setelah aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan kemaluanku ke dalam kemaluannya. Aku mensejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan Teh Shara tahu, ia lalu mengangkangkan pahanya dan kuarahkan kemaluanku ke kemaluannya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk melakukannya.

Ayo Rid jangan takut, masukin aja kata Teh Shara.
Perlahanlahan aku masukkan kemaluanku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu. Kemaluanku mudah saja memasuki kemaluannya karena sudah sangat basah dan licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahanlahan. Ohh nikmatnya.
Lebih cepat Rid arghh.. emhh kata Teh Shara terputus putus dgn mata merem melek.
Aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari kemaluannya.
Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh.. Teh Shara berkata tak karuan.
Keringat kami bercucuran deras sekali. Kulihat wajahnya semakin memerah.
Rid, Teh mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh.. kata Teh Shara sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan kemaluannya dipenuhi cairan hangat menyiram penisku.
Remasan dinding kemaluannya begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam kemaluannya. Kurasakan nikmat yg luar biasa, berkalikali lebih nikmat dibandingkan ketika aku onani. Aku peluk tubuhnya eraterat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yg sesungguhnya yg baru aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut kemaluanku dan merebahkan badanku disampinya.
Teh Shara, terima kasih ya.. kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
Teh juga Rid.. baru kali ini Teh merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat kata Teh Shara lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tidur karena kecapaian.
Kirakira jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Teh Shara juga terbangun.
Kamu mau kemana Rid.. katanya.
Aku mau cari minum, aku haus. Teh Shara mau? Kataku.
Ia hanya mengangguk kecil. Aku ambil selimut untuk menutupi anuku lalu aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.


Ini Teh minumnya kataku sambil kusodorkan segelas air putih.
Aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Teh Shara yg tubuhnya ditutupi selimut meminum air yg kuberikan.
Ada apa Rid, kok kamu memandangi Teh katanya.
Ah nggak Papa. Teh cantik kataku sedikit merayu.
Ah kamu Rid, bisa aja, Teh kan udah tua Rid kata Teh Shara.
Bener kok, Teh malah makin cantik sekarang kataku sambil kukecup bibirnya.
Rid.. boleh nggak Teh minta sesuatu kata Teh Shara.
Minta apa Teh? tanyaku penasaran.
Mau nggak kamu kalau.. kata Teh Shara terhenti.
Kalau apa Teh? kataku penuh tanda tanya.
Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi kata Teh Shara dgn malu malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Rid.., tapi sekarang kok? kataku menggodanya.
Ah kamu, kan tadi Teh nggak ngira bakal kayak gini katanya manja sambil mencubit lenganku.
Dengan  senang hati aku akan melayani Teh Shara kataku.

Sebenarnya aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Teh Shara juga ketagihan. Memang benar jika seorang perempuan pernah merasa puas, dia sendiri yg akan meminta. Kami mulai bercumbu lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap inci tubuhnya, karena kini aku tahu Teh Shara juga sangat ingin. Seperti tadi, pertamatama bibirnya yg kunikmati. Dengan  penuh kelembutan aku melumat lumat bibir Teh Shara.
Aku makin berani, kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Teh Shara pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlamalama menikmati bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya, kuremas remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit bibirku ketika kupelintir putingnya.
Aku sudah puas dengan bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan sigap lidahku menari nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas remas buah dadanya yang kanan. Kulihat mata Teh Shara sangat redup, dan ia memagut magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.

Oohh.. arghh.. en.. ennak Rid.. emhh.. kata Teh Shara mendesah desah.
Tiba tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas remas dadanya dan menyeretnya ke selangkangannya. Aku paham apa yg diinginkannya, rupanya ia ingin aku segera mempermainkan kemaluannya. Jari jarikupun segera bergerilya di kemaluannya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.
Ya.. terruss.. aargghh.. emmhh.. enak.. oohh.. mulut Teh Shara meracau.
Setiap kali Teh Shara terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk kemaluannya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi kemaluannya, kulakukan beberapa kali.
Emhh Rid.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh.. kata Teh Shara memohon.
Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akan membuatnya klimaks dengan jariku tetapi dgn mulutku, aku benar benar ingin mencoba semua yang pernah aku lihat di bokep.

Segera aku arahkan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput rumpuat hitam yg disekeliling kemaluannya dan terlihatlah kemaluannya yg merah dan mengkilap basah, sungguh indah karena baru kali ini melihatnya. Aku agak ragu untuk melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati kemaluan lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.
Rid.. apa yg kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh.. kata Teh Shara.
Ia terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati kemaluannya, tapi aku tidak pedulikan kata katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama kemudian tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei dan mulutku di penuhi cairan yg keluar dari liang keperempuanannya.
Ohmm.. emhh.. ennak Rid.. aahh.. kata Teh Shara ketika ia klimaks.


Setelah Teh Shara selesai menikmati kenikmatan yg diperolehnya, aku kembali mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.
Gantian Teh diatas ya sekarang kataku.
Gimana Rid aku nggak ngerti kata Teh Shara.

Daripada aku menjelaskan, langsung aku praktekkan. Aku tidur telentang dan Teh Shara aku suruh melangkah diatas kemaluanku, tampaknya ia mulai mengerti. Tangannya memegang kemaluanku yg tegang hebat lalu perlahan lahan pinggangnya diturunkan dan kemaluannya diarahkan ke kemaluanku dan dalam sekejap bless kemaluanku hilang ditelan kemaluannya. Teh Shara lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di kepala penisku ia turunkan lagi. Mula mula ia pelan pelan tapi ia kini mulai mempercepat gerakannya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis desih. Sungguh sangat sexy wajah perempuan yg sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan. Wajah Teh Shara terlihat sangat cantik seperti itu apalagi ditambah rambut sebahunya yg terlihat acak acakan terombang ambing gerakan kepalanya. Buah dadanya pun terguncang guncang, lalu tanganku meremas remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari jariku memelintir puting susunya.
Oh emhh yaah.. ohh.. itulah katakata yg keluar dari mulut Teh Shara.
Aku nggak kuat lagi Rid.. kata Teh Shara sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.

Kurebahkan badannya dan aku segera memompa kemaluannya dan tak lama kemudian Teh Shara mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Teh Shara menikmati kenikmatan yg diperolehnya. Setelah itu aku cabut penisku dan kusuruh Teh Shara menungging lalu kumasukkan kemaluanku dari belakang. Teh Shara terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yg aku lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.
Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh Teh Shara rebahan lagi dan aku masukkan lagi kemaluanku dan memompa kemaluannya lagi karena aku sudah ingin sekali mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Teh Shara ingin klimaks lagi, wajahnya memerah, tubuhnya menggelinjang kesana kemari.
Ahh.. oh.. Teh mau enak lagi Rid.. arrghh ahh.. kata Teh Shara.
Tunggu Teh, ki kita bareng aku juga hampir kataku.
Teh udah nggak tahan Rid.. ahh.. kata Teh Shara sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram kemaluanku dan kurasakan dinding kemaluannya seakanakan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yg baru saja kami raih.

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com
domino99,