Kamis, 13 Februari 2020

Gelora Sexs yang Lama Redup


Agen BandarQ - Tara adalah seorang Ibu rumah tangga, yang cukup santun, cantik dan pandai, dia seorang karyawati menengah yang sukses adapun suaminya Nico sangat religius dan agak kaku; malah dapat digolongkan sangat tradisionil jalan berpikirnya.

Kehidupan Tara menjadi berubah dengan segala prubahan zaman serta kariernya, dimana dia bekerja disebuah hotel yang bintang lima di suatu property di kota besar dibagian dunia ini.
Dengan penampilan Tara yang manis, ramah, pandai juga sexy, Tara menjabat sebagai ‘Event Coordinator Manager’, adalah suatu bagian yang memang cukup sibuk, di dunia ‘Hospitality Industry’ dan sering dia harus bekerja sampai larut malam.
Didalam kehidupan social diHotel ada sebuah motto yang tak tertulis bahwa semua orang seharusnya bantu membantu, apa bila orang pernah tidak membantu satu bagian lain, otomatis suatu ketika dia akan kena batunya sendiri karena tidak akan diperlakukan baik bila dia mendapat kesukaran dikemudian hari.
Motto ini dipegang teguh oleh Tara, sejak kepindahaannya dari lain perusahaan, yang benar-benar berbeda nafas dan warna usahanya; namun dengan cepat Tara bisa mengikuti jalur permainannya.

Namun tak mengherankan juga, cara kehidupan yang begitu erat di property Hotel itu akhirnya mereka juga saling menjalin kasih diantara mereka, entah itu orang dari Front house dengan Back house, manager dengan waitress nya, ataupun chef dengan front office officernya; walaupun, ada tertulis bahwa mereka tidak boleh saling melecehkan pegawai, dalam arti pelecehan apapun termasuk sexuality.

Banyak pegawai menyebutkan bahwa Tara adalah seorang yang sexy, menawan dan ramah, dengan kulit ‘fair’ rambut panjang serta ‘grooming’ selalu terjaga, tidak terlalu menyolok dalam berdandan, juga ringan tangan. Mungkin hal ini karena dia dari Indonesia, yang terkenal dengan ramah tamah dan berbudi bahasa halus.
Suatu saat pegawai Hotel dihebohkan dengan kejadian adanya pemerkosaan dan pembunuhan sebelah kanan gedung property Hotel, dilakukan oleh orang lokal yang memang tampang dan cara kehidupannya agak menyeramkan bagi yang menemuinya, namun jumlah mereka tidak banyak, dan makin memudar.
Dengan peristiwa itu, banyak wanita pekerja Hotel itu harus di’escort’ sampai ketempat parkir atau pun tempat pemberhentian bis dimana dia harus mengambil jalur bis menuju ke rumahnya masing2 di malam hari, oleh siapa saja yang bertugas malam itu, bagian front office yang laki-laki, terutama Security.
Tak berbeda dengan Tara, diapun mendapat perlakuan yang sama karena sering kali dia harus selesai jam 22:00 atau 22:30. dimana kadang dia hanya naik bis saya menuju ke suburb dimana dia tinggal.

Disuatu malam, karena Hotel memang sedang sibuk sekali Tara harus pulang malam, Tara menelephone pada suaminya yang sudah dirumah.
“Nic, kerjaan aku belum selesai tuh, mungkin aku sampai agak malam karena harus keluarin leaflets dan brochures ini besok pagi?”
“Biar deh aku naik bus aja ntar kamu jemput di halte bis aja ya?”
“Uchh aku juga lagi nyiapin presentasi buat besok nih Tar, udah deh bila aku udah ngantuk ya sampai ketemu ditempat tidur aja ya”, jawab Nico.
“OK deh soalnya aku belum tahu sampai jam berapa aku selesai, I love you”
“OK I love you too, anak-anak udah pada belajar kok mereka udah mo pada bobo, udah ya muuacch!” kata Nico.
“Ya udah sampai nanti, Mmmuuachh”, sambut Tara dengan agak rasa kesal.

Tara meletakkan telephonenya dan mulai bekerja kembali menyelesaikan pekerjaannya yang menuntut penyelesaian malam itu.
Jam 20:00 dia turun keKantin untuk makan malam, banyak pria yang menayakan akan keberadaannya dan menawarkan untuk panggil aja bila butuh escort. Tarapun menjawab dengan ramah dan santai, sambil memikirkan akan makan apa yang ada dikantin, karena kadang membuat dia bosan juga makanan ala Hotel yang itu-itu juga, terasa kurang rasa, tidak seperti di rumah makan Indonesia atau di warung makan biasa. Akhirnya dia cuma makan cumi yang digoreng pakai tepung dengan sayur mayur dan sedikit nasi goreng yang memang tinggal sedikit.
Tara tak menghiraukan lingkungannya selama makan, karena ingin cepat kembali kepekerjaannya dan pulang tak terlalu malam, rupanya ada seorang yang memperhatikan tingkah lakunya yang agak serius setengah resah.
“Banyak kerja Tara?”
Tarapun menoleh karena kaget rasanya sangat familiar dengan suara itu.
“Oh ya, kok kamu Harry, kok makan sini sih, bukannya kamu harusnya udah pulang tadi 2 jam yang lalu.”
“Ya sama aku juga terjerat kerja nih besok ada Press Release”, kata “Deputy Executive Managing Director” ini menerangkan.
Selesai kerja, Tara pergi kebawah menuju keFront Office untuk minta “escort”, kemudian seorang ditugaskan untuk mengantarnya sampai kehalte bis menunggu sampai dia naik bis.
Namun tiba-tiba Harry menyahut dari belakang, “Biar saya saja yang mengantar Tara”
Maka Tarapun jadi tidak enak hati dan menjawab, “Gak usah deh Harry biar Peter aja yang menantarku, keluargamu menunggumu”
“Ya OK deh Peter, antar Tara kepemberhentian bis, jangan kamu pulang bila dia belum naik bis ya”, godanya.
Sampai dirumah, Nico telah mengorok diperaduannya, melihat anak- anaknya udah lelap, kelihatan sangat suci sekali wajahnya dalam tidur nyenaknya. Cepat Tarapun membersihkan diri dan masuk ke quilt menyusul Nico tidur di malam spring yang agak sejuk itu. Mendekap Nico dari belakang, berusaha melupakan kekesalannya terhadap Nico yang selalu agak masa bodoh.
