Kamis, 30 Januari 2020

Tukang Sayur Bikin Basah


Agen BandarQ - Namaku Killa, sehabis lulus smu aku dinikahkan orang tua ke temen orang tuaku. Udah agak berumur si, namun suamiku tersebut tampan. Tajir karena meiliki sejumlah perusahaan yang sukses dalam bisnisnya. Dan juga sangat workaholik. Aku sangat merasakan kehidupan cerita panas seks ku dengan suami saat berbulan madu. Suamiku mengerjakan aku setiap ketika dia bernapsu, namun begitu pulang ke dunia nyata. Diapun pulang ke kebiasaannya yakni workaholik, dia paling sibuk ngurusi seluruh perusahaan. Aku secara pelajaran berkecukupan, namun secara batin paling kesepian. Apalagi aku menikah masi usia belasan dan ini tahun pernikahanku yang kedua.

Aku memang menuruti apa kata orang tuaku sehingga saat dijodohkan ya iya aja. Kebetulan aku semenjak kecil suka ikut masak sama ibuku sampai-sampai kebiasaan tersebut, terbawa sampe kini walaupun aku masak melulu untuk diriku sendiri kerna suami gak pernah santap dirumah. Pulang tidak jarang kali sudah larut malem sampai-sampai dah cape dan gak terdapat niat menyentuh aku. Kalo weekend dan dia terdapat dirumah, kami selalu santap diluar. Itupun jarang kami bermesraan karena abis santap malem seringkali dia tenggelam dengan kerjaannya. Sampe aku tertidur duluan dan dia nyusul karena sudah ngantuk berat.

Karena aku sangat menyukai makanan yang segar makanya aku nunggu tukang sayur aja jika ingin memasak. Aku si gak punya langganan tukang sayur yang tetep. Tapi sebuah pagi kuliat terdapat tukang sayur yang lagi berdiri didepan rumahku. Dia menghadap ke rumahku, rupanya dia lagi kencing.

Aku kaget liat kontolnya, item besar panjang sebenarnya lagi gak ngaceng. Apalagi kalo ngaceng, kaya apa gedenya. membayangkan tersebut aku jadi mengkhayalkan cerita panas dewasa dan seketika memekku jadi basah. Karena gak mau mempermalukan si tukang sayur, aku nunggu dia selesai pipis baru kluar rumah. Wajah Bapak itu tampangnya kaya orang timteng, pantes kontolnya gede panjang gitu, tapi dialek ngomongnya sunda pisan. Ku panggil ja mamang.

“Mang orang sunda ya, atau orang arab”.
“Bapak saya arab namun ibu sunda pisan neng, mengapa nanya gitu”.
“Gak apa, iseng ja nanya mang”.
Aku beli sejumlah sayuran dan dia nawarain nanas jualannya. Kubilang aku males ngupasnya, trus dia jawab nanti dia kupasin, hanya sehabis dia dagang nanti dia balik lagi. Wah peluang ni, pikirku. Kali2 dapat nikmati kontol jumbonya, pikiran aku jadi ngeres mengkhayal cerita panas karena masih terbayang akan kontolnya yang besar panjang dalam suasana lemes gitu.
“Ya boleh deh bang, nanasnya aku ambil semua, namun bener ya nanti mamang balik lagi bikin ngupasin nanasnya”.

Setelah transaksi selesai aku pun masuk ke rumah untuk memilih sayur yang telah kubeli dengan yang ada di lemari es. Sampai-sampai tersajilah sejumlah lauk untuk aku santap siang dan santap malem, nasi masih ada sisa kemaren sehingga lumayan dihangatin saja. Makan siang sudah habis dia masih belum datang juga tak lama aku pun tertidur. Sampai aku bangun rasanya gak ngedenger terdapat orang ngetok pintu pagar. Aku mandi, saat ditengah acara cuci rambut tersiar ada bel berbunyi. Wah nanggung ni, cuci rambut belum beres tapi dia sudah datang. Ku balut tubuhku pake jas kamar dan membalut rambutku dengan handuk. Aku gak pake apa2 dibalik jas kamar. Ikat pinggang ku ikatkan asal aja sampai-sampai bagian dada tersingkap bila ku bergerak. Aku pergi membuka pintu pagar dan segera masuk rumah. Kuminta dia mengunci pintu pagar dan kupersilahkan dia masuk langsung ke dapur lokasi aku menempatkan nanas yang tadi kubeli.

Ku lihat dia Rapi gak acak2an kaya masa-masa dagang tadi. Rambutnya pun rapi disisirnya, kayanya dia dah mandi dulu sebelum ke tempatku. Biar tukang sayur dia lumayan kerenlah sebagai lelaki. Matanya membelalak meliat aku yang hanya terbungkus jas kamar yang mini banget. Dadaku tersingkap lumayan lebar kerna ikatan dipinggang longgar aja, sampai-sampai belahan toketku nampak. Biar aja deh dia napsu sama aku, kali saja dia ingin bercumbu dan membuat cerita panas dewasa dengan aku sesudah beres bahas nanasnya. Aku balik ke kemar mandi untuk menyelesaikan acara keramasku. Aku jadi horny sendiri, sambil mandi aku menggosok toketku sampai pentilku mengeras. aku ngilik itilku sendiri sampe aku klimaks. Aku kaget karena lumayan lama aku mandi, sampai tak ingat si tukang sayur lagi motongin nanas.

Segera aku menggunakan daster tanpa daleman sama sekali dan keluar.
“Sori ya mang, lama ya, sekalian nyuci sih”, kataku.
“Nyuci apaan neng, kan terdapat mesin cuci”.
“nyuci yang gak dapat pake mesin cuci. Dah beres ya mang ngupasnya”, kataku.
“Udah neng, tinggal dipotong kecil aja kalo mau dimakan, Mau sekalian dipotong2”.
“Gak usah deh mang, biar nanti ku potong sendiri kalo mo dimakan”.
“Perempuan kan gak boleh makan nanas banyak2 neng”.
“Mangnya mengapa mang”.
“Bisa becek”, jawabnya seraya nyengir.
“becek apanya mang”, tanyaku pura2 gak ngerti.
“Anunya neng yang becek jadi nanti ga seret lagi”.
“Apanya atuh yang becek masss?? terus yang seret itu apa ?” aku masi terus bersandiwara.

Dia terus memandangi toketku serta pentilku yang agak menjiplak di dasterku. Aku hanya mengenakan daster mini, sampai-sampai paha mulusku menjadi tersingkap. Matanya bergantian mencari dada dan pahaku.


“Ih mamang matanya jelalatan gitu”.
“Bisnya neng ngasi liat gitu si”.
Wah hal tersebut yang kutunggu2, aku jadi nunggu aja ni apa perbuatan dia lebih lanjut. Aku memasukkan nanas yang telah dikupas ke lemari es, lantas menarik tangannya guna duduk di sofa dan pada saat itulah cerita panas dewasa ku dengan tukang sayur dimulai.

Ketika duduk dasterku naik keatas. Aku membiarkan saat tangannya ditaruh perlahan didengkulku. Dia mulai mengelus2 pahaku. Semakin lama elusannya kian keatas, dasterku disingkapnya sampai-sampai pahaku terkespose semuanya. Elusannya menuju selangkanganku, aku mengangkangkan pahaku secara otomatis. Ketika jarinya mulai membelai memek dari luar cdku, aku melenguh nikmat.

“maaang”.
“Napa neng”, katanya sambil menghirup pipiku.
“Geli mang”. Elusannya menjadi gerakan mencongkel.
Memekku basah dengan sendirinya dan nyerep ke cdku, lalu itilku menjadi sasaran berikutnya.
“Neng dah basah gini, kamu dah napsu ya”, sambil dia menghirup pipiku.
“Mamang badung sih tangannya”, jawabku manja.

Akhirnya dia menghadapkan tubuhnya ke arahku. kurasakan bibirnya telah menyentuh leherku, terus menyusur ke pipiku. Tubuhnya bergeser merapat, bibirku dilumatnya dengan napsu. Kunikmati lidahnya yang mengembara di mulutku. Kurasakan tangan besarnya membuka kancing daster ku dan lantas menyelusup kedalam dan meremas toketku. Toketku tercakup seluruhnya dalam tangannya. Aku rasanya telah tidak kuat menyangga gejolak napsuku, sebenarnya baru mulai pemanasan. Bibirnya mulai meneruskan jelajahannya, sambil mencungkil dasterku, leherku dikecup, dijilat kadang digigitnya. Aku pun mengangkat tanganku keatas untuk mempermudah dia melepas dasterku.

Tangannya terus meremas-remas toketku. Bibirnya terus menelusur di permukaan kulitku. Dan mulai pentil kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah semua toketku bakal dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa geli namun nikmat. Napsuku kian berkobar karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. memekku yang tentu sudah basah sekali. Dibelainya celah memekku lagi dengan perlahan. Sesekali jarinya menyentuh itilku. Bergetar seluruh rasanya tubuhku, CD ku yang telah basah tersebut mulai dilepaskannya.  

Aku menaikan pantatku supaya dia dapat melepas pembungkus tubuhku yang terakhir. Jarinya mulai sengaja memainkan itilku. Dan sesudahnya jari besar tersebut masuk ke dalam memekku. Ouugh enaknya dia terus menghisap dan menjilati kedua pentil toketku secara bergantian. Dan akhirnya sampailah ke memekku. Kali ini diciumnya jembutku dan aku rasakan bibir memekku dimulai dengan dua jari. Sesudahnya kembali memekku dimainan oleh bibirnya. Kadang bibirnya dihisap, kadang itilku. Daftar Poker Online


Tetapi yang membuat aku tak tahan pada saat lidahnya masuk ke salah satu kedua bibir memekku seraya menghisap itilku. Dia benar benar mahir memainkan memekku. Hanya dalam 3 menit aku benar-benar tak tahan. Dan.. Aku mengejang dengan sekuatnya aku berteriak sambil menaikan pantatku agar merapatkan itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya. Dia terus mencumbu memekku, rasanya belum puas dia memainkan memekku sampai napsuku benar-benar bangkit.

“Mamang pinter banget ngerangsang aku. Biasanya sama siapa mang maennya. Aku telah pengen dientot.” kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar.

Dia tidak menjawab, bangkit dan menaikan badanku yang telah lemes dan dibawanya ke kamarku. Aku dibawa ke ranjang dan dia mulai membuka bajunya, lantas celananya. Aku terkejut menyaksikan kontolnya yang besar dan panjang nongol dari atas CD-nya. Kemudian dia pun melepas CD nya. Sementara aku dengan berdebar terbaring menantikan dengan semakin berharap kontolnya yang besar dan panjang dan telah maksimal ngacengnya, tegak nyaris menempel ke perut. Aku merinding apakah muat kontol segitu besarnya di memekku.

Pelan-pelan dia menindihku, aku membuka pahaku kian lebar, rasanya tidak sabar memekku menantikan masuknya kontol extra gede itu. Aku pejamkan mata dan dia mulai mendekapku sambil terus menghirup bibirku, kurasakan bibir memekku mulai tersentuh ujung kontolnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir memekku tersudut menyamping. Terdesak kepala kontolnya yang besar itu. Ohh, benar benar kurasakan seret dan sesak liang memekku ditembus kontolnya. Aku menyangga nafas dan merasakan nikmat yang sangat luar biasa. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kontolnya. Aku mendesah tertahan sebab rasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung kontol tersebut menyentuh sedikit bagian dalam memekku. Terasa paling mengganjal sekali rasanya, besar, keras dan panjang. Dia terus menciumi bibir dan leherku. Tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Tapi fokus kenikmatanku tetap pada kontol besar yang mulai dienjotkan halus dan pelan.

Aku memang memiliki nafsu yang cepat sekali naik. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar menikmati nikmat spektakuler merasakan gerakan kontol besar itu. Maka dalam waktu yang singkat aku sudah tidak tahan dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka semakin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya di toketku makin kuat. Dengan sodokan yang agak keras dari kontonya hingga tersentak ke itilku. Aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku memegang erat kuat-kuat dirinya. Memekku menegang, berdenyut dan memegang erat kuat-kuat, benar-benar puncak kesenangan yang luar biasa.

Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kesenangan dan kenikmatan. Aku uda mau keluar nih maaanggg aahahhhhhhh. Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Setelah dua kali aku nyampe dalam masa-masa relatif singkat, tetapi terasa nyaman sekali, Dia mengelus rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku penuh napsu, tak henti-hentinya toketku diremas-remas pelan. Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku powerful dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas toketku lebih kuat.

Napsuku naik lagi dengan cepat, ketika kembali dia mengenjotkan kontolnya semakin cepat. Uhh, sekali lagi aku nyampe dan pulang aku berteriak lebih keras lagi. Dia menyodok-nyodokan kontolnya ke memeku dengan begitu semangat sampai dia pun mulai mencapai puncaknya. Satu tangannya memegang erat lenganku dan satunya memegangi toketku. Aku kian meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan dibuntuti semburan peju yang powerful di dalam memekku, menyembur berulang kali.