Segera terjatuhlah Tara tertidur, namun belum pulas sekali; Nico merasa bahwa istrinya telah berada disampingnya, segera dia membalik dan melucuti pakaian Tara, juga dirinya sendiri. Segera dia memasukkan kemaluannya kedalam vagina Tara.
Walaupun Tara agak capek dari kerja masih terpejam matanya, dia tak dapat mengelak perilaku suaminya yang memang tanpa permisi dan basa basi bila ingin menyalurkan syahwatnya, pun pula tanpa “warming up” dan cumbuan; Nico langsung menancapkan kemaluannya dan memompanya sepuasnya, bagaikan sebuah mesin sex yang lagi di”switch on”, semua getaran badan Nico terasa dibadan Tara.

Belum juga Tara merasa mencapai pendakian birahinya, Nico telah sangat memburu nafsunya dan deru nafasnya tak terelakkan, kemudian keluarlah air many Nico dalam rahim Tara , creet, cret, cret. Tarapun menjadi kaget, karena dia masih belum separoh jalan menuju ke puncak pendakiannya dan masih harus berkonsentrasi akan rasa gesekan penis Nico dalam relung kenikmatannya, namun Nico telah KO, dan lunglai di dadanya.
Betapa jengkel dan kecewa hati Tara, akan perlakuan suaminya yang selalu tak pernah memberikan kesempatan untuk berexpresi dan mendapatkan kenikmatan bila mereka membuat cinta. Namun Tara harus menerimanya dengan diam, karena telah beribu kali dia utarakan untuk berbicara mengenai hal yang satu ini, namun Nico, menjawabnya dengan masa bodoh seolah, memang itu tanggung jawab wanita, sebagai pelampyas nafsu suami titik.
Esoknya, Tara kembali bekerja dengan tekunnya, memang kebetulan kamar kerja Tara berada agak pojok dan ngak banyak orang lalu lalang karena memang kegiatannya yang membutuhkan ketenangan, dalam menghadapi para langganannya. Tiba-tiba pintu terbuka tanpa ketukan, ternyata, Harry yang masuk, kontan kaget Tara akan kehadirannya, karena biasanya bila orang masuk tentu mengetuk pintu terlebih dahulu. Matanya agak sayu dan langsung menutup pintu kamar dan berkata,
“Tara, kau tentu tahu bahwa aku menyukaimu, bukan saja pinggul dan dadamu yang indah, namun perilakumu meruntuhkan imanku.”
“Kudambakan kelembutan wanita seperti kau, dan aku tahu, kau akan mengimbangi deru cinta dan nafsuku Tara”, berkata begitu sambil menatap mata Tara yang masih agak terperanjat namun juga sebagai kejutan, karenanya darahnya berdesir kencang sewaktu tangan Harry menggapai tanggannya, dan meremasnya halus.
Ditariknya tangan Tara lembut dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menggapai leher Tara dan menariknya mendekat di mukanya, dalam sekejap bibir Harrypun telah menempel dibibir Tara dengan hangatnya. Terasa, hangat dan bergetar bibir Tara menerima kenyataan indah ini, sesaat Harry mendorong lidahnya dan memainkannya dirongga mulutnya dengan aktif, sambil sesekali menekan dan menghisap liurnya.
Jantung Tara berdegup kencang, dan darah berdesir, keringat mulai membasah, menerima kenikmatan. Hangatnya dekapan yang tak disangka-sangka, membuat tubuhnya bergetar dan menggeridik bulu kuduknya, dalam berpangutan hangat ini. Akan tetapi, dirasakannya ada suatu halangan kenikmatan mereka, karena mereka berciuman terpisahkan antara meja tulis selebar 90 sentimeter. Maka bergesarlah Harry kearah balik meja dimana Tara berdiri, dan langsung mendekatkan dirinya pada Tara dan mendekapkan tangannya dipunggung Tara, kemudian merambatkan tangannya memegang leher dibalik rambut Tara yang panjang sebahu. Diraba dan dielusnya leher Tara dengan lembut, sambil bibirnya terus memangut bibir Tara yang hangat.

Hampir lupa Tara bila dia dalam keadaan dinas; terhenyaklah mereka ketika telephone berdering, serta merta Tara mendorong pelan Harry, mengangkat telp dan menjawabnya setelah sesaat dikuasainya diri dan emosinya sendiri.
“Event coordinator office, Tara speaking”
Ternyata yang telepon dari graphic designer bicara mengenai design yang telah Tara setujui akan langsung di cetak, dan Tara menyetujuinya.
Setelah selesai pembicaraan dengan graphic designer, Harrypun terus memegang tangan Tara lagi, dan mengatakan,
“Tara, jangan lari dariku lagi please, aku mencintaimu”
“Akan kuatur kebahagian kita bersama, will you accept this please”
Tara tak kuasa menjawab, hanya anggukan kepala dengan mata tak berkedip memandang Harry, seolah cahaya kuat yang mempunyai daya tarik yang besar menyedot dirinya hampir dia tak akan bisa melepasnya. Maka Harry pun menegaskan sekali lagi.
“Tara, aku ngak puas dengan anggukanmu, katakan bahwa kau juga merasakannya!”
Akhirnya Tarapun berkata, “Ya Harry, akupun merasakannya dan akan kucoba memenuhi tuntutan jiwaku”
“Kuharap kau sabar Harry, atas kebingunganku ini, namun tak kupungkiri aku mencintaimu juga”
Harry segera menggapai tangan Tara sekali lagi dan mengelusnya sambil mengecup bibir, kemudian meninggalkan ruangan untuk mengadakan “Press Release”.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12:15 siang dan terasa Tara butuh mengisi perutnya yang sudah mulai merengek minta dipenuhi, dan diapun meninggalkan ruangan menuju ke kantin. Tara tak banyak bercanda dengan sejawatnya, hanya sekedar basa basi dan ketawa menyegarkan suasana. Sekembali Tara keruang kerjanya, didapatinya surat tertutup yang ternyata dari Harry.
“Tara, temui aku jam 8 malam di paviliunku room 1431, thank you for your acceptance.”
Terasa berdesir darah menjadi cepat mengalir, terhentaklah jantungnya bagaikan halilintar menjambar dirinya, tak kuasa menahan deru detak jantung yang semakin mengencang, bingung rasanya apa yang akan diperbuat nanti malam, dalih apa yang akan disusunnya untuk memberitahu Nico suaminya. Segera Tara memutuskan menelphone Marrisa ‘Executive Secretary’ di’executive Offce’, memberitahukan bahwa dia ada appointment dokter siang itu dan akan kembali ke Hotel jam 4 sore untuk meneruskan kerjaannya, yang menurut agendanya dia akan selesai dimalam hari. Marrisa menjawab bahwa dia akan mencatat semua pesan-pesan yang masuk dari telephone untuknya.
Kepergian Tara sebetulnya hanya akan menjenguk Nico dikantornya dan sambil minum kopi bersamanya sejenak, kemudian dia pulang bersama Nico untuk bertemu dengan anak-anak, hampir satu setengah jam Tara bermain dengan anak-anaknya, Tara kembali keHotel lagi dan bekerja kembali. Sore jam 6 dia minta “room service” untuk mengirim secangkir kopi kekantornya dan sedikit kue supaya Tara dapat menghemat jam kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya hari itu.
Tepat jam 19:50 malam Tara berajak dan menutup pintu menuju ke atas lantai 14 no 31, dimana Harry sudah menunggu nya.
Setelah dia memencet tombol bel Harrypun membuka pintu, seraya mepersilahkan Tara masuk ke dalam Paviliunnya.
Kaget bukan kepalang ketika berhadapan dengan Harry, karena Harry hanya mengenakan jas kamar dan menalikan sabuknya tidak kencang, jadi sebagian paha atasnya yang berbulu kelihatan. Segera Harrypun menyadari keadaan dan merangkul, membimbing Tara kedalam sambil membetulkan jas kamarnya.
Segera, berkatalah Harry, “Tara kamu lelah, releks aja ya bersamaku disini, jangan kau hiraukan penampilanku, saat ini, telah kusiapkan dinner untuk kita berdua, maukah kau menemaniku malam ini?”
Tara menjawab, “Saya yakin ini bukan sebuah order dari atasanku, namun aku datang untuk memenuhi komitmenku kepadamu, ya kita akan bersama beberapa saat malam ini.”
Serta merta Harry menggapai dagu Tara dan segera menempelkan bibir hangatnya kepada Tara dengan penuh kasih dan emosinya.
Tara pun tak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Hari dan menyedotnya dengan keras air liur Harry, dililitkannya lidahnya menyambut lidah Harry dengan penuh rasa getaran birahi, serasa dia bisa menghilangkan sekejap semua kekecewaan bathinnya akan sikap Nico suaminya.
Setelah puas meraka bertautan merekapun berajak untuk makan malam. Selama makan malam, mereka bukan hanya menceritakan pengalaman indah dalam perkawinannya, namun juga kekecewaan dan himpitan dalam rumah tangga mereka masing-masing. Sesekali tangan mereka saling mengelus dan meremas; tak terasakan lilin telah hampir tinggal separoh batang, habis terbakar oleh bara yang romantis dan syahdu. Hampir jam 21:00 mereka selesai makan, Harrypun kemudian masuk dan mengambil jas tidur wanita yang biasa disediakan untuk tamu VIP, bahan dari silky warna kuning lembut pastel dan katanya,
“Tara, ganti ini yuk, nanti pakaian kerja kamu kusut loh”
“Boleh nggak kubukakan pakaianmu, sayang”
“Boleh Harry, tentu sekalian kau akan menyayangiku kan?”
“Ya Tara, gimana kalau kita pindah di kamar tidur saja”, seraya digendongnya Tara dari ruang makan ke kamar tidur dan direbahkannya tubuh molek itu di kasur.
Segera, Harrypun membalik badannya dan menuju ke Audionya memasang satu set lagu-lagu klasik, “Serenade”, Hofstetter ciptaan Haydn, “Waltz of the Flowers” dari Peter Tchaikovsky dan” The four Season: “Spring” dari Vivaldi, dimana lagu-lagunya lembut namun ceria penuh gairah; sangat cocok untuk musim spring, dimana saatnya setiap insan sedang enak-enaknya membuat cinta, karena dunia pernuh warna dan hangatnya pas, nyaman sekali untuk semua insan didunia.
Kembali Harry membalikkan badannya ke Tempat tidur, ternyata Tara telah ganti pakaian dengan jas tidurnya dengan tidak ditalikan sabuknya, terlihatlah bra yang transparan dengan “push up bra style”warna pastel, memberikan kesan seakan payudara Tara hampir tumpah meluap keluar lebih dari sepertiganya. Tangan kiri Tara mengelus-elus payudara yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sedangkan tangan kanannya membelai “pussy”nya yang menyembul mendesak CDnya, karena Tara memang mengenakan celana “mini high cut style”.  Daftar Poker Online


Melihat pemandangan yang mempersona itu, segera Harrypun menghampiri Tara dengan deburan darah dan nafsunya, langsung menyambar bibir Tara yang lembut dan hangat, dilumatnya bibirnya dan didorongnya lidahnya untuk mencari lawannya didalam rongga mulut yang tak begitu besar itu. Dan didalam sana ternyata sambutan hangat, agak liar telah siap menari bersamanya didalam dan bertautlah keduanya dengan penuh nafsu birahi.
Getaran jantung serta desiran darah Tara mengantarnya sampai kepintu kenikmatan yang tiada berujung, sementara tangan kanan Harry otomatis mendarat disembulan hangat payudara sebelah kanan Tara yang segar; dielusnya lembut, diselusupkan tanganya dalam bra yang hanya 2/3 menutupinya dan dikeluarkannya buah dada Tara, ditekan, dicarinya puntingnya kemudian dipilin halus seraya ditariknya pelan. Dengan perlakuan ini Tarapun melepas ciuman Harry dan mendesah, mendesis, menghempaskan kepalanya kekiri dan kekanan.
Selepas tautan kedua bibir hangat itu, Harry menyapu dagu dan leher Tara, hingga Tarapun meracau menerima dera kenikmatan ini.