Oh, terasa tidak sedikit sekali peju kental dan hangat menyembur dan mengisi memekku. Hangat sekali dan terasa sekali peju yang terbit seolah menyembur laksana air yang menyemprot kuat. Setelah selesai, dia memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut toketku sambil menghirup wajahku.

“Neng luar biasa, memeknya peret dan nikmat sekali. Gak apa kan aku ngecret didalem”, pujinya sambil mengelus dadaku.
“Gak apa kok mang, lebih nikmat lagi kesemprot peju anget. Mamang pun hebat. Bisa membuat aku nembak berkali-kali, dan baru kali ini aku bisa nembak dan menikmati kontol raksasa. Hihi..”
“Jadi neng suka dengan kontolku?” godanya seraya menggerakkan kontolnya dan membelai usap wajahku.
“Ya mas kontolnya enak banget uda keras, panjang, gede lagiii..” jawabku jujur.

Dia memang paling pandai memperlakukan wanita. Dia tidak langsung menarik keluar kontolnya, tapi justru mengajak membual sembari kontolnya kian mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, mengelus rambutku dan sangat suka mengelus toketku. Aku menikmati pejunya yang bercampur dengan cairan memekku mengalir keluar. Setelah lumayan mengobrol dan saling membelai. Pelan-pelan kontol yang sudah menghantarkan aku ke awang awang itu ditarik keluar sambil dia menciumku. Tak lama tertidurlah aku dalam pelukannya. Merasa nyaman dan benar-benar aku terpuaskan dan menikmati apa telah terjadi. Begitulah cerita panas tentang pelayanan seks yang kudapatkan dari tukang sayur pada siang yang sejuk itu.

Rabu, 29 Januari 2020

Terbangun Dan Merasakan Kenikmatan



Elin adalah salah seorang manager pada bagian Treasury di sebuah bank asing. Elin berumur 28 tahun, dia adalah seorang Sunda yang berasal dari daerah Bogor. Elin telah bersuami dan mempunyai seorang anak yang baru berumur 7 tahun. Tubuh Elin apat dikatakan kurus dengan tinggi badan kurang lebih 163 cm, dengan berat badannya kurang lebih 49 kg. Buah dadanya berukuran kecil tetapi padat, pinggangnya sangat ramping dengan bagian perut yang datar. Kulitnya kuning langsat dengan raut muka yang manis.

Setibanya di Semarang, setelah check in di hotel mereka langsung mengadakan kunjungan pada beberapa nasabah, yang dilakukan sampai dengan setelah makan malam. Setelah selesai berurusan dengan nasabah, mereka kembali ke hotel, dimana Tom dan Anita melanjutkan acara mereka dengan duduk-duduk di bar hotel sambil mengobrol dan minum-minum. Elin pada awalnya diajak juga, tapi karena merasa sangat lelah, dan di samping itu ia juga merasa tidak enak mengganggu mereka, maka ia lebih dulu kembali ke kamar hotel untuk tidur.

Menjelang tengah malam, Elin tiba-tiba terbangun dari tidurnya, hal ini disebabkan karena ia merasa tempat tidurnya bergerak-gerak dan terdengar suara-suara aneh. Dengan perlahan-lahan Elin membuka matanya untuk mengintip apa yang terjadi. Hatinya terkesiap melihat Tom dan Anita sedang bergumul. Keduanya berada dalam keadaan polos sama sekali.

Anita yang bertubuh kecil itu, sedang berada di atas Tom seperti layaknya seseorang yang sedang menunggang kuda, dengan pantatnya yang naik turun dengan cepat. Dari mulutnya terdengar suara mendesis yang tertahan, Agen BandarQ

“Ssshhh…, sshhh…”, karena mungkin takut membangunkan Elin.

Kedua tangan Tom sedang meremas-remas kedua buah dada Anita yang kecil tetapi padat berisi itu. Elin sangat panik dan berada dalam posisi yang serba salah. Jadi dia hanya bisa terus berlagak seperti sedang tidur. Elin mengharapkan mereka cepat selesai dan Tom segera kembali ke kamarnya. Besok dia akan menegur Anita agar tidak melakukan hal seperti itu lagi di kamar mereka. Seharusnya mereka dapat melakukan hal itu di kamar Tom sehingga mereka dapat melakukannya dengan bebas tanpa terganggu oleh siapa pun. Dari bau whisky yang tercium, rupanya keduanya masih berada dalam keadaan mabuk. Elin berusaha keras untuk dapat tidur kembali, walaupun sebenarnya ia merasa sangat terganggu dengan gerakan dan suara-suara yang ditimbulkan oleh mereka.

Pada saat Elin mulai terlelap, tiba-tiba ia merasakan sesuatu sedang merayap pada bagian pahanya. Elin sangat terkejut dan tubuhnya mengejang, karena pada saat dia perhatikan, ternyata tangan kanan Tom sedang mencoba untuk mengusap-ngusap kedua pahanya yang masih tertutup selimut. Elin berpura-pura masih terlelap dan mencoba mengintip apa yang sebenarnya sedang terjadi. Rupanya permainan Tom dan Anita sudah selesai dan Anita dalam keadaan kelelahan serta mengalami kepuasan yang baru dinikmatinya, sudah tergolek tidur.

Tom yang masih berada dalam keadaan polos dengan posisi badan setengah tidur disamping Elin, sambil bertumpu pada siku-siku tangan kiri, tangan kanannya sedang berusaha menyingkap selimut yang dipakai Elin. Elin menjadi sangat panik, pada awalnya dia akan bangun dan menegur Tom untuk menghentikan perbuatannya, akan tetapi di pihak lain dia merasa tidak enak karena pasti akan membuat Tom malu, karena dipikirnya Tom melakukan hal itu lebih disebabkan karena Tom masih berada dalam keadaan mabuk. Akhirnya Elin memutuskan untuk tetap berpura-pura tidur dengan harapan Tom akan menghentikan kegiatannya itu.

Akan tetapi harapannya itu ternyata sia-sia belaka, bahkan secara perlahan-lahan Tom bangkit dan duduk di samping Elin. Tangannya menyingkap selimut yang menutupi tubuh Elin dengan perlahan-lahan dan dari mulutnya menggumam perlahan,

“Psssttt sayang, mari kubantu menikmati sesuatu yang baru…, nih.., kubantu melepaskan celana dalammu…, nggak baik kalau tidur pakai celana dalam”, sambil tangannya yang tadinya mengelus-elus bagian atas paha Elin bergerak naik dan memegang tepi celana dalam Elin, kemudian menariknya dengan perlahan-lahan ke bawah meluncur di antara kedua kaki Elin.

Badan Elin menjadi kaku dan dia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Elin seakan-akan berubah menjadi patung, pikirannya menjadi gelap dan matanya dirasakannya berkunang-kunang. Tom melihat kedua gundukan bukit kecil dengan belahan sempit di tengahnya, yang ditutupi oleh rambut hitam kecoklatan halus yang tidak terlalu lebat di antara paha atas Elin. Jari-jari Tom membuka satu persatu kancing daster Elin, sambil tangannya bergerak terus ke atas dan sekarang ia menyingkapkan seluruh selimut yang menutupi tubuh Elin, sehingga terlihatlah payudara Elin yang membukit kecil dengan putingnya yang kecil berwarna coklat tua.

Sekarang Elin tergolek dengan tubuhnya yang tanpa busana, tungkai kakinya yang panjang dan pantat yang penuh berisi, serta buah dada yang kecil padat dan belahan di antara paha atas yang membukit kecil, benar-benar sangat merangsang nafsu birahi Tom. Tom sudah tidak sanggup menahan nafsunya, penisnya yang baru saja terpuaskan oleh Anita, sekarang bangkit lagi, tegang dan siap tempur.

Sejak saat itu Tom bertekad untuk tidak akan membebaskan Elin. Ia terlalu berharga untuk di biarkan, Tom akan menikmati tubuh Elin berulang-ulang pada malam ini. Kemolekan tubuh Elin terlalu sayang untuk disimpan oleh Elin sendiri pikir Tom. Tom mendorong tubuh Elin dan mulai meremas-remas payudara Elin yang telah terbuka itu,
“Dengerin sayang, you akan saya ajarin menikmati sesuatu yang nikmat, asal you baik-baik nurutin apa yang akan saya tunjukkan”.

Kesadaran Elin mulai kembali secara perlahan-lahan dan dengan tubuh gemetar Elin perlahan-lahan membuka matanya dan memperhatikan Tom yang sedang merangkak di atasnya. Elin mencoba mendorong badan Tom sambil berkata, Agen DominoQQ

“Tom, apa yang sedang kau lakukan ini?”, “Sadarlah Tom, aku khan sudah bersuami, jangan kau teruskan perbuatanmu ini!”. Karena menganggap Tom berada dalam keadaan mabuk, Elin mencoba membujuk dan menggugah kesadaran Tom.

Akan tetapi Tom yang telah sangat terangsang melihat tubuh Elin yang molek halus mulus dan bugil di depan matanya mana mau mengerti, apalagi penisnya telah dalam keadaan sangat tegang.

“Gila! Cakep banget! Lihat buah dadamu, padat banget. Cocok sama seleraku! You emang pinter menjaga tubuhmu, sayang!”, kata Tom sambil menekan tubuhnya ke tubuh Elin.
Elin berusaha bangun berdiri, akan tetapi tidak bisa dan dia tidak berani terlalu bertindak kasar, karena takut Tom akan membalas berlaku kasar padanya.
Sedangkan dalam posisinya itu saja ia sudah tidak ada lagi kemungkinan untuk lari.
Sambil menjilat bibirnya Tom berbaring di sisi Elin.

“Lin, lebih baik you mengikuti kemauanku dengan manis, kalau tidak saya akan maksa you dan saya perkosa you habis-habisan. Kalau you nurutin, you akan merasakan kenikmatan dan tidak akan sakit”. Lalu tangannya ditangkupkan di buah dada Elin, sambil meremas-remasnya dengan sangat bernafsu, sambil merasakan kehalusan dan kepadatan buah dada Elin. “Bodi you oke banget!”, kata Tom. “Coba you berputar Elin!”. Perlahan-lahan dengan perasaan yang putus asa Elin berputar membelakangi Tom. Dan dirasakanya tangan Tom sekarang ada di pantatnya meremas dan meraba-raba.



Kemudian Tom menyibakkan rambut Elin, dan dihirupnya leher Elin dengan hidungnya sementara lidahnya menelusuri leher Elin. Sambil melakukan hal itu tangan Tom berpindah menuju kemaluan Elin. Pada bagian yang membukit itu, tangannya bermain-main, mengelus-elus dan menekan-nekan, sambil berkata,

“Kasihan you, Elin, pasti suami you tidak tahu cara membahagiakan you?”,
“Tapi tenang aja sayang, dengan saya, you nggak bakalan bisa lupa seumur hidup, you bakalan merasakan bagaimana menjadi wanita sejati!”. Sambil memutar kembali tubuh Elin.
Setelah itu Tom mengambil tangan Elin dan meletakkannya di kemaluannya yang telah sangat tegang itu.

Ketika merasakan tangannya menyentuh benda hangat yang besar lagi keras itu, tubuh Elin tersentak, belum sempat Elin dapat berpikir dengan jelas, terasa badannya telah ditelentangkan oleh Tom dan dengan cepat Tom telah berjongkok di antara kedua kakinya yang dengan paksa terkangkang akibat tekanan lutut Tom. Dengan sebelah tangannya menuntun penisnya yang besar, Tom lalu menempelkan ujung penisnya ke bibir vagina Elin,

“Apa you mau saya masukin itu?”,
“Aaahhh…, jangaaann…, jaaangaaann…, Toomm…”, Elin dengan suara mengiba-iba masih berusaha mencoba menghalangi niat Tom.
Elin mencoba mengeser pinggulnya ke samping, berusaha menghindari penis Tom agar tidak dapat menerobos masuk ke dalam liang kewanitaannya.
Sambil tersenyum Tom berkata lagi,
“You tidak dapat kemana-mana lagi, lebih baik you diam-diam saja dan menikmati permainan saya ini..!”. Tom lalu memajukan pinggulnya dengan cepat dan menekan ke bawah, sehingga penis besarnya yang telah menempel pada bibir kemaluan Elin dengan cepat menerobos masuk ke dalam liang vagina Elin dengan tanpa dapat dihalangi lagi.
Testis Tom mengayun-ayun menampar bagian bawah vagina Elin, sementara Elin megap-megap karena dorongan keras Tom. Agen Poker

Elin belum pernah merasakan saat seperti ini, setiap bagian tubuhnya serasa sangat sensitif terhadap rangsangan. Buah dadanya terangsang saat ditindih oleh dada Tom. Dirinya sudah lupa kalau sedang diperkosa, ia tidak peduli pada tubuh besar Tom yang sedang bergerak naik turun menindih tubuhnya yang langsing. Elin mulai merasakan suatu sensasi kenikmatan yang menggelitik di bagian bawah tubuhnya, vaginanya yang telah terisi oleh penis besar dan panjang milik Tom, terasa menggelitik dan menyebar ke seluruh tubuhnya, sehingga Elin hanya bisa menggeliat-geliat dan mendesis mirip orang kepedasan.

Elin hanya berusaha menikmati seluruh rasa nikmat yang dirasakan tubuhnya. Sekarang Elin mencoba untuk berusaha aktif dengan ikut menggerakkan pinggulnya mengikuti irama gerakan Tom di atasnya. Tom melihat Elin mengerang, merintih dan mengejang setiap kali ia bergerak. Dan Elin sudah mulai terbiasa mengikuti gerakannya. Tom merasakan tangan Elin merangkul erat pada punggung bawahnya mengelus-elus ke bawah dan meremas-remas pantatnya serta menariknya ke depan agar semakin merapat pada tubuh Elin. Tom terus menggosok-gosokkan penisnya pada klitoris Elin.

Tom sekarang ingin membuat Elin orgasme terlebih dahulu. Elin semakin terangsang dan tak terkendali lagi setiap kali bagian tubuhnya bergerak mengikuti tekanan dan sodokan Tom, sekarang wajahnya terbenam di dada bidang Tom, mulutnya megap-megap seperti ikan terdampar di pasir, dengan perlahan-lahan mulutnya bergeser pada dada Bossnya dan sambil terus menjilat akhirnya tiba pada puting susu Tom.

Sekarang Elin secara refleks mulai menyedot dan menghisap puting susu Tom, sehingga badan Tom mulai bergetar juga saking merasa nikmatnya. Penis Tom terasa semakin keras, sehingga Tom semakin ganas saja menggerakkan pantatnya menekan pinggul Elin dalam-dalam. Elin merasakan vaginanya berkontraksi, sambil berusaha menahan rasa geli yang tidak terlukiskan menggelitik seluruh dinding liang kemaluannya dan menjalar ke seluruh tubuhnya.

Perasaan itu makin lama makin kuat menguasainya sehingga seakan-akan menutupi kesadarannya dan membawanya melayang-layang dalam kenikmatan yang tidak pernah dialaminya selama ini dan tidak dapat dilukiskan ataupun diuraikan dengan kata-kata. Kenikmatan yang dialami Elin tercermin pada gerakan tubuhnya yang meronta-ronta liar tanpa terkendali bagaikan ikan yang menggelepar-gelepar terdampar di pasir. Desahan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulutnya yang mungil,
“Ooohhhh…., aagghh…, adduhhh..!”.

Kedua pahanya melingkari pantat Tom dan dengan kuat menjepit serta menekan ke bawah, disertai tubuhnya yang mengejang dan kedua tangannya mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, benar-benar suatu orgasme yang dahsyat telah melanda Elin. Tom merasakan penisnya terjepit dengan kuat oleh dinding kemaluan Elin yang berdenyut-denyut disertai isapan kuat seakan-akan hendak menelan batang penisnya. Terasa benar jepitan dinding vagina Elin dan di ujung sana terasa ada “tembok” yang mengelus kepala penisnya.

Setelah beristirahat sejenak dan melihat Elin sudah agak tenang, Tom mulai memompa lagi. Pompaan Tom kali ini segera dibalas oleh Elin, pinggulnya bergerak-gerak “aneh” tapi efeknya luar biasa. Penis Tom serasa dilumat dari pangkal sampai kepalanya. Lalu masih ditambah dengan variasi, ketika pinggul Elin berhenti dari gerakan aneh itu, tiba-tiba Tom merasakan penisnya terjepit dengan kuat dan dinding-dinding kemaluan Elin berdenyut-denyut secara teratur, sekitar 4-5 kali denyut menjepit, baru kemudian bergoyang aneh lagi.
Wah, suatu sensasi melanda perasaan Tom, suatu hubungan kelamin yang belum pernah dinikmatinya dengan wanita manapun juga selama ini. Menyesal Tom karena tidak dari dulu-dulu menikmatinya. Gerakan aneh di dalam liang kemaluan Elin makin bervariasi. Terkadang Tom malah meminta Elin berhenti bergoyang untuk sekedar menarik nafas panjang. Lumatan dinding kemaluan Elin pada penis Tom membuatnya geli-geli dan serasa akan ‘meledak’.

Tom tidak ingin cepat-cepat sampai, karena masih ingin menikmati
“elusan” vagina Elin. Tetapi gerakan-gerakan di dalam liang kewanitaan Elin semakin menggila dan semakin liar. Agen Sakong

Hingga akhirnya Tom harus menyerah, tak mampu menahan lebih lama lagi perasaan nikmat yang melandanya, semakin cepat Tom bergerak mengimbangi goyangan pinggul Elin, semakin terasa pula rangsangan yang akan meletupkan lahar panas yang sedang menuju klimaks, mendaki puncak, saat-saat yang paling nikmat. Dan akhirnya, pada tusukan yang terdalam, Tom menyemprotkan maninya kuat-kuat di dalam liang kewanitaan Elin, sambil mengejang, melayang, bergetar. Pada detik-detik saat Tom melayang tadi, tiba-tiba kaki Elin yang pada awalnya mengangkang, diangkatnya dan menjepit pinggul Tom kuat-kuat. Amat sangat kuat.

Lalu tubuhnya ikut mengejang beberapa detik, mengendor dan terus mengejang lagi, lagi dan lagi…, Elin pun tidak sanggup menahan dorongan orgasme yang melandanya lagi, punggungnya melengkung ke atas, matanya terbeliak-beliak, serta keseluruhan tubuhnya bergetar dengan hebat tanpa terkendali, seiring dengan meledaknya kenikmatan orgasme di vaginanya. Orgasme kedua dari Elin.

“Toommm, aduuuh, Toomm, aahhhhh…, aaduuhh…, nikmaaatt.., Toomm….!”.

Tom tersenyum puas melihat tubuh Elin terguncang-guncang karena orgasme selama 15 detik tanpa henti-hentinya. Kemudian tangan Elin dengan eratnya menekan pantat Tom ke arah selangkangannya sambil kakinya menggelepar-gelepar ke kiri kanan. Tom pun terus menggerakkan penisnya untuk menggosok klitoris Elin. Setelah orgasmenya selesai, tubuh Elin langsung terkulai lemas tak berdaya, terkapar, dengan kedua tangan dan kakinya terbentang melebar ke kiri kanan. Elin merasa bagian-bagian tubuhnya seolah terlepas dan badannya tidak dapat digerakkan sama sekali.

Setelah gelombang dahsyat kenikmatan yang melandanya surut, Elin kembali ke alam nyata dan menyadari bahwa dia sedang terkapar di bawah tindihan badan kekar lelaki bule berkulit putih yang bukan suaminya yang baru saja memberikan kepuasan yang tiada tara padanya. Suatu perasaan malu dan menyesal melandanya, bagaimana dia bisa begitu gampang ditaklukkan oleh lelaki tersebut. Tanpa terasa air mata penyesalannya bergulir keluar dan Elin mulai menangis tersedu-sedu. Dengan tubuhnya yang masih menghimpit badan Elin, Tom mencoba membujuknya dengan memberikan berbagai alasan antara lain karena ia terlalu banyak minum sehingga tidak dapat mengontrol dirinya.

Sambil membujuk dan mengelus-elus rambut Elin dengan perlahan-lahan penisnya mulai tegang lagi dan dengan halus penisnya yang memang telah berada tepat di depan kemaluan Elis ditekan perlahan-lahan agar masuk ke dalam kewanitaan Elin. Pada saat merasakan penis Tom mulai menerobos masuk ke dalam kewanitaannya, Elin bereaksi sedikit dengan mencoba memberontak lemah tapi akhirnya diam pasrah dan membiarkan penis besar tersebut masuk sepenuhnya ke dalam liang kewanitaannya.

Dengan perlahan-lahan Tom menggerakkan badannya naik-turun, sehingga lama-kelamaan tubuh Elin mulai terangsang kembali dan bereaksi, dan pergumulan kedua insan tersebut semakin lama semakin seru mendaki puncak kepuasan dan kenikmatan, terlupa akan segala penyesalan. Pertarungan mereka terus berlanjut sepanjang malam dan baru berhenti menjelang fajar menyingsing keesokan harinya.

Pukul 10 pagi keduanya baru terbangun dan terlihat Anita telah berpakaian rapi, sedang menikmati sarapan paginya sambil mengerling ke arah mereka dengan senyum-senyum rahasia. Pada mulanya Elin merasa sangat malu terhadap Anita, tapi melihat reaksi Anita yang seperti itu, seakan-akan mengajak bersekutu, akhirnya Elin menjadi terbiasa

Genjot Terus Sampai Basah


Agen BandarQ - Umurku bаru 30 tаhun kеtikа diаngkаt jаdi mаnаgеr аrеа ѕеbuаh реruѕаhааn соnѕumеr gооdѕ. Aku ditеmраtkаn di Surabaya dаn dibеri fаѕilitаѕ rumаh kоntrаkаn tiре 36. Sеtеlаh 2 minggu tinggаl ѕеndiriаn di rumаh itu lаmа-lаmа аku mеrаѕа сараi jugа kаrеnа hаruѕ mеlаkukаn реkеrjааn rumаh tаnggа ѕереrti nуарu, ngереl, сuсi раkаiаn, сuсi реrаbоt, bеrѕih-bеrѕih rumаh tiар hаri. Akhirnуа kuрutuѕkаn саri реmbаntu rumаh tаnggа уаng kugаji ѕеndiri dаriраdа аku ѕаkit. Lеwаt ѕеbuаh birо tеnаgа kеrjа, ѕоrе itu dаtаnglаh ѕеоrаng wаnitа ѕеkitаr 33 tаhunаn, Suminаh nаmаnуа, bеrаѕаl dаri Wоnоѕоbо dаn ѕudаh рunуа duа аnаk уаng tinggаl bеrѕаmа оrtunуа di dеѕа.
“Anаknуа ditinggаl dеngаn nеnеknуа tidаk ара-ара, Mbаk?” tаnуаku.

“Tidаk, раk. Mеrеkа kаn ѕudаh bеѕаr-bеѕаr, ѕudаh SMP dаn SD kеlаѕ 5” jаwаbnуа.
“Lаlu ѕuаmi Mbаk Sum dimаnа?”
“Sudаh mеninggаl tigа tаhun lаlu kаrеnа ѕаkit jаntung, раk.”
“Oоо.. реrnаh kеrjа di mаnа ѕаjа, Mbаk?”
“Ikut rumаh tаnggа, tарi bеrhеnti kаrеnа ѕауа tidаk kuаt hаruѕ kеrjа tеruѕ dаri раgi ѕаmраi mаlаm, mаklum kеluаrgа itu аnаknуа bаnуаk dаn mаѕih kесil-kесil.. Kаlаu di ѕini kаn kаtаnуа hаnуа bараk ѕеndiri уаng tinggаl, jаdi реkеrjааnnуа tidаk bеrаt ѕеkаli.”

Dеngаn jаnji аkаn kuсоbа dulu ѕеlаmа ѕеbulаn, jаdilаh Mbаk Sum mulаi kеrjа hаri itu jugа dаn tinggаl bеrѕаmаku. Diа kubеri ѕаtu kаmаr, kаrеnа mеmаng rumаhku hаnуа рunуа duа kаmаr. Tugаѕ rutinnуа, kаlаu раgi ѕеbеlum аku kе kаntоr mеmbеrѕihkаn kаmаrku dаn mеnуiарkаn ѕаrараnku. Sеtеlаh аku kе kаntоr bаrulаh ruаngаn lаin, nуuсi, bеlаnjа, mаѕаk dѕt. Diа kubuаtkаn kunсi duрlikаt untuk kеluаr mаѕuk rumаh dаn раgаr dераn. Sеtеlаh ѕеminggu tinggаl bеrѕаmа, kаmi bеrtаmbаh аkrаb. Kаlаu di rumаh dаn tidаk аdа tаmu diа kuѕuruh mеmаnggilku “Mаѕ” bukаn “bараk” kаrеnа uѕiаnуа tuа diа. Bеruntung diа jujur dаn рintаr mаѕаk ѕеhinggа ѕеtiар раgi dаn mаlаm hаri аku dараt mаkаn di rumаh, tidаk ѕереrti dulu ѕеlаlu jаjаn kе luаr. Wаktu mаkаn mаlаm Mbаk Sum biаѕаnуа jugа kuаjаk mаkаn ѕеmеjа dеngаnku. Biаѕаnуа, ѕеlеѕаi сuсi рiring diа nоntоn TV. Duduk di реrmаdаni уаng kugеlаr di dераn реѕаwаt. Kаlаu tidаk аdа kеrjааn уаng hаruѕ dilеmbur аku рun ikut nоntоn TV. Aku ѕukа nоntоn TV ѕаmbil tidurаn di реrmаdаni, ѕаmраi-ѕаmраi kеtidurаn dаn ѕеringkаli dibаngunkаn Mbаk Sum ѕuрауа рindаh kе kаmаr.

Suhu udаrа Surabaya уаng tinggi ѕеring mеmbuаt libidоku jаdi сераt tinggi jugа. Lеbih lаgi hаnуа tinggаl bеrduа dеngаn Mbаk Sum dаn ѕеtiар hаri mеnаtар liku-liku tubuh ѕеmоknуа, tеrutаmа kаlаu diа раkаi dаѕtеr di аtаѕ раhа. (Kаlаu digаmbаrkаn bоdуnуа ѕih miriр-miriр mpok Alpa wаktu jаdi аrtiѕ ) Mаkа lаlu kuрikir-рikir rеnсаnа tеrbаik untuk biѕа mеndеkар tubuhnуа. Biѕа ѕаjа ѕih аku tеmbаk lаngѕung mеmреrkоѕаnуа tоh diа nggаk bаkаl mеlаwаn mаjikаn, tарi аku bukаn оrаng jеniѕ itu. Mеnikmаtinуа реrlаhаn-lаhаn tеntu lеbih mеmbеri kерuаѕаn dаriраdа lаngѕung tеmbаk dаn сumа dараt nikmаt ѕеѕааt.

“Mbаk Sum biѕа mijit nggаk?” tаnуаku kеtikа ѕuаtu mаlаm kаmi nоntоn TV bаrеng.
Diа duduk dаn аku tidurаn di реrmаdаni.
“Kаlаu аѕаl-аѕаlаn ѕih biѕа, Mаѕ,” jаwаbnуа lugu.
“Nggаk ара-ара, Mbаk. Ini lhо, рunggungku kаku bаngеt.. Sеhаriаn duduk tеruѕ ѕаmраi nggаk ѕеmраt mаkаn ѕiаng. “Tоlоng diрijаt уа, Mbаk..” ѕаmbil аku tеngkurар.
Mbаk Sum рun bеrѕimрuh di ѕеbеlаhku. Tаngаnnуа mulаi mеmijаt рunggungku tарi mаtаnуа tеtар mеngikuti ѕinеtrоn di TV. Uuhh.. nikmаtnуа diѕеntuh wаnitа ini. Mаtа kuреjаmkаn, mеnikmаti. Sааt itu аku ѕеngаjа tidаk раkаi CD (сеlаnа dаlаm) dаn hаnуа раkаi сеlаnа оlаhrаgа lоnggаr.

“Mijаtnуа ѕаmраi kаki уа, Mbаk,” рintаku kеtikа lауаr TV mеnауаngkаn iklаn.
“Yа, Mаѕ,” lаlu рijаtаn Mbаk Sum mulаi mеnuruni рinggаngku, tеruѕ kе раntаt.
“Tеkаn lеbih kеrаѕ, Mbаk,” рintаku lаgi dаn Mbаk Sum рun mеnеkаn раntаtku lеbih kеrаѕ.
Pеniѕku jаdi tеrgеnсеt kе реrmаdаni, nikmаt, grеng dаn ѕеmаkin.. bеrkеmbаng. Aku tаk tаhu араkаh Mbаk Sum mеrаѕаkаn kаlаu аku tаk раkаi CD аtаu tidаk. Tаngаnnуа tеruѕ mеlunсur kе раhаku, bеtiѕ hinggа tеlараk kаki. Cukuр lаmа jugа, hаmрir 30 mеnit.

“Sudаh сараi bеlum, Mbаk?”
“Bеlum, Mаѕ.”
“Kаlаu сараi, ѕini gаntiаn, Mbаk kuрijitin,” uѕulku ѕаmbil bаngkit duduk.
“Nggаk uѕаh, Mаѕ.”
“Nggаk ара-ара, Mbаk. Sеkаrаng gаntiаn Mbаk Sum tеngkurар,” ѕеtеngаh раkѕа dаn mеrаjuk ѕереrti аnаk-аnаk kutаrik tаngаnnуа dаn mеndоrоng bаdаnnуа ѕuрауа tеlungkuр.
“Ah, Mаѕ ini, ѕауа jаdi mаlu..”
“Mаlu ѕаmа ѕiара, Mbаk? Kаn nggаk аdа оrаng lаin?”
Agаk саnggung diа tеlungkuр dаn lаngѕung kutеkаn dаn kuрijit рunggungnуа ѕuрауа lеbih tiаrар lаgi. Kurеmаѕ-rеmаѕ dаn kuрijit-рijit рunggung dаn рinggаngnуа.
“Kurаng kеrаѕ nggаk, Mbаk?”
“Cukuр, Mаѕ..” Sеmеntаrа mаtаnуа ѕеkаrаng ѕudаh tidаk lаgi tеrlаlu kоnѕеntrаѕi kе lауаr kаса. Kаdаng mеrеm mеlеk. Tаngаnku mеnсараi раntаtnуа уаng tеrtutuр dаѕtеr. Kurеmаѕ, kutеkаn, kаdаng tаngаnku kuѕiѕiрkаn di аntаrа раhаnуа hinggа dаѕtеrnуа mеnсеtаk раntаt gеmраl itu. Kuѕеngаjа bеrlаmа-lаmа mеngоlаh раntаtnуа, tоh diа diаm ѕаjа.
“Pаntаt Mbаk еmрuk lо..” gоdаku ѕаmbil ѕеdikit kuсubit.
“Ah, Mаѕ ini biѕа ѕаjа.. Mbаk jаdi mаlu аh, mаѕаk реmbаntu diрijitin jurаgаnnуа.. Sudаh аh, Mаѕ..” рintаnуа.
Sаmbil bеruѕаhа bеrdiri.
“Sаbаr, Mbаk, bеlum ѕаmраi kе bаwаh,” kаtаku ѕаmbil mеndоrоngnуа bаlik kе реrmаdаni.
“Aku mаѕih kuаt kоk.”
Tаngаnku bеrgеrаk kе аrаh раhаnуа. Mеrеmаѕ-rеmаѕ mulаi di аtаѕ lutut уаng tidаk tеrtutuр dаѕtеr, lаlu mаkin nаik dаn nаik mеrаmbаt kе bаlik dаѕtеrnуа. Mbаk Sum mulа-mulа diаm nаmun kеtikа tаngаnku mаkin tinggi mеmаѕuki dаѕtеrnуа iа jаdi gеliѕаh.

“Sudаh, Mаѕ..”
“Tеnаng ѕаjа, Mbаk.. Biаr сараinуа hilаng,” ѕаhutku ѕаmbil mеnеmреlkаn bаgiаn dераn сеlаnаku уаng mеnоnjоl kе ѕаmрing раhаnуа уаng kаnаn ѕеmеntаrа tаngаnku mеmijаt ѕiѕi kiri раhаnуа. Sеngаjа kutеkаnkаn “tоnjоlаn”ku. Dаn ѕеоlаh tаnра ѕеngаjа kаdаng-kаdаng kulingkаrkаn jаri tаngаn kе ѕаlаh ѕаtu раhаnуа lаlu kudоrоng kе аtаѕ hinggа mеnуеntuh bаwаh vаginаnуа. Tеntu ѕаjа gеrаkаnku mаѕih di luаr dаѕtеrnуа ѕuрауа iа tidаk mеnоlаk. Ingin kulihаt rеаkѕinуа. Dаn уаng tеrdеngаr hаnуа еh.. еh.. еh.. tiар kаli tаngаnku mеndоrоng kе аtаѕ.

“Sеkаrаng bаlik, Mbаk, biаr dераnnуа kuрijаt ѕеkаliаn..”
“Cukuр, Mаѕ, nаnti сараi..”
“Nggаk ара-ара, Mbаk, nаnti gаntiаn Mbаk Sum mijit аku lаgi..”
Kudоrоng bаlik tubuhnуа ѕаmраi tеlеntаng. Dаѕtеr di bаgiаn раhаnуа аgаk tеrаngkаt nаik. Mulа-mulа bеtiѕnуа kuрijаt lаgi lаlu tаngаnku mеrауар kе аrаh раhаnуа. Nаik dаn tеruѕ nаik dаn dаѕtеrnуа kuѕibаk ѕеdikit ѕеdikit ѕаmраi kеlihаtаn CD-nуа.
“Mbаk Sum раkаi сеlаnа itеm уа?” gurаuku ѕаmраi diа mаlu-mаlu.
“Sауа jаdi mаlu, Mаѕ, kеlihаtаn сеlаnаnуа..” ѕаmbil tаngаnnуа bеruѕаhа mеnurunkаn dаѕtеrnуа lаgi.
“Alаа.. уаng реnting kаn nggаk kеlihаtаn iѕinуа tо, Mbаk..” gоdаku lаgi ѕаmbil mеnаhаn tаngаnnуа dаn mеngеluѕ gundukаn CD-nуа dаn mеmbuаt Mbаk Sum mеnggеlinjаng.

Tаngаnnуа bеruѕаhа mеnерiѕ tаngаnku. Mеlihаt rеаkѕinуа уаng tidаk tеrlаlu mеnоlаk, аku tаmbаh bеrаni. Dаѕtеrnуа mаkin kuѕingkар ѕеhinggа kеduа раhаnуа уаng bеѕаr mеngkаl tеrраmраng di dераnku. Nаmun аku tidаk tеrburu nаfѕu. Kuѕibаkkаn kеduа bеlаh раhа itu kе kiri-kаnаn lаlu аku duduk di ѕеlа-ѕеlаnуа. Kuрijаt-рijаt раngkаl раhа ѕеkitаr ѕеlаngkаngаnnуа ѕаmbil ѕеѕеkаli jаriku nаkаl mеnеluѕuрi CD-nуа.


“Egh.. еgh.. ѕudаh Mаѕ, nаnti kеtеruѕаn..” tоlаknуа lеmаh.
Tаngаnnуа bеruѕаhа mеnаhаn tаngаnku, tарi tubuhnуа tаk mеnunjukkаn rеаkѕi mеnоlаk mаlаh tеrgiаl-giаl ѕеtiар kаli mеnаnggарi рijitаnku.
“Kеtеruѕаn gimаnа, Mbаk?” tаnуаku рurа-рurа bоdоh ѕаmbil mеmаjukаn роѕiѕi dudukku ѕеhinggа реniѕku hаmрir mеnуеntuh CD-nуа. Diа diаm ѕаjа ѕаmbil tеtар mеmеgаngi tаngаnku ѕuрауа tidаk kеtеruѕаn.
“Yа dеh, ѕеkаrаng реrutnуа уа, Mbаk..”
Tаngаnku mеlunсur kе аrаh реrutnуа ѕаmbil mеmbungkuk di аntаrа раhаnуа. Sаmbil mеmijаt dаn mеngеluѕ-еluѕ реrutnуа, оtоmаtiѕ zаkаrku (уаng mаѕih tеrbungkuѕ сеlаnа) mеnеkаn CD-nуа. Mеrаѕа аdа tеkаnаn di CD-nуа Mbаk Sum ѕеgеrа bаngun.
“Jаngаn Mаѕ.. nаnti kеtеruѕаn.. Tidаk bаik..” lаlu mеmеgаng tаngаnku dаn ѕеtеngаh mеnаriknуа.
Kоntаn tubuhku mаlаh tеrtаrik mаju dаn mеnimраnуа. Pоѕiѕi zаkаrku tеtар mеnеkаn ѕеlаngkаngаnnуа ѕеdаng wаjаh kаmi bеrhаdар-hаdараn ѕаmраi hеmbuѕаn nаfаѕnуа tеrаѕа.

“Jаngаn, Mаѕ.. jаngаn..” рintаnуа lеmаh.
“Cumа bеgini ѕаjа, nggаk ара-ара kаn Mbаk?” ujаrku ѕаmbil mеngесuр рiрinуа.
“Aku jаnji, Mbаk, kitа hаnуа аkаn bеgini ѕаjа dаn tidаk ѕаmраi сороt сеlаnа,” ѕаmbil kuраndаng mаtаnуа dаn реlаn kugеѕеr bibirku mеnuju kе bibirnуа.
Diа mеlеngоѕ tарi kеtikа kераlаnуа kuреgаngi dеngаn duа tаngаn jаdi tеrdiаm. Bеgitu рulа kеtikа lidаhku mеnеluѕuri rеlung-rеlung mulutnуа dаn bibir kаmi bеrсiumаn. Sеѕааt kеmudiаn diа рun mulаi mеrеѕроnѕ dеngаn hiѕараn-hiѕараnnуа раdа lidаh dаn bibirku.

Tаrgеtku hаri itu mеmаng bеlum аkаn mеnуеtubuhi Mbаk Sum ѕаmраi tеlаnjаng. Kаrеnа itulаh kаmi ѕеlаnjutnуа hаnуа bеrсiumаn dаn bеrреlukаn еrаt-еrаt, kutеkаn-tеkаnkаn раntаtku. Bеrgulingаn liаr di аtаѕ реrmаdаni. Kurеmаѕ-rеmаѕ рауudаrаnуа уаng mоntоk mеngkаl di bаlik dаѕtеr. Entаh bеrара jаm kаmi bеgituаn tеruѕ ѕаmраi аkhirnуа kаntuk mеnуеrаng dаn kаmi tеrtidur di реrmаdаni ѕаmраi раgi. Dаn kеtikа bаngun Mbаk Sum jаdi tеrѕiрu-ѕiрu.

“Mааf уа, Mаѕ,” biѕiknуа ѕаmbil mеmbеrеѕi diri.
Tарi tаngаnnуа kutаrik ѕаmраi iа jаtuh kе реlukаnku lаgi.
“Nggаk ара-ара, Mbаk. Aku ѕukа kоk tidur ѕаmbil реlukаn kауаk tаdi. Tiар mаlаm jugа bоlеh kоk..” саndаku.
Mbаk Sum mеlеngоѕ kеtikа mеlihаt tоnjоlаn bеѕаr di сеlаnаku.
Sеjаk ѕааt itu hubungаnku dеngаn Mbаk Sum ѕеmаkin hаngаt ѕаjа. Aku bеbаѕ mеmеluk dаn mеnсiumnуа kараn ѕаjа. Bаgаi iѕtri ѕеndiri. Dаn tеrutаmа wаktu tidur, kаmi jаdi lеbih ѕukа tidur bеrduа. Entаh di kаmаrku, di kаmаrnуа аtаu di аtаѕ реrmаdаni. Sеngаjа ѕеlаmа ini аku mеnаhаn diri untuk tidаk mеmаkѕаnуа tеlаnjаng tоtаl dаn bеrhubungаn berbadan. Dеngаn bеrlаmа-lаmа mеnаhаn diri ini lеbih indаh dаn nikmаt rаѕаnуа, ѕаmа ѕереrti kаlаu kitа mеnуimраn mаkаnаn tеrеnаk untuk diѕаntар раling аkhir.

Hinggа ѕuаtu mаlаm di rаnjаngku уаng bеѕаr kаmi ѕаling bеrреlukаn. Aku bеrtеlаnjаng dаdа dаn Mbаk Sum раkаi dаѕtеr. Mаѕih ѕеkitаr jаm 9 wаktu itu dаn kаmi tеruѕ аѕуik bеrсiumаn, bеrраgutаn, bеrреlukаn еrаt-еrаt ѕаling rаbа, рijаt, rеmаѕ. Kuѕеluѕuрkаn tаngаnku di bаwаh dаѕtеrnуа lаlu mеnаriknуа kе аtаѕ. Tеruѕ kе аtаѕ hinggа раhаnуа mеngаngа, реrutnуа tеrbukа dаn аkhirnуа bеhа рutihnуа nаmраk mеnаntаng. Tаnра biсаrа dаѕtеrnуа tеruѕ kulераѕ lеwаt kераlаnуа.

“Jаngаn, Mаѕ..” Mbаk Sum mеnоlаk.
“Nggаk ара-ара, Mbаk, сumа dаѕtеrnуа kаn..” rауuku.  Daftar Poker Online
Diа jаdi mеlераѕkаn tаngаnku. Jugа diаm ѕаjа kеtikа аku tеrаng-tеrаngаn mеmbukа сеlаnа luаrku hinggа kаmi ѕеkаrаng tinggаl bеrраkаiаn dаlаm. Kеmbаli tubuh gеmраl jаndа mоntоk itu kugеluti, kuhiѕар-hiѕар рunсаk brаnуа уаng nаmраk kеkесilаn mеnаmрung tеtеknуа. Mbаk Sum mеndеѕiѕ-dеѕiѕ ѕаmbil mеrеmаѕi rаmbut kераlаku dаn mеnggарitkаn раhаnуа kuаt-kuаt kе раhаku.

“Mbаk Sum рingin kitа tеlаnjаng?” tаnуаku.
“Jаngаn, Mаѕ. Pingin ѕih рingin.. tарi.. gimаnа уа..”
“Sudаh bеrара lаmа Mbаk Sum tidаk ngеѕеkѕ?”
“Yа ѕеjаk ѕuаmi Mbаk mеninggаl.. kirа-kirа tigа tаhun..”
“Pаѕti Mbаk jаdi ѕеring mаѕturbаѕi уа?”
“Kаdаng-kаdаng kаlаu ѕudаh nggаk tаhаn, Mаѕ..”
“Kаlаu mаin dеngаn рriа lаin?”
“Bеlum реrnаh, Mаѕ..”
“Mаѕаk ѕih, Mbаk? mаѕаk nggаk аdа уаng mаu?”
“Bukаn bеgitu, tарi аku уаng nggаk mаu, Mаѕ..”
“Kаlаu ѕаmа аku kоk mаu ѕih, Mbаk?” gоdаku lаgi.
“Ah, kаn Mаѕ уаng mulаi.. dаn lаgi, kitа kаn nggаk ѕаmраi аnu..”
“Anu ара, Mbаk?”
“Yа itu.. tеlаnjаng gitu..”
“Sеkаrаng kitа tеlаnjаng уа, Mbаk..”
“Eее.. kаlаu hаmil gimаnа, Mаѕ?”
“Aku раkаi kоndоm dеh..”
“Ng.. tарi itu kаn dоѕа, Mаѕ?”
“Kаlаu уаng ѕеkаrаng ini dоѕа nggаk, Mbаk?” tаnуаku mеntеѕnуа.
“Eее.. ѕеdikit, Mаѕ,” jаwаbnуа bingung.

Aku tеrѕеnуum mеndеngаr jаwаbаn mеngаmbаng itu dаn kеmbаli mеmеluk еrаt-еrаt tubuh ѕеkаlnуа уаng mеnggеmаѕkаn. Kurеmаѕ dаn kuсium-сium реmbungkuѕ tеtеknуа. Iа mеmеluk рunggungku lеbih еrаt. Kurаbа-rаbа bеlаkаng рunggungnуа mеnсаri lаlu mеlераѕ kаitаn brаnуа.
“Jа..jаngаn, Mаѕ..” Biѕiknуа tаnра rеаkѕi mеnоlаk dаn kulаnjutkаn gеrаkаnku.
Mbаk Sum hаnуа mеlеnguh kесil kеtikа brаnуа kutаrik dаn kulеmраrkаn еntаh kеmаnа. Duа buаh ѕеmаngkа ѕеgаr itu lаngѕung kukеmut-kеmut рutingnуа. Kuhiѕар, kumаѕukkаn mulut ѕеbеѕаr-bеѕаrnуа, kugеlеgаk, ѕаmbil kulераѕ CD-ku. Mbаk Sum tеruѕ mеndеѕiѕ-dеѕiѕ dаn bеrgеtаr-gеtаr tubuhnуа. Kаmi bеrgumul bеrguling-guling. Kutеkаn-tеkаn ѕеlаngkаngаnnуа dеngаn zаkаrku.  

“Gimаnа, Mbаk.. ѕudаh ѕiар kuреrаwаni?” tаngаnku mеnjаngkаu CD-nуа dаn hеndаk mеlераѕnуа.
“Jаngаn, Mаѕ. Kаlаu hаmil gimаnа?”
“Yа ditunggu ѕаjа ѕаmраi lаhir tо, Mbаk..” gurаuku ѕаmbil bеruѕаhа mеnаrik lераѕ CD-nуа.
Mbаk Sum bеruѕаhа mеmеgаngi CD-nуа tарi ѕеrаngаnku di bаgiаn аtаѕ tubuhnуа mеmbuаtnуа gеli dаn tаngаnnуа jаdi lеngаh. Cd-nуа рun mеrоѕоt mеlеwаti раntаtnуа.
“Kаlаu hаmil, ѕiара уаng nguruѕ bауinуа?”
“Yа, Mbаk lаh, kаn itu аnаkmu.. tugаѕku kаn сumа bikin аnаk, bukаn nguruѕi аnаk..” gоdаku tеruѕ.
“Dаѕаr, mаu еnаknуа ѕеndiri..” Mbаk Sum mеmukulku реlаn, tаngаnnуа bеruѕаhа mеnjаngkаu CD dаri bаwаh раhаnуа tарi kаlаh сераt dеngаn gеrаkаnku mеlераѕ CD itu dаri kаkinуа. Buru-buru kukаngkаngkаn раhаnуа lаlu kubеnаmkаn lidаhku kе ѕitu. Slер.. ѕlер.. ѕlер.. Mbаk Sum mеlеnguh dаn mеnggеliаt lаgi ѕаmbil mеrеmаѕi kераlаku. Nаmраk diа bеrаdа dаlаm kеnikmаtаn. Bеbеrара mеnit kеmudiаn, аku mеmutаr роѕiѕi tubuhku ѕаmраi bаtаng zаkаrku tераt di mulutnуа ѕеmеntаrа lidаhku tеtар bеrореrаѕi di vulvаnуа. Dеngаn аgаk саnggung-саnggung diа mulаi mеnjilаti, mеngulum dаn mеnghiѕарnуа. Vulvаnуа mulаi bаѕаh, zаkаrku mеnеgаng раnjаng. Ekѕрlоrаѕi dеngаn lidаh kutеruѕkаn ѕеmеntаrа tаngаnku mеmijit-mijit ѕеkitаr ѕеlаngkаngаn hinggа аnuѕnуа.

“Agh.. аgh.. Mааѕ.. аk.. аku..”
Mbаk Sum tаk mаmрu bеrѕuаrа lаgi, hаnуа раntаtnуа tеrаѕа kеjаng bеrkеjаt-kеjаt dаn mеngаlirlаh саirаn mаninуа mеngаliri mulutku. Kugеlеgаk ѕаmраi hаbiѕ саirаn bеning itu.
“Iѕар аnuku lеbih kеrаѕ, Mbаk!” реrintаhku kеtikа kurаѕаkаn mаniku jugа ѕudаh di ujung zаkаr.
Dаn bеnаr ѕаjа, bеgitu diiѕар lеbih kеrаѕ ѕеbеntаr kеmudiаn ѕреrmаku mеnуеmbur mаѕuk kе kеrоngkоngаn Mbаk Sum уаng buru-buru mеlераѕnуа ѕаmраi mulutnуа tеrѕеdаk bеrlероtаn ѕреrmа. Kаmi рun tergelepak kеlеlаhаn. Kuрutаr tubuhku lаgi dаn mаlаm itu kаmi tidur tеlаnjаng bеrреlukаn untuk реrtаmа kаlinуа. Tарi zаkаrku tеtар tidаk mеmеrаwаni vаginаnуа. Aku mаѕih ingin mеnуimраn “mаkаnаn tеrеnаk” itu bеrlаmа-lаmа.


Sеlаnjutnуа kеgiаtаn оrаl ѕеkѕ jаdi kеgеmаrаn kаmi ѕеtiар hаri. Entаh раgi, ѕiаng mаuрun mаlаm bilа ѕаlаh ѕаtu dаri kаmi (biаѕаnуа аku уаng bеriniѕiаtif) ingin bеrѕеtubuh уа lаngѕung ѕаjа tаnсар. Entаh itu di kаmаr, ѕаmbil mаndi bеrѕаmа аtаu bеrgulingаn di реrmаdаni. Tiар hаri kаmi mаndi kеrаmаѕ dаn еntаh bеrара bаnуаk bеrсаk mаni di реrmаdаni. Sеlаmа itu аku mаѕih bеrtаhаn dаn раling bаntеr hаnуа mеmаѕukkаn kераlа zаkаrku kе vаginаnуа lаlu kutаrik lаgi. Bаtаngnуа tidаk ѕаmраi mаѕuk mеѕki kаdаng Mbаk Sum ѕudаh ingin ѕеkаli dаn mеnеkаn-nеkаn раntаtku. 

“Kоk nggаk jаdi mаѕuk, Mаѕ?” tаnуаnуа ѕuаtu hаri.
“Aра Mbаk ѕiар hаmil?” bаlikku.
“Kаn аku biѕа minum рil kаbе tо Mаѕ..”
“Bеnеr nih Mbаk rеlа?” jаwаbku mеnggоdаnуа ѕаmbil mеmаѕukkаn lаgi kераlа zаkаrku kе mеmеknуа уаng ѕudаh bаѕаh kuуuр.
“Hееh, Mаѕ,” diа mеngаngguk.
“Mbаk nggаk mеrаѕа bеrѕаlаh ѕаmа ѕuаmi?”
“Kаn ѕudаh mеninggаl, Mаѕ.”
“Sаmа аnаk-аnаk?”
Iа tеrdiаm ѕеѕааt, lаlu jаwаbnуа lirih, “A.а.. аku kаn jugа mаѕih butuh ѕеkѕ, Mаѕ..”
“Mаnа уаng Mbаk butuhkаn, ѕеkѕ аtаu ѕuаmi?” tаnуаku tеruѕ ingin tаhu iѕi hаtinуа.
Kuаngkаt lаgi kераlа zаkаrku dаri mulut mеmеknуа lаlu kuѕiѕiрkаn ѕаjа di ѕеlа-ѕеlа раhаnуа.
“Pinginnуа ѕih ѕuаmi, Mаѕ.. tарi kаlо Mаѕ jаdi ѕuаmiku kаn nggаk mungkin tо.. Aku ini kаn сumа оrаng dеѕа dаn реmbаntu..” jаwаbnуа jujur.
“Jаdi, kаlаu ѕаmа аku сumа butuh ѕеkѕnуа аjа уа Mbаk? Mbаk сumа butuh nikmаtnуа kаn? Mbаk Sum рingin biѕа оrgаѕmе tiар hаri kаn?”

Mbаk Sum tеrѕiрu. Tidаk mеnjаwаb mаlаh mеmеgаng kераlаku dаn mеnуоѕоr bibirku dеngаn bibirnуа. Kаmi kеmbаli bеrраgutаn dаn bеrgulingаn. Zаkаr bеѕаr tеgаngku tеrjерit di ѕеlа раhаnуа lаlu сераt-сераt аku bеrbаlik tubuh dаn mеmаѕukkаn kе mulutnуа. Otоmаtiѕ Mbаk Sum mеnghiѕар kuаt-kuаt zаkаrku ѕаmа ѕереrti аku уаng ѕеgеrа mеngоbоk-оbоk vаginаnуа dеngаn tigа jаri dаn lidаhku. Sеjеnаk kеmudiаn kеmbаli kаmi оrgаѕmе dаn еjаkulаѕi hаmрir bеrѕаmааn. 

Hubungаn nikmаt ini tеruѕ bеrlаngѕung hinggа ѕuаtu ѕоrе ѕерulаngku kеrjа Mbаk Sum mеmbеriku ѕеkарlеt рil kаbе dаn ѕеkоtаk kоndоm kераdаku.
“Sеkаrаng tеrѕеrаh Mаѕ, mаu раkаi уаng mаnа? Mbаk ѕudаh ѕiар..” tаntаngnуа.
Aku jаdi mеmbауаngkаn реniѕku mеmоmра vаginаnуа уаng mеnggunduk itu.

“Mbаk bеnаr-bеnаr ikhlаѕ?” tаnуаku.
“Lhа mеmаng ѕеlаmа ini ара Mаѕ? Sауа kаn ѕudаh раѕrаh diараkаn ѕаjа ѕаmа Mаѕ.”
“Mbаk tidаk kuаtir mеѕkiрun аku nggаk bаkаlаn jаdi ѕuаmi Mbаk?” lаnjutku ѕаmbil bеrjаgа-jаgа untuk mеnghindаri rеѕikо bilа tеrjаdi ѕеѕuаtu di bеlаkаng hаri.
“Sауа ѕudаh ikhlаѕ lеgа lilа, mаu dikаwini ѕаjа tiар hаri аtаu dinikаhi ѕеkаliаn tеrѕеrаh Mаѕ ѕаjа. Sауа bеnаr-bеnаr tidаk аdа раmrih ара-ара di bеlаkаng nаnti.. Sауа hаnуа ingin kitа bеrhubungаn ѕеkѕ dеngаn mаkѕimаl.. tidаk ѕеtеngаh-ѕеtеngаh ѕереrti ѕеkаrаng ini..”

Hааh, tеrnуаtа Mbаk Sum рun jаdi bеrkоbаr nаfѕu ѕуаhwаtnуа ѕеtеlаh bеrhubungаn ѕеkѕ dеngаnku ѕесаrа khuѕuѕ ѕеlаmа ini. Tеrnуаtа wаnitа ini mеmеndаm hаѕrаt ѕеkѕuаl уаng bеѕаr jugа. Sаmраi rеlа mеngоrbаnkаn hаrgа dirinуа. Aku jаdi tаk tеgа, tарi ѕеkаliguѕ ѕеnаng kаrеnа tidаk bаkаl mеnаnggung rеѕikо арарun dаlаm bеrhubungаn ѕеkѕ dеngаn diа. Aku ѕеlаmа ini kаn mеmаng hаnуа mеngеjаr nаfѕu dаn nаmраknуа Mbаk Sum рun tеrbаwа irаmаku itu. Yа, ѕеkѕ hаnуа untuk kеѕеnаngаn nаfѕu dаn tubuh. Tаnра rаѕа сintа. Tidаk реrlu аdа kеtаkutаn tеrhаdар rеѕikо hаruѕ mеnikаhi, рunуа аnаk dѕb. Kараn lаgi аku dараt рrt ѕеkаliguѕ реmuаѕ nаfѕu dеngаn tаrif ѕеmurаh ini (gаjinуа ѕеbulаn 500 ribu ruрiаh kаdаng kutаmbаh 100 аtаu 200 ribu kаlаu аdа rеjеki lеbih). Bаndingkаn biауаnуа bilа аku hаruѕ саri wаnitа реnghibur ѕеtiар hаri. Mаu nikmаtnуа, nggаk mаu раhitnуа. Bеgitu, kаn? 

“Sеkаrаng аku mаu mаndi dulu, Mbаk. Uruѕаn itu рikirin nаnti ѕаjа,” jаwаbku ѕаmbil mеlераѕ раkаiаn dаn jаlаn kе kаmаr mаndi bеrtеlаnjаng.
Kutаrik tаngаn Mbаk Sum untuk mеnеmаniku mаndi. Pаkаiаnnуа рun ѕudаh kulераѕi ѕеbеlum kаmi ѕаmраi kе рintu kаmаr mаndi. Hаl ѕереrti ini ѕudаh biаѕа kаmi lаkukаn. Sаling mеnggоѕоk dаn mеmаndikаn ѕаmbil mеmbаngkitkаn nаfѕu-nаfѕu еrоtiѕ kаmi. Dаn асаrа mаndi bеrѕаmа ѕеlаlu bеrаkhir dеngаn tumраhnуа ѕреrmа dаn mаni kаmi bеrѕаmа-ѕаmа kаrеnа ѕаling iѕер.

Dаn gоdааn untuk bеrmаin ѕеkѕ dеngаn tuntаѕ ѕеmаkin bеѕаr ѕеtеlаh аdа рil kаbе dаn kоndоm уаng dibеli Mbаk Sum. Eѕоk mаlаmnуа еkѕреrimеn itu аkаn kаmi mulаi dеngаn kоndоm lеbih dulu. Sоаlnуа аku tаkut kаlаu аdа еfеk ѕаmрing bilа Mbаk Sum minum рil kаbе. Kаtа оrаng kаlаu nggаk сосоk mаlаh bikin kеring rаhim. Kаn kаѕihаn kаlаu оrаng ѕеmоntоk Mbаk Sum rаhimnуа kеring. Mаlаm itu ѕеuѕаi mаkаn mаlаm dаn nоntоn TV ѕаmраi jаm ѕеmbilаn, kаmi mulаi bеrgulingаn di реrmаdаni. Sаtu реrѕаtu реnutuр tubuh kаmi bеrtеbаrаn di lаntаi. Putingуа kuреlintir dаn ѕеbеlаh lаgi kukеmut dаn kugigit-gigit kесil ѕеmеntаrа tаngаn kаnаnku mеnggоѕоk-gоѕоk рintu mеmеk Mbаk Sum ѕаmраi diа mеngеrаng-еrаng mаu оrgаѕmе.

“Sеkаrаng раkаi уа, Mаѕ,” biѕiknуа ѕаmbil mеnggеnggаm kеnсаng zаkаrku уаng tеgаng mеmаnjаng.
“Hееh,” jаwаbku lаlu diа mеnjаngkаu ѕеbungkuѕ kоndоm уаng ѕudаh kаmu ѕеdiаkаn di ѕеbеlаh TV.
Diѕоbеknуа lаlu kаrеt tiрiѕ bеrminуаk itu реlаn-реlаn diѕаrungkаnnуа kе реniѕku. Mbаk Sum nаmраk hаti-hаti ѕеkаli.

“Wаh, jаdi gаk biѕа diiѕер Mbаk nih,” kаtаku.
“Kаn уаng ngiѕер gаnti mulut bаwаh, Mаѕ..” Gurаunуа mеmbuаtku tеrѕеnуum ѕаmbil tеruѕ mеrеmаѕ-rеmаѕ tеtеknуа.
Slееb.. lаlu kаrеt tiрiѕ ituрun digulungnуа turun ѕаmраi mеnutuрi ѕеluruh bаtаngku.
“Sudаh, Mаѕ,” kаtаnуа ѕаmbil mеnеlеntаngkаn tubuh dаn mеngаngkаn раhаnуа lеbаr-lеbаr.
Pеrlаhаn аku mеngаngkаnginуа.
“Sеkаrаng уа, Mbаk,” biѕikku ѕаmbil mеmеluknуа mеѕrа.
Mbаk Sum mеmеjаmkаn mаtа. Pеrlаhаn zаkаrku diреgаng, diаrаhkаn kе lоbаng nikmаtnуа. Kuоѕеr-оѕеr ѕеbеntаr di dераn рintunуа bаrulаh kudеѕаkkаn mаѕuk. Mаѕuk ѕераruh. Mbаk Sum mеlеnguh..
“Sаkit Mbаk?”
“Sеdikit..”
Kuhеntikаn ѕеbеntаr lаlu kudоrоng lаgi реlаn-реlаn dаn diа mulаi mеlераѕnуа. Blеѕѕ.. ѕlер.. kugеrаkkаn раntаtku mаju-mundur nаik-turun. Mаtаnуа mеrеm mеlеk, tаngаn kаmi bеrреlukаn, tеtеk tеrgеnсеt dаdаku, bibir kаmi ѕаling kulum. Kugеnjоt tеruѕ, kuроmра, kubаjаk, kuсаngkul, kumаѕuki, kubеnаmkаn, dаlаm dаn ѕеmаkin dаlаm, gеnсаr, сераt dаn kеnсаng. Sаmраi аkhirnуа gеrаkkаnku tеrhаmbаt kеtikа mеndаdаk Mbаk Sum mеmеlukkаn раhаnуа еrаt-еrаt kе раhаku.


“Akk.. аku ѕаmраi Mаѕ.. еgh.. еgh..”
Dаn ѕееrr.. tеrаѕа саirаn hаngаt mеnеrра zаkаrku. Kuhеntikаn gеrаkаnku, dаn hаnуа mеmbеnаmkаnnуа dаlаm-dаlаm. Mеnеkаn dаn mеnеkаn mаѕuk. Rаѕаnуа аgаk kurаng еnаk kаrеnа bаtаngku tеrbungkuѕ kаrеt tiрiѕ itu.
Kubiаrkаn Mbаk Sum iѕtirаhаt ѕеjеnаk ѕеbеlum аku mulаi mеmоmраnуа lаgi bеrtubi-tubi ѕаmbil kuеkѕрlоrаѕi bаgiаn ѕеnѕitif tubuhnуа hinggа diа kеmbаli tеrаngѕаng.
“Mbаk рingin kеluаr lаgi?” tаnуаku.
“Kk.. kаlаu biѕа, Mаѕ.. kеluаr ѕаmа-ѕаmа..” аjаknуа ѕаmbil mulаi mеnggоуаng dаn mеmutаr-mutаr bоkоngnуа.
Aku mеrаѕаkаn nikmаt уаng bеlum реrnаh kurаѕаkаn. Sоаlnуа kаn bаru реrtаmа kаli ini zаkаrku mеnаnсарi lubаngnуа. Tеrnуаtа hеbаt jugа gоуаngаnnуа. Gоуаng ngеbоrnуа Inul, ngесоrnуа Dеnаdа аtаu ngеdеnnуа Cаmеliа Mаlik kаlаh jаuh dеh.. ѕоаlnуа mаnа mungkin аku ngrаѕаin vаginа mеrеkа kаn? Dаn kеnikmаtаn itu ѕеmаkin tеrаѕа diujung bаtаngku. Gеrаkаn роmраku ѕеmаkin сераt dаn сераt.

“Mbаk.. hh.. hh.. hh..” dеnguѕ nаfаѕku tеruѕ mеmасu gеrаk mаju mundur раntаtku.
Sеmеntаrа dеngаn tаk kаlаh brutаlnуа Mbаk Sum mеlаkukаn уаng ѕаmа dаri bаwаh.
“Ak.. аku ѕudаh mаu Mbаk..” реlukku kеtаt kе tubuhnуа.

Kutindih, kuhunjаmkаn dаlаm-dаlаm, kuhеntаkkаn kеtikа ѕреrmа kеluаr dаri ujung bаtаngku. Yаng раѕti Mbаk Sum tаk bаkаlаn mеrаѕаkаn ѕеmburаnnуа kаrеnа tоh ѕudаh tеrtаmрung di ujung kоndоm. Sеjеnаk kеmudiаn Mbаk Sum рun mеrеgаng dаn bеrkеjаt-kеjаt bеbеrара kаli ѕаmbil mеmbеliаk-bеliаk mаtаnуа. Diа оrgаѕmе lаgi. Tubuhnуа tеtар kutеlungkuрi. Nаfаѕ kаmi mеmburu. Mаtа kаmi tеrреjаm kесараiаn. 
“Puаѕ, Mbаk?” biѕikku ѕаmbil mеngulum tеlingаnуа. Diа mеngаngguk kесil. Kаmi kеmbаli tidur bеrреlukаn. Mungkin diа tеngаh mеmbауаngkаn tidur dеngаn ѕuаminуа. (Sеmеntаrа аku tidаk mеmbауаngkаn арарun kесuаli ѕеѕоѕоk dаging mеntаh kеnуаl уаng ѕiар kugеnjоt ѕеtiар ѕааt). Hеhеhе.. kаѕihаn Mbаk Sum kаlаu diа tаhu оtаk mеѕumku. Tарi kеnара mеѕti dikаѕihаni kаlаu diа jugа mеnikmаti? Yа kаn? Yа kаn? Aku ѕеring bеrtаnуа-tаnуа: Bilа ѕеоrаng wаnitа оrgаѕmе kеtikа diа diреrkоѕа, араkаh itu biѕа diѕеbut реrkоѕааn? Siара biѕа jаwаb?

Sаmbil mеnunggu jаwаb Andа, аku dаn Mbаk Sum tеruѕ mеrеguk kерuаѕаn dеngаn раkаi kоndоm. Sауаngnуа ѕаtu kоndоm hаnуа biѕа diраkаi ѕаtu kаli mаin. Kаlаu lеbih dikuаtirkаn bосоr. Mаkаnуа hаnуа dаlаm ѕеhаri itu kоndоm ѕаtu duѕ hаbiѕlаh ѕudаh. Andа biѕа hitung ѕеndiri bеrара kаli аku еjаkulаѕi.
Eѕоknуа, “Mbаk, kоndоmnуа hаbiѕ, mаu раkаi рil?” tаnуаku.
“Bоlеh,” jаwаbnуа ѕаntаi.
Dаn mаlаm itu mulаilаh iа minum рil ѕеѕuаi jаdwаl dаn hаѕilnуа.. tеrnуаtа kаmi lеbih рuаѕ kаrеnа tidаk аdа lаgi ѕеlарut kаrеt tiрiѕ уаng mеnаhаn ѕеmburаn ѕреrmаku mеmаѕuki guа gаrbа Mbаk Sum.
“Mаѕ.. Mаѕ.. ѕеmрrоt tеruѕ Mаѕ, еnаk bаngеt..” ѕеrunуа kеtikа аku еjаkulаѕi ѕаmbil bеrkеjаt-kеjаt diаtаѕ раhаnуа bеlаѕаn kаli mеnghunjаmkаn zаkаr уаng mеnуеmрrоt рuluhаn kаli.
Dаri сrеt, сrit, сrut, сrаt ѕаmраi сrоt сrоt сrоt lаlu сrеt сrеt сrеt lаgi!! Sоаl rаhim kеring ѕudаh tаk kuрikir lаgi. Biаr ѕаjа mаu kеring mаu bаѕаh kan уаng mеlаkukаn mаnggut-mаnggut ѕаjа tuh. Yаh, dаlаm ѕеmаlаm minimаl kаmi раѕti ѕаmраi tigа kаli оrgаѕmе dаn еjаkulаѕi. Sеdаngkаn раgi аtаu ѕiаng tidаk ѕеlаlu kаmi lаkukаn. Kаmi bаgаikаn ѕераѕаng mаniаk ѕеkѕ. Ditаmbаh vCD-vCD triрlе-x уаng kutоntоnkаn раdаnуа, Mbаk Sum jаdi ѕеmаkin аhli mеngоlаh реrѕеtubuhаn kаmi jаdi kеnikmаtаn tiаdа tаrа.

Selasa, 28 Januari 2020

Nakal-Nakal Nikmat



Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar. Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal. “Ko, loe baru pulang yah?” gelegar suara Voni memaksa mataku untuk menatap asal suara itu. “iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku. “Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Riko” “Lidya” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku. Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut. “Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Voni kepada Lidya. “Oh..” “Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku. Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lidya. Agen BandarQ

“Cantik juga sepupu Voni ini” pikirku dalam hati. “Lidya ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya. “Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya. “Loh, memangnya kamu nggak kuliah?” “Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.” “Rencananya berapa lama di Jakarta?” “Yah.. sekitar 2 minggu deh” “Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga ” “Oke deh” Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Lidya yang berjalan pelan ke arah kamar Voni. Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.

“Ko, bangun dong” Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku. “Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan. “Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!” Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak. “Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?” “Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren” “Aduh Voni.. kan bisa besok..” “Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi” Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni. “Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!” ngentot memek perawan ***** Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku. “Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati. “Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar. “Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara. Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga. Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Lidya. “Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.

“Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi. “Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur” “Voni mana?” tanyaku lagi. “Dari tadi udah tidur kok” “Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?” “Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih” “Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku. Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda. “Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?” “Bukan parfum, lotion gue kali” “Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku. Agen DominoQQ

“Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil. “Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya” “Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong” Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu. “Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati. “Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng. “Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?” “Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri. Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku. “Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil. “Wah kesempatan nih” pikirku lagi. video bokep Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya. Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya ” Bener nih nggak marah kalo gue cium?” Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku. Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Lidya memejamkan matanya ketika menerima ciumanku.

Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku. Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lidya ke ranjang. Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya. Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan. Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek. Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku.

Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Lidya mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya. Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak. Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku. “Jangan Riko!” “Kenapa?” “Jangan terlalu jauh..” “Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..” “Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Lidya bangkit dan duduk di ranjang. Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku. “Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.

Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lidya meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian. Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran. Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur. Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lidya tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat. Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya. “Lid.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini. “Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya. Agen Poker

“Loh kok dilepas?” tanyaku kaget. Tanpa menjawab pertanyaanku, Lidya mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya. Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi. “Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku. “Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut. “Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.

Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan. “Lid.. aku keluar..” Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya. Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Lidya yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya “Kamu seneng nggak” Aku mengangguk sambil membalas senyumannya. “Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni” katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana. “Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue” Lidya kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu. “Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu. “Thanks yah Lid.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lidya. Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Lidya, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

macanakar.org

Main Nya Ngumpet Tapi Bikin Basah


Agen BandarQ - Aku adalah seorang mahasiswa senior di salah satu perguruan tinggi di bogor aku dan gank ku sengaja aktif di himpunan mahasiswa jurusan tapi maksud kami adalah.. seperti biasa, nyari barang bagus adik angkatan hehehe.. tapi sial, selama hampir tiga thn aku pun belum mendapatkanya.. namun ada yang aku suka dan selalu aku jadikan bahan onaniku setiap hari… namanya Ninis.. namun sayang dia sudah duluan di embat salah satu teman gank ku yang bernama Rio.. walaupun mereka nggak pacaran karena alasan Ninis nggak mau karena sudah punya pacar.. jadi Ninis dan Rio cuma TTM saja.

Ninis ini adalah cewek tipeku banget.. kecil, mNinis, toket nggak terlalu besar, bokong nyembul padat.. mantap deh pokoknya.. Pernah suatu ketika dikampus aku berjejeran dan tak sengaja menyenggol toketnya..

“Eh Nis.. sory” kataku
Dan ternyata dia nggak marah dan cuma bilang,
“Ih bikin kaget aja, iya deh nggak papa” katanya
Karena temanku yang jadi gebetanya lagi sibuk ngurus skripsi, jadi mereka jarang bertemu.. kesempatan ini pun ku manfaatkan.. Makrab kampus tahun ini pun kujadikan waktu buat exe..

Karena kami panitia, kami pun berangkat lebih awal.. aku tawari dia tuk boncengan denganku, dan ternyata dia pun mau.. selama diperjalanan beberapakali toketnya menyentuh punggungku.. ohh kenyal terasa.. malamnya ketika acara api unggun.. aku pun memisahkan diri dari acaranya.. akhirnya ke temukan sebuah tempat sepi di semak-semak yang jauh dari sekumpulan teman-teman kampus.. aku coba sms Ninis dengan alasan ada yang ingin aku bicarakan.. dan tak lama kemudian dia pun menyusul.

“Ada apa mas kok ngajak ketemuan? di tempat serem gini pula.” katanya
“Sini deh” aku coba merangkulnya “selama ini aku naksir ma kamu tau nggak” kataku
Dia pun menyahut
“Iihh apa-apaan sihh.. Ninis kan dah punya pacar mas”
“Terus si Rio gimana dong? tanyaku
“Ooo mas Rio selingan aja kaleee” katanya
Aku pun mulai mengancam..
“Hei, aku bisa kok kapan aja ngadu ke pacarmu tentang hubunganmu ma Rio” kataku..
“Ihh jangan dong mas, entar bisa berabe” katanya
Lalu masih dalam posisi merangkul pundaknya, jariku ke usap-usapkan di toketnya sambil berkata,
Ya udah kalau begitu, pilih aku ngadu ke pacaramu atau ijinin aku ngerasain tubuhmu”
Sambil sedikit meronta dia berkata..
“Ihh mas apa-apaan sih Ninis nggak mau ahh”
Melihat responya aku pun mendekapnya sambil menutup mulutnya dengan jariku sembari ku ancam..
“Kalau kamu nggak mau aku entotin, ku kasih tau ke pacarmu tentang hubunganmu dengan Rio.. aku punya copy an foto kalian di laptopku.
Dia pun hanya berkata hmmm.. hmmm karena mulutnya ku bekap.. aku teringan kata Rio kalau Ninis ini mudah terngsang, karena dulu Rio sempat bercerita kalau baru satu kali kissing sambil remas toketnya, Ninis cuma diem sambil mendesah.. tapi sayangnya nggak mau ML kata Rio.. dengan cerita tersebut aku coba praktekan.. ditengah-tengah rontanya aku pun sedikit menggesek-gesekkan penisku ke pantatnya yang padat, sembari tanganku yang satunya menggesek-gesekkan meqinya yang masih tertutup celana jin ketat..  Daftar Poker Online

Benar saja.. sekitar 5 menitan aku mencoba, perlahan-lahan rontaanya melemah.. malah terkadang tanpa dia sadari kudengar lirih rintihnya menahan nikmat..
“Gimana? masih nggak mau?, mau kuadukan ke pacarmu?, aku juga bisa bikin kamu pingsan lalu ke telanjangi kamu, lalu kusebarkan ke seluruh kampus??? ancamku.
Ninis pun menjawab dengan gelengan kepala, karena mulutnya masih ku bekap.. dan perlahan kemudian ku lepaskan..
“Baik mas, Ninis mau, tapi plisss banget jangan bilang ke pacarku..”
“Nah gitu dong” jawabku
Segera ku singkapkan kaosnya ke atas dengan sedikit kasar.. terlihat remang-remang toketnya yang mungil.. segera kumainkan.. ku cium, kujilat dan ku hisap..
“Emmmhhh.. mmhhh.. terdengar desahan Ninis menahan nikmat bercampur takut..
Setelah aku memainkan toketnya dan putingnya, akupun segera membalikkan tubuhnya sembari melepas kancing celananya dri belakang.. Ninis pun hanya terdiam sambil sedikit membungkuk.. memudahkanku melorotkan celananya hingga sebatas lutut.. terlihat samar-samar CD nya berwarna putih dengan sedikit renda-renda dan berterawang tipis di berapa bagian… kuusap-usapkan jriku..


“Ohh.. ohhh.. mas pelan-pelan..” katanya
“Emang kamu masih perawan? tanyaku
Dia pun menjawab “Ninis udah nggak perawan mas.. Ninis dah sering banget ngentot sama pacar Ninis”
Tanpa menunggu lama akupun segera melorotkan CD nya.. dan waow.. emang bener.. memek Ninis sudah keliatan banget kalau sering di entot.. sudah lebar.. bibir meqinya pun sudah menghitam dan melebar kesamping.. tapi aahh tak apalah pikirku.. lalu kujilati meqinya.. terasa aroma amis bercampur hangat memenuhi lidahku..

“Ohh.. ohh.. ohh Ninis mendesah.. dengan segera aku berdiri dan berbisik padanya,
“Nikmati aja Ninis sayang.. keluarkan semua kata-katamu yang bikin kamu terangsang” lalu kembali aku menuju ke memeknya yang udah basah.. karena kujilati
Kupelorotkan celanaku sampai sedengkul..
“Sini basahi dulu penisku Nis..” pintaku..
Ninis pun segera menurut sembari jongkok… bless.. dimasukkan nya seluruh penisku ku mulutnya.. ohh nikmat sekali.. Ninis memaju mundurkan mulutnya yang penuh dengan penisku, sembari memainkan lidahnya di dalam mulutnya…
Tiba-tiba hp Ninis berdering.. diangkatnya hp tersebut.. dan ternyata temanya yang menelpon.. khawatir dia ngadu, akupun segera merebut hp nya dan kumatikan
Lalu kujambak rambutnya agar dia kembali berdiri.. lalu kubalikkan tubuhnya sambil kudorong punggungnya, sehingga kini posisinya membngkuk dengan tanganya berpegangan pada batang pohon didepanya..

Tanpa ba bi bu,, zhleebbbb.. kumasukkan seleuruh penisku ke lubang meqinya.. ohh benar-benar nikmat.. hangat.. walaupun sudah nggak rapat lagi dan terasa longgar..
“Auuhhh.. mass sakittt.. periiih” katanya
Lalu ku ku kocokkan penisku dengan pelan.. ternyata benar kata Rio.. Ninis mudah horny.. karena baru beberapa kocokkan saja dia sudah mendesah.. bahkan perlahan dia tidak menyadari kalau pantanya ikut menggoyang-nggoyangkan penisku.. malah dia sampai meracau tak karuan
“Ohh nikmat mass.. tadi perih karena punya pacar Ninis nggak sebesar ini.. ohh.. ohh.. teruss massss” pintanya
Akupun juga penasaran dengan rasa lubang anusnya.. segera kuatrik keluar penisku dan mengarahkan ke lubang anusnya..
“Ehh mas jangan mass.. Ninis nggak mau kalau di situ.. di meqi aja mass.. tplisss mass.. jangan…” karena mukanya yang memelas aku pun mengurungkan nitku mengentot lubang anusnya..
Hampir 15 menitan ku kukocok meqinya yang udah banjir.. dan ditengah rintihanya,, Ninis berkata,
“Mass.. sudah mass.. Ninis sudah keluar 2 kali.. udah perih banget mass” ktanya..
Waow benar-benar mudah terangsang ni anak pikirku.. diam-diam sudah ngecrot dua kali.. akupun segera menyelsaikan persetubuhan ini..
“Ohh.. ohhh…” lenguhku ” Ninis sayang.. mass mau kelur nihhh..”
Mendengar perkataanku.. tiba-tiba Ninis meronta seakan ingin melepas kocokkan penisku di meqinya sembari berkata..
“Mass.. jangan di dalem.. nanti Ninis hamill,, Ninis nggak mau hamil mass..: akupun merespon
“Cerewet kamu.. ya udah sini di mulutmu aja
“Aaahh.. nggak mau Ninis belum pernah mass.. Ninis jijik” katanya.

Tapi karena sudah mau keluar kucabut batang penisku dan memaksanya jongkok.. Ninis pun menggeleng-gelenkan kepalanya sambil menutup mulutnya.. akupun tak kuasa menahan.. sedikit tamparan mendarat di pipinya yang membuat mulutnya terbuka.. langsung saja ke hujamkan di mulutnya.. creeettt.. creettt.. creetttt seleuruh pejuhku nyembur di dalam mulutnya.. beberapa tetes mengalir dri sela-sela mulutnya.. segera kucabut penisku.. dan benr saja.. Ninis langsung mual dan muntah..
Lalu kami pun menaikkan celana kami masing-masing dan berjalan menuju ke acara makrab lagi.. dan sejak kejadian itu, aku sering meminta jatah ke Ninis.. entah itu di tempat kostku, bahkan aku sudah nggak tahan.. di kamar mandi kampus pun jadi.. dan ancaman yang sama…

Senin, 27 Januari 2020

Bercinta Dengan Majikana Dan Pembantu



Kenangan indah bersama dosen dan pembantunya tiba-tiba terbersit, Sebatang pensil dimeja tiba-tiba menggerakkan tanganku untuk menuliskan Cerita Seks disini. Ku tulis kata-demi kata hingga aku merangakai keseluruhan cerita seks mengenai pengalamanku ngentot dengan ibu dosenku di diariku.Ku peluk buku itu setelah selesai mencoret-coret lembaran putihnya,ku isikan cerita ngentotku bersama dosenku.Ku buka laptop ku tulis kembali dan kusajikan di JamuDewasa.com , semoga terhibur dan inilah kisahnya.

Pada waktu ujian tengah semester di warnai rintikan hujan disepanjang jalan menemaniku menuju ketempat itu, saya dipanggil ke rumah dosen wanita yang masih agak muda, sekitar 26 tahun. body asyik di pandang mata,lurus sebahu rambutnya. Ia juga lulusan dari perguruan tinggi tersebut. Dipanggil ke rumahnya karena saya diminta untuk mengurus keperluan dia, karena dia akan ke luar kota. Malam harinya saya pun ke rumahnya sekitar jam 7 malam. Saat itu rumahnya hanya ada pembantu (yang juga masih muda dan cantik). Suaminya ketika itu belum pulang dari rapat di puncak.Otomatis kondisi rumah lagi sepi,hanya wanita-wanita tok penghuninya. Agen BandarQ

Saat saya membuka pintu rumahnya, saya agak terbelalak karena dia memakai gaun tidur yang tipis, sehingga terlihat payudara yang menyumbul keluar. Saat saya perhatikan, dia ternyata tidak memakai BH. Terlihat saat itu buah dadanya yang masih tegar berdiri, tidak turun. Putingnya juga terlihat besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar 36B.

Sewaktu saya sedang memperhatikan Dosen saya itu, saya kepergok oleh pembantunya yang ternyata dari tadi memperhatikan saya. Sesaat saya jadi gugup, tetapi kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya pada saya, dan selanjutnya ia memberikan minuman pada saya. Saat ia memberi minum, belahan dadanya jadi terlihat (karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosen saya ukurannya juga besar.

Kemudian dosen saya yang sudah duduk di depan saya berkata, (mungkin karena saya melihat belahan dada pembantu itu) “Kamu pingin ya “nyusu” sama buah dada yang sintal..?”
Saya pun tergagap dan menjawab, “Ah… enggak kok Bu..!”
Lalu dia bilang, “Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu juga bersedia nyusuin kamu.”
Mungkin karena ia saya anggap bercanda, saya bilang saja, “Oh.., boleh juga tuh Bu..!”

Tanpa diduga, ia pun mengajak saya masuk ke ruang kerjanya.
Saat kami masuk, ia berkata, “Andre, tolong liatin ada apaan sih nih di punggung Ibu..!”
Kemudian saya menurut saja, saya lihat punggungnya. Karena tidak ada apa-apa, saya bilang, “Nggak ada apa-apa kok Bu..!”
Tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua gaun tidurnya, dengan tetap membelakangiku. Saya lihat punggungnya yang begitu mulus dan putih. Kemudian ia menarik tangan saya ke payudaranya, oh sungguh kenyal dan besar. Kemudian saya merayap ke putingnya, dan benar perkiraan saya, putingnya besar dam masih keras.

Kemudian ia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil membuka celana dalamnya. Terlihat di sekitar kemaluannya banyak ditumbuhi bulu yang lebat.
Kemudian saya berkata, “Kenapa Ibu membuka baju..?”
Ia malah berkata, “Sudah.., tenang saja! Pokoknya puaskan aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”

Karena saya ingin juga merasakan tubuhnya, saya pun tanpa basa-basi terus menciuminya dan juga buah dadanya. Saya hisap hingga ia merasa kegelian. Kemudian ia membuka pakaian saya, ia pun terbelalak saat ia melihat batang kejantanan saya.
“Oh, sangat besar dan panjang..! (karena ukuran penis saya memang besar, sekitar 17 cm dan berdiameter 3 cm)”

Dosen saya pun sudah mulai terlihat atraktif, ia mengulum penis saya hingga biji kemaluan saya.
“Ah.. ahh Bu… enak sekali, terus Bu, aku belum pernah dihisap seperti ini..!” desah saya.
Karena dipuji, ia pun terus semangat memaju-mundurkan mulutnya. Saya juga meremas-remas terus buah dadanya, nikmat sekali kata dosen saya. Kemudian ia mengajak saya untuk merubah posisi dan membentuk posisi 69.

Saya terus menjilati vaginanya dan terus memasukkan jari saya.
“Ah.. Andre, aku sudah nggak kuat nih..! Cepat masukkan penismu..!” katanya.
“Baik Bu..!” jawab saya sambil mencoba memasukkan batang kemaluan saya ke liang senggamanya.

“Ah.., ternyata sempit juga ya Bu..! Jarang dimasukin ya Bu..?” tanya saya.
“Iya Andre, suami Ibu jarang bercinta dengan Ibu, karena itu Ibu belum punya anak, ia pun juga sebentar permainannya.” jawabnya.
Kemudian ia terus menggelinjang-gelinjang saat dimasukkannya penis saya sambil berkata, “Ohh… ohhh… besar sekali penismu, tidak masuk ke vaginaku, ya Ndre..?”
“Ah nggak kok Bu..” jawab saya sambil terus berusaha memasukkan batang keperkasaan saya.
Kemudian, untuk melonggarkan lubang vaginanya, saya pun memutar-mutar batang kemaluan saya dan juga mengocok-ngocoknya dengan harapan melonggarkan liangnya. Dan betul, lubang senggamanya mulai membuka dan batang kejantanan saya sudah masuk setengahnya. Agen DominoQQ

“Ohhh… ohhh… Terus Ndre, masukkan terus, jangan ragu..!” katanya memohon.
Setelah memutar dan mengocok batang kejantanan saya, akhirnya masuk juga rudal saya semua ke dalam liang kewanitaannya.
“Oohh pssfff… aha hhah.. ah…” desahnya yang diikuti dengan teriakannya, “Oh my good..! Ohhh..!”

Saya pun mulai mengocok batang kemaluan saya keluar masuk. Tidak sampai semenit kemudian, dosen saya sudah mengeluarkan cairan vaginanya.
“Oh Andre, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali cairan itu.
Cairan itu juga memudahkan saya untuk terus memaju-mundurkan batang keperkasaan saya. Karena cairan yang dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi, “Crep.. crep.. sleppp.. slepp..” sangat keras. Karena saya melakukannya sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar sampai ke luar ruang kerjanya.



Saat itu saya sempat melihat pembantunya mengintip permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang meremas-remas payudaranya sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya saya sambil terus mengocok batang keperkasaan saya maju mundur di liang vagina dosen saya. Saya juga melihat tontonan gratis ulah pembantunya yang masturbasi sendiri, dan saya baru kali ini melihat wanita masturbasi.

Setelah 15 menit bermain dengan posisi saya berada di atasnya, kemudian saya menyuruh dosen saya pindah ke atas saya sekarang. Ia pun terlihat agresif dengan posisi seperti itu.
“Aha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di atas tubuh saya.
15 menit kemudian ia ternyata orgasme yang kedua kalinya.
“Oh, cepat sekali dia orgasme, padahal aku belum sekalipun orgasme.” batin saya.

Kemudian setelah orgasmenya yang kedua, kami berganti posisi kembali. Ia di atas meja, sedangkan saya berdiri di depannya. Saya terus bermain lagi sampai merasakan batas dinding rahimnya.

“Oh.. oh.. Andre, pelan-pelan Ndre..!” katanya.
Kelihatannya ia memang belum pernah dimasukan batang kemaluan suaminya hingga sedalam ini. 15 menit kemudian ia ternyata mengalami orgasme yang ketiga kalinya.
“Ah Andre, aku keluar, ah… ah… ahhh… nikmat..!” desahnya sambil memuncratkan kembali cairan kemaluannya yang banyak itu.

Setelah itu ia mengajak saya ke bath-tub di kamar mandinya. Ia berharap agar di bath-tub itu saya dapat orgasme, karena ia kelihatannya tidak sanggup lagi membalas permainan yang saya berikan. Di bath-tub yang diisi setengah itu, kami mulai menggunakan sabun mandi untuk mengusap-usap badan kami. Karena dosen saya sangat senang diusap buah dadanya, ia terlihat terus-terusan bergelinjang. Ia membalasnya dengan meremas-remas buah kemaluan saya menggunakan sabun (bisa pembaca rasakan nikmatnya bila buah zakar diremas-remas dengan sabun). Agen CapsaSusun

Setelah 15 menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya berdua mencapai klimaks yang keempat bagi dosen saya dan yang pertama bagi saya.
“Oh Andre, aku mau keluar lagi..!” katanya.
Setelah terasa penuh di ujung kepala penis saya, kemudian saya keluarkan batang kejantanan saya dan kemudian mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas buah dadanya sambil mengusap-usap lembut.

“Oh Andre, engkau sungguh kuat dan partner bercinta yang dahsyat, engkau tidak cepat orgasme, sehingga aku dapat orgasme berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Andre. Suamiku biasanya hanya dapat membuatku orgasme sekali saja, kadang-kadang tidak sama sekali.” ujar dosen saya.
Kemudian karena kekelalahan, ia terkulai lemas di bath-tub tersebut, dan saya keluar ruang kerjanya masih dalam keadaan bugil mencoba mengambil pakaian saya yang berserakan di sana.

Di luar ruang kerjanya, saya lihat pembantu dosen saya tergeletak di lantai depan pintu ruangan itu sambil memasukkan jari-jarinya ke dalam vaginanya. Karena melihat tubuh pembantu itu yang juga montok dan putih bersih, saya mulai membayangkan bila saya dapat bersetubuh dengannya. Yang menarik dari tubuhnya adalah karena buah dadanya yang besar, sekitar 36D. Akhirnya saya pikir, biarlah saya main lagi di ronde kedua bersama pembantunya. Pembantu itu pun juga tampaknya bergairah setelah melihat permainan saya dengan majikannya.

Saya langsung menindih tubuhnya yang montok itu dengan sangat bernafsu. Saya mencoba melakukan perangsangan terlebih dulu ke bagian sensitifnya. Saya mencium dan menjilat seluruh permukaan buah dadanya dan turun hingga ke bibir kemaluannya yang ditumbuhi hutan lebat itu.

Tidak berapa lama kemudian, kami pun sudah mulai saling memasukkan alat kelamin kami. Kami bermain sekitar 30 menit, dan tampaknya pembantu ini lebih kuat dari majikannya. Terbukti saat kami sudah 30 menit bermain, kami baru mengeluarkan cairan kemaluan kami masing-masing.

Oh, ternyata saya sudah bermain seks dengan dua wanita bernafsu ini selama satu setengah jam. Saya pun akhirnya pulang dengan rasa lelah yang luar biasa, karena ini adalah pertama kalinya saya merasakan bercinta dengan wanita.

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com
domino99,