“Harry, getaran dalam tubuhku mendera sukmaku Harry, kenapa kudapatkan ini darimu bukan dari Nico”
“Harry, hantarkan aku mencapai awang-awang bersamamu, berikan aku kesempatan untuk menikmati bara cintaku denganmu Harry.”
“Aaachh shheesstt, aachh aachh”
Harrypun melepas kegiatan mulutnya.
“Tara, aku telah khawatir tadi bila kau akan lari dariku, telah lama kudambakan ini denganmu, aku mencitaimu Tara.”
“Mengapa baru kali ini aku bisa menggapaimu, jangan lagi kau pergi dariku”
Tangan Harry pun segera membuka kaitan branya yang ada di depan, dengan sekali pijitan jari telunjuk dan Ibu jari sebelah kanan Harry, segeralah dua buah gunung kembar indah itu menyembul keluar menikmati kebebasan alam yang indah. Segera ditempelkannya bibir hangat Harry pada buahdada Tara sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu, secepat itu juga merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, segar menentang keatas. Dikulumnya puting itu dengan buasnya, sesekali digigit halus dan ditariknya dengan gigi Harry. Adapun reaksi Tarapun semakin mengila, mengerang dan melenguh, sambil mengangkat badannya seraya melepaskan Jas tidurnya berserta bra yang telah dibuka Harry dan dilemparkannya dikursi dekat tempat tidur tersebut.

Harry segera menyadari keadaan, dengan giat penuh nafsu Harry menyedot buah dada Tara yang sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar kebawah sampai dia menyentuh CD Tara dan berhenti digundukan nikmat yang penuh menentang segar keatas, segera dirabanya kearah vertical, dari atas kebawah, yang ternyata ditemuinya sudah basah lembab, tanda cairan birahi tara telah tak tahan menahan dera kenikmatan dari perlakuan Harry. Segera Harrypun menurunkan CD Tara tersebut, mendorongnya dengan kaki kirinya sampai jatuh ke karpet. Adapun tangan kanan itu segera mengelus dan memberi sentuhan rangsangan pada memek Tara, yang dibagian atasnya ditumbuhi bulu halus terawat dan dipangkasnya adapun dibagian belahan memek dan dibagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut, rangsangan Harry ini semakin tajam dan hebat hingga Tara meracau.
“Harry touch me please, touch me..”
“Harry make me fly, I want to fly with you darling, please.”
Harry segera membuka belahan gundukan tebal memek Tara, dengan dua jari telunjuk dan jari tengah dibantu dengan Ibu jari nya untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari klitoris Tara; kemudian disapunya dengan telunjuknya ke atas dan kebawah. Tarapun mengerang-erang kuat tak bisa terkontrol. Adapun mulut Harrypun segera menjalar kebawah menyambut klitoris yang telah hangat dengan sentuhan jari telujuknya lalu dijulurkan lidahnya menggatikan kegiatan jari tangannya, disapunnya klitoris yang semakin membesar dan keras itu, ditekannya dengan penuh nafsu, bagai serigala yang sedang yang mendambakan kenikmatan daging rusa atau kembing muda, ataukah sang lebah yang ingin menghisap madu surga dunia bersama Tara; sedang kegiatan tangan kanan Harry tetap melanglang buana dalam lorong kenikmatan Tara menari didalam rongga yang gelap; Tarapun mengelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasmenya yang akan semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin memuntahkan isi buminya; sambil terengah-engah Tara mendorong pantatnya naik, seraya tangannya memegang kepala Harry dan menekannya kebawah sambil meracau.
“Harry, fuck me darling, please fuck me with your tongue”
Harry pun memindahkan tangannya dari relung kenikmatan Tara dan digantikannya dengan lidah yang kuat dan digerakkannya keluar masuk diantara lembah kenikmatan dan relungnya; Tarapun menjerit menerima ledakan Orgasmenya yang pertama, magmanya pun meluap menyemprot keatas hidung Harry yang mancung.
“Harry aku keluaarr, aacchh Harry memekku berdenyut kencang, kiss me please kiss me darling..”
dan.. mengejanglah Tara beberapa waktu sambil tetap meracau.
“Harry kau jago sekali memainkan lidahmu dalam memekku darling, Please kiss me, acch ini permainan indah Harry baru kali ini aku benar mendapatkannya”
Harry segera bangkit mendekap erat, diatas dadanya Tara yang dalam keadaan oleng menyambut getaran orgasmenya; diciumnya mulut Tara dengan kuatnya, yang disambutnya oleh Tara dengan tautan garang, menyerang lidah Harry dalam rongga mulutnya yang indah. Tergoleklah Tara tak berdaya sesaat, Harrypun mencumbunya dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuh Tara yang halus, seraya memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan matanya yang terpejam dengan penuh cinta; dibiarkannya Tara menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasmenya yang hebat, juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang ia rasakan, kemudian katanya,
“Harry kau memberikan aku kebahagiaan, tak pernah aku merasakan sentuhan laki-laki yang nikmat seperti ini.”
“Dengan Nico, aku lebih hanya menjalankan kewajibanku, mempersembahkan badanku untuknya, dan tak mempunyai hak untuk menikmatinya.”, dengan perasaan getir yang dalam Tara mengucapkannya.
“Sudahlah, jangan kau ucapkan lagi, kita nikmati saja kebersamaan kita berdua, tak ingin rasanya keindahan ini terganggu dengan kekecewaan yang melintas di benak kita masing-masing.”
Dengan sentuhan dan belaian Harry, Tara terbangkit gairah nafsunya lagi, segera dia bangkit, di dorongnya pelah badan Harry yang berada diatasnya, direbahkannya badan Harry disampingnya. Tara menundukkan kepalanya di pipi Harry, dicium dijilatinya pipinya, menjalar kekupingnya, dimasukkannya lidahnya kelobang kuping Harry, sehingga Harrypun meronta menahan gairahnya; kemudian jilatan Tara turun kebawah sampai dipunting susu kiri Hari yang berambut, dibelainya dada Harry yang penuh dengan rambut kecil, sedang tangan kanannya memainkan puting yang sebelah kiri. Menggelinjang Harry mendapat sentuhan yang menyengat dititik rawannya yang merambatkan gairahnya itu, iapun mengerang, dan mendesah.
Kegiatan Tarapun semakin memanas dengan diturunkannya sapuan lidahnya sembari tangan Tara merangkak ke perut dan dimainkannya lubang pusar Harry sedikit ditekan kebawah dan kesamping, terus dilepaskannya dan dibelainya perut bawah Harry akhirnya sampai kekemaluan Harry yang sudah mengeras namun masih terbalut dc wana biru gelap. Kemudian dibuka, dielus lembut dengan jemari lentiknya batang kemaluan Harry, yang menentang ke atas berwarna kemerahan, kontras dengan kulit Harry yang putih, kepalanya pun telah berbening air birahi. Melihat keadaan yang sudah sangat menggairahkan tersebut, tak sabarlah Tara; segera menempelkan bibir hangatnya kekepala kontol Harry dengan penuh gelora nafsu, disapunya kepala kontol dengan cermat, dihisapnya lubang air seninya, hingga membuat Harry memutar-mutar kepalanya kekiri-kekanan dan mendongkak dongkakkan kepalanya menahan kenikmatan yang sangat indah tiada tara, adapun tangannya menjambak Tara.
“Tara kekasihku, dera nikmat darimu tak tertahankan, kuingin memilikimu seutuhnya Tara”
“Tara please berikan ini ditiap menit di kehidupanku jangan kau lari dariku sayangg, jangan kau lari dariku Tarraa”
Tarapun tidak menjawabnya, hanya lirikan matanya sambil mengedipkannya satu kearah Harry yang sedang kelojotan, sukmanya terbang melayang ke alam raya oleh hembusan cinta birahi yang tinggi, diiringi lagu “The four Season: Spring” dari Vivaldi.
Adapun tangan Tara memijat dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan semakin cepat, serta lidahnya pun menjilat seluruh permukaan kepala kontol tersebut, temasuk dibagian urat yang sensitive bagian atas sambil dipijat-pijatnya dengan penuh nafsu birahinya.
Sadar akan keadaan Harry yang semakin mendaki puncak kenikmatanya, dan dia sendiripun telah terangsang, denyutan memeknya telah mempengaruhi deburan darah ditubuhnya, dia lepaskan kuluman kontol Harry dan segera dia memposisikan dirinya diatas Harry menghadap dikakinya, dan dimasukkannya kontol tegang Harry dalam relung nikmatnya, segera diputar memompanya naik turun sambil tekan pijatnya dengan otot vagina sekuat tenaganya, ritme gerakannyapun ditambah sampai ke kecepatan maksimal.
Harrypun teriak, sementara Tarapun berfocus menikmati dera gesekan kontol Harry, yang menggesek G-spotnya berulang kali, menimbulkan dera kenikmatan nan indah sekali. Tangan Harrypun tak tinggal diam diremasnya pantat Tara yang bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusnya, sambil menikmati dera goyangan Tara pada kontolnya akhirnya mereka berdua berteriak..
“Tara aku tak kuat lagi.. berikan kenikmatan lebih lagi Tara, denyutan di ujung kontolku sudak tak tertahankan.”
“Kau pandai seperti kuda binalku, kau liar sekali Tara, kau membuatku melayang Tara, aku mau keluar!”
Lalu disuruhnya Tara memutar badannya menghadap pada dirinya dan dibalikkannya Tara posisi tidur dibawah bersandarkan bantal tinggi dan menaikan kedua kakinya dibahunya, Harrypun bersimpuh di depan memek Tara, sambil mengayun dan memompa kontolnya dengan ritme yang cepat dan kuat, karena tak tahan lagi Harry akan denyutan diujung kontol yang semakin mendesak seolah mau meledak.
“Tara, please, let me release my valve, I am cumming, pleasee..”
“Tunggu Harry, orgasmeku juga mau datang sayang, kita sama-sama”
Akhirnya Creet, creet, creet, tak tertahankan bendungan Harry jebol memuntahkan spermanya di vagina Tara, adapun bersamaan Tarapun mendengus dan meneriaknan erangan nikmatnya; segera disambarnya bibir Harry, dikulumnya dengan hangat dan disodorkannya lidahnya dalam rongga mulut Harry, seraya didekapmya badan Harry yang sama mengejang, basah badan Harry dengan peluh menyatu dengan peluhnya, terkulailah Harry didada Tara, sambil menikmati denyutan vagina Tara, yang kencang menyambut Orgasmenya yang sangat nikmat, selama ini belum pernah ia rasakan.
Dibelainya rambut Tara dengan penuh kasih dan sayang, dikecupnya dahinya.
“Honey, Thank you, I love you so much, I want to grow old with you, please don’t go away from me, you make me a’live again.?
Mereka bangun dan digendongnya Tara dikamar mandi dan di mandikannya Tara dibawah shower dan disabuninya dengan lembut sebagai tanda terima kasihnya dimalam itu. Segera berpakaian mereka kembali, kemudian dihantarkannya Tara kerumah suaminya.
Ditemuinya Nico telah lelap di tempat tidur kembali dengan tenang dan damai, secepatnya tara berganti pakaian tidur, dan menyusul suaminya masuk dalam quiltnya dan mendekap Nico. Karena nikmatnya permainan cinta malam itu, Tara bermimpi indah, bersama Harry semalaman.
Sejak kejadian malam itu di pavilliun Harry, Tara selalu mendambakan belaian Harry dan ingin selalu merasakan kemaluannya yang menggeliat di dalam vaginanya, bila teringat hal itu Tara selalu menelan ludahnya dan tak jarang dia melamun sejenak dalam kesibukannya, segera terhenyak bila telephone berdering ataupun tersadar bila ia diburu dengan tanggung jawabnya.
Jum’at malam ada sebuah event untuk sebuah Oil Company yang akan merayakan “Hari Jadi” perusahaan tersebut, pesta ini mengikut sertakan sebagian besar staffnya, jadi memang agak besarlah event yang akan diaturnya untuk malam nanti.
Pagi-pagi dia sudah ke field, ruang pesta, dan menyiapkan segala sesuatunya, kontak dengan dapur, mengenai makanan yang akan bergulir untuk nanti malam. Suasana Hotel masih sepi belum banyak pegawai mulai masuk terutama ‘waiters’nya; Tara ada di ruang ruang pesta sendirian, di pantry mencheck untuk terakhir kalinya; tiba-tiba Harry telah mendekapnya dari belakang dan mendaratkan ciumannya dileher Tara seraya menelusuri dagu dan bersarang di bibir lembut Tara.
“Selamat Pagi gadisku, kuingin memuaskanmu disini, nikmatilah sayang kehadiranku.”
Secepat itu juga dinaikkannya Tara diatas “pantry”, bagaikan kilat di perosotkannya CD Tara, kemudian mulut Harry telah bersarang di gundukan nikmat Tara. Tara yang telah biasa dengan perilaku suaminya, maka dia juga bisa menerima perlakuan Harry ini, maka Tara hanya menghisap nafas dalam-dalam dan menahannya sebentar dan dihembuskannya perlahan-lahan; Namun tentu saja dengan Harry mendapatkan sensasi yang lain dan memang dia mengharapkannya perlakuan semacam ini ditiap detik nafas dan hidupannya yang baru.
Dinikmatinya rasa indah di bawah sana sambil menggelepar dan mengerang. Clitorisnya pun merasa semakin membesar dan vaginanya berdenyut kencang tak tertahankan. Tanpa dia sadari tangannya sendiri menggapai payudaranya dibawah blazernya dan di remasnya, beberapa saat kemudian ditelusupkannya tangannya kedalam bluse dan dirabanya puntingnya dan dipelintirnya sendiri, nikmat sekali rasanya seakan membuatnya melayang-layang.
Setelah puas Harry menjilatin dan mengentot vagina Tara dengan lidahnya, berdirilah dia dan menarik retsleting celana panjangnya dan dikeluarkannya kemaluannya dari lubang CDnya.
“Tara, kukunci pintu besar itu jangan kuatir, kita making love disini Okay?”
“Harry lakukanlah, entoti aku dengan gaya dan nafsu birahimu, aku akan menikmatinya”
Harrypun tersenyum dan menusukkan kontol yang tegang dan perkasa itu kedalam vagina Tara yang sudah membasah melelehkan air nikmatnya, karena menahan birahinya.
Sambil berdiri Harry mengentot, memompa kontolnya kuat-kuat dan penuh birahi, sesekali badannya dibungkukkannya, untuk menggapai wajah Tara yang tersenyum manis selama di entotnya. Geregetan rasa Harry melihat wajah yang manis dan penuh gelora cinta di depan matanya. Tara sangat menikmati hujaman kontol Harry dan sambil berkata,
“Harry, terus sayaang puaskan daku, ingin aku mati bersamamu dalam keadaan kau entoti aku begini.”
“Enak Harry enak sekali teruskan.. nikmat batang kontolmu menghentak-hentak ubunku Harryy, ngiluu Harry!”
Segera diangkatnya tubuh Tara.
“Tara pompa kontolku naik turun, kau tentu pandai mengerjakan buat sukmaku melayang bersamamu Taraa”,
Segera Tara digendong menghadapnya dengan kedua kakinya di pinggang nya, serta tanggan Harry memegang pinggang Tara. Segera dikocoknya badan Tara naik-turun, dan Tarapun ikut aktive melakukan permintaannya sambil terus berfucus pada kenikmatan gesekan kontol Haryy, yang membuatnya gilu geli menhujam seluruh tubuhnya hingga bergetar.
“Harry boleh aku keluaar?”
“Ya gadisku kita sama-sama, memekmu hangat menjepit, memilin kuat kontolku, kontolku berdenyut mau keluar spermaku sayang, Oooh kau gadis nakalku.. kau binall!”
Dan orgasmelah mereka berdua dengan rasa bahagia meliputi mereka.
Kemudian diletakkannya tubuh Tara di pantry kembali, sambil melepaskan kontol Harry, digesernya badan Tara sejajar dengan pinggir pantry, kemudian disodorkannya dimulut Tara, segara Tara mengerti maksudnya dikulum dan dihisapnya kontol tegang itu sampai bersih kembali. Cepat-cepat mereka membersihkan diri di “wash basin” di”pantry” itu, segera mereka merapikan baju mereka. Harry mendekap Tara, mencium kening pipi dan mulutnya, sambil mengatakan:
“Kau sempurna, gadisku, kita nikmati hidup ini dengan sebaik-baiknya, seindah matahari bersinar setiap hari..”
“Adakah kamu menikmati permainan kita tadi Tara?” maukan kau menikmatinya ditiap kesempatan ada?”
“Ya Harry saya bahagia, dan menikmatinya ngentot denganmu darling”
Dikecupmya Tara sekali lagi dan mengucapkan selamat kerja, kemudian ditinggalkannya Tara meneruskan pekerjaannya. Adapun Tara sendiri merasa bahagia, nikmat, seolah ringan dalam tubuhnya, karena birahinya tersalurkan baik dengan orang yang dia cintai, dia lalu mengerjakan pekerjaannya dengan suka cita.
Selang dua hari kemudian, dipagi hari, jam 7 pagi Tara sudah ada dikantornya, Tara mendapatkan SMS dari Harry, dimana Tara memang sangat mengharapkannya.
“Datanglah ke lantai 9, aku sedang mencek kamar VIP untuk siang ini, bawa set brochures yang untuk kamar 914, Housekeepernya kelupaan.”
Segera datanglah Tara kelantai 9 dan memberikan nya ke Harry, yang bertemu dilorong dekat kamar penyimpanan Linen Hotel.
Begitu melihat Tara datang, segera Harry membuka kedua lenggannya dan menyambutnya dengan dekapan dan ciumannya dibibir hangat Tara. Sadar akan keadaan, segera dibawanya Tara kekamar linen tersebut segera dilanjutkannya melumat bibir Tara, sambil tangan kirinya meraba pantatnya yang penuh, dan memerosotkan CD dan stokingnya, ditariknya dengan kakinya supaya turun terus ke lantai. Segera setelah itu, tanggannya pindah ke depan menggapai gundukan vagina Tara yang sudah menunggu kenikmatan ciptaan tangan Harry. Tangan Tarapun tak tinggal diam, dan dibukanya retsleting celana Harry dan segera diturukannya semua termasuk celana dalam Harry secepat kilat.
“Tara, kita sambut pagi ini dengan ceria matahari pagi ya, Kita making love disini, para ‘Housemaid’ belum datang, tenang saja kita OK.”
Tara meminta Harry untuk memindahkan kursi ini ke pintu, maka dilakukannya perintah Tara, untuk memindahkan sebuah kursi didepan pintu. Dan dibukanya baju Tara semua dan juga Tara membuka baju Harry, hingga mereka telajang bulat, tak selembar benangpun melekat pada tubuh mereka. Harry memposisikan dirinya berdiri berhadapan dengan Tara, kaki Tara sebelah kiri mengait kaki kanan Harry dan sebaliknya Kaki kiri Harry mengait kaki kanan Tara, segera Harry menyelipkan penisnya dalam vagina Tara, sambil tangan kiri mereka memegangi kaki kiri mereka yang menepel di pantat mereka masing-masing.
Harry mengayun pantatnya kuat-kuat dan Tarapun menjepit, dan mengerakkan vaginanya mengimbangi ayunan Harry, kenikmatan mereka daki bersama, dengan dengausan dan erangan kecil-kecil dari mulut mereka terlepaskan, dan dengan sepenuh tenaga, Harry melaksanakan tugasnya dengan sempurna, hingga Tara mengerang kuat mendapat orgasmenya. Tara merangkul Harry kuat-kuat sambil memangut, dan menghisap liur Harry dengan garang penuh nafsu birahi.
Setelah reda emosi dan getaran seluruh tubuh Tara, dilepaskannya semua posisi itu dan Harrypun minta Tara menungging dengan berpegangan ditiang teroli linen yang terbuat dari kayu yang kuat dan besar itu. Maka ditusukkannya penis merah Harry divagina Tara dari belakang, dan digoyang-goyangkan berulangkali untuk mendapatkan posisi yang nikmat untuk Tara, reaksi tarapun segera merintih menikmati goyangan tersebut, dengan goncangan penis Harry yang menggesek G-spotnya didalam sana, seolah ada sesosok tubuh yang kuasa menarik dorong sukma nya dari ubun-ubun, Tara pun mencengkeram tiang kayu itu sambil meracau tak menentu.


Kemudian dengan ayunan pasti penuh nafsu birahi dihujamkannya penis tegang Harry itu berualang-ulang pada Vagina Tara, terasa Vagina Tara melelehkan cairan kenikmatannya membuat derap penis Harry semakin lincah menari didalam relung nikmat Tara.
Sungguh, nikmat yang dirasakan Tara, diapun mendongak-dongakkan kepalanya sambil meracau.
“Harry, enaak, Haarry teruskan aku sedang mendaki bersamamu sayang.”
“Hunjam memekku keras-keras, layangkan aku ke angkasa, biarkan aku mendapatkan orgameku yang indah lagi Harry!”
Harrypun semakin giat mendapat seruan Tara, di hentakkannya lebih keras kontol yang keras itu di relung nikmat Tara dan akhirnya iapun merasakan denyutan kepala kontolnya tak tertahankan lagi.
“Tarra aku dataang, nikmatilah ini, siapkah kau menerimanya?”
“Ya Harry, aku sudah siap, membungkuklah dan cium punggungku dan remas susuku Harry”
“Cepat lakukanlah aku akan orgasme aacchh sshhtt, Harry enak sekali aku sampai juga Harryy..”
Cepat otomatis, Hary membungkuk dan menciumi punggung Tara, meremas-remas payudara Tara dengan gairahnya yang memuncak.
“Tarra, achh aku keluarr, adduhh enak Tara!”
Sesudah selesai mereka orgasme, lunglailah mereka di kursi duduk dan saling berpangkuan.
Jam menunjukkan jam 8:20 am, telah 1 jam 20 menit mereka bermain cinta di kamar linen lantai 9 tersebut; segera, diraihnya lipatan handuk dari tumpukannya di troli kayu tersebut dan di bersihkannya badanya dengan handuk itu, kemudian berpakain sebaik-baiknya dan mereka berpelukan kembali mengucapkan selamat bekerja, lalu mereka membuang handuk kotornya ke tube, supaya jatuh ke ruang linen di basement, kemudian mereka berpisah.
Tara cepat kekamar mandi wanita di lantai 3 dan cepat-cepat membersihkan badannya di bawah shower, menyabun tubuhnya dan di elus-elus lembut memeknya, sambil tersenyum sendiri mengenang nikmatnya ngentot dengan Harry, terlupakanlah sedikit pedih kehidupan yang ada dihatinya, hidup bersama suaminya Nico. Dibilasnya dibawah shower tubuhnya, segera setelah itu berpakaian, kemudian membetulkan “grooming” wajah dan rambutnya. Segera dia kembali keruang kerja dikantornya, jam menunjukkan 8:50am, segera Tara memulai pekerjaannya hingga selesai. Adapun Harry berlaku sama hanya dia menuju ke Pavilliunnya dan mandi lagi sebentar dan turun ketinggkat 5 di kantor Executive Office dan menunaikan kerja nya kembali dengan aman dan damai. Hari itu sangat indah baginya dan harapannya untuk ngentot dengan Tara selalu menjadi obsesinya disetiap harinya.
Event week end mendatang ada penyelenggaraan ‘Grand Prix’ di kota itu, Hotel penuh dari pertengahan minggu sebelumnya, sebagian staff dapur dan para waiter/waitress dikonsentrasikan kelapangan diweek end itu, dengan membuka dua tenda atas nama Hotel disekitar lapangan pacuan itu; karena banyak para Businesman/woman, dan paraa Celebreties menyaksikan balap mobil Formula 1 itu. Sebagian besar lagi para waitres/waitress dikonsentrasikan untuk event malam hari di restaurant-restaurant diproperty hotel, adapun siang hari memang agak lengang suasana di Hotel. Karena Kebetulan ‘General Manager’nya tugas turun kelapangan, maka Harry ditugaskan incharge didalam property Hotel tersebut.

Kesibukan Tara sudah agak menurun, karena biasanya kesibukan Tara memuncak sebelum event berlangsung. Saat yang indah itu, dimanfaatkan mereka berdua saling mengirim SMS, Harrypun datang kekantor kerja Tara, yang berada di pojok itu, segera ia mengunci pintu kantornya dan diraihnya Tara dengan buasnya kemudian dilucutinya baju bawahnya, semua tanpa kecuali, dan diangkatnya Tara dimeja kerjanya lalu didudukkanya diatas meja kerja, segera dijilatinya memek hangatnya dengan lahapnya. Tara memejamkan matanya, sambil berpegangan kepala Harry menahan serentetan kenikmatan dan denyutan memeknya yang sangat luarbiasa sensasinya; maka digoyangkannya pantatnya sambil duduk, mengharapkan dera dan tusukan lidah Harry untuk segera menggapai dinding dalam rahimnya, Tara mendorong-dorong kepala Harry supaya masuk jauh kedalam selangkangannya. Sambil mengerang, ia menjepit kepala Harry karena dia mendapat Orgasmenya di pagi itu. Harry bangun dari selangkangan Tara setelah Tara mulai merenggangkan selangkangannya dan segera mendekapnya, diciuminya Tara dengan nafsunya yang membara bersama asmaranya menutupi semua perasaan yang ada di pagi itu.
Setelah Tara pulih kembali, dibiarkan dia merebahkan dirinya di meja kerjanya, selang beberapa menit, segera diturunkannya celana Harry, sambil berdiri dijulurkannya kontol tegangnya pada klitoris Tara, dimainkannya lagi klitoris itu dengan kontolnya, hal ini menimbulkan gairah Tara kembali menyelubungi tubuhnya. Setelah Tara menggeliat dan melelehkan getah bening memeknya, Harrypun menusukan kontolnya dalam Vaginanya, segera dipompanya dengan ritme pelan dan kemudiaan cepat, di tariknya lagi, diam sejenak dan dihujamkannya lagi dengan kuat.
Tara belingsatan dan mendongkak-dongkak kembali dan digoyang-goyangkannya kepalanya kekiri dan kekanan sambil giginya menggigit bibir bawahnya dengan kuat untuk menahan dera nikmat yang sangat dia inginkan tiap harinya. Sampai akhirnya Harry mengatakan akan mencapai ejakulasinya, ingin mereka menuangkan sama-sama, dan mereka selesaikan kenikmatan itu dengan sempurna, muncat tiga kali sperma dalam rahim Tara, segera dicabutnya kontol Harry, diputarnya badan Tara kepinggir meja dan disodorkannya kontol Harry kemulut Tara, segera Tara membuka mulutnya dan dikulumnya kontol Harry yang tegang merah, sedang memuncratkan spermanya langsung dalam tenggorokannya, segera ditelannya semua sperma itu, lalu dijilatinya kontol Harry dengan penuh kasih sayang. Setelah selesai session itu, mereka segera merapikan diri dan bekerja kembali.

Jam 11 siang, Tara telephone Marissa mengatakan akan ke dokter lagi, dan Marissa pun akan menolongnya mencatat pesan untuk Tara. Namun sebetulnya Tara hanya naik ke tinggkat 14 kamar No 31, di Paviliun Harry, disana Harry telah menunggu nya, setelah Harry berpesan ke Marissa bahwa dia akan pergi kelapangan balap selama 3 jam, kontrol keadaan di sana.
Segera setelah Tara Masuk ke Paviliun, tak sabar lagi Harry menggendong tara di kamar mandi dan melepas semua bajunya, untuk mandi bersama. Setelah mereka telanjang dimasukkannya Tara dalam bathtub, Harry berdiri dipinggir bathtub, di mintanya Tara menyepong dan mengelus-elus kontolnya, maka di elusnya buah zakar Harry lalu dikulum, dijilatnya dengan lidah nakal Tara, dimain-mainkannya dalam mulutnya, Harry mengerang kuat-kuat sambil matanya dipejamkan. Kemudian dirambatkannya lidah Tara kebatang kontol Harry, sambil menyapu dan menyedot seluruh batang kontol Harry, tangan Tara memilin dan memainkan buah zakarnya yang mengecil.
“Tara, kamu nakal, kamu menggodaku, kulumlah Tara kepala penisku itu, mainkanlah dengan lidah yang nakal itu..”
Diturutinya kemauannya, di kulumnya kepala Panis Harry, dan dimainkannya lidahnya dilingkaran kepala Panis yang menyembul itu.
“Aaacchh Tara, manisku, kau jalang, kau binal.. kau gadisku, kau milikku Taraa, kau selalu memuaskanku Tarra..”
Tara pun melepaskan kulumannya, dan minta dicium mulutnya dengan mulut lembutnya Harry.
“Harry kiss me darling, I need you always, I want to be with you always darling.”
Ditariknya pelan Harry kedalam air dan segera menduduki kontol yang keras itu dan menyelipkannya dalam vaginanya, sambil dia mendongkakkan kepala kearah belakang diayunkannya badannya, memompa penis Harry, dan Harry, memegang pinggang dan punggung belakang Tara menjaga supanya tak terbalik jatuh ke belakang. Sebagai, dewi amor sedang mengamuk Tara melonjak-lonjak memompa penis tegangnya Harry hingga pendakian birahinya mencapai puncaknya dan Tarrapun orgasme lagi.
Harry mengangkat Tara, dibalikkannya badan Tara supaya dia tiduran menungging releks dalam bathtub, kemudian dia tusuk dan pompa memek Tara dari belakang sambil Harry menekuk lututnya dalam air tersebut. Tara mengerang lagi, diiringi dengusan nafas Harry yang memburu, terus penis Harry menghujam dan menari didalam relung nikmatnya Tara dengan bebasnya, erangan dan raugan mereka berdua tak bisa dihindarkan dan akhirnya mereka mencapai orgasmenya yang kesekian kalinya dihari yang indah itu.
Mereka mandi bersama dan menguyur badan bersama, setelah puas mereka mengeringkan badan mereka dan beranjak ke tempat tidur. Melihat badan Tara yang masih telanjang itu, Harry ingin mencumbunya lagi, didorongnya Tara ketempat tidur, dan direbahkannya dia, dengan kaki masih menjutai dipinggir tempat tidur. Dimasukkannya lagi kontolnya walau belum tegang sepenuhnya, dan digoyang-goyangkannya terus menerus, sampai benar-benar keras, didalam liang vagina Tara, kemudian dihujamkannya kencang-kencang kontol buas itu pada memek Tara yang kenyal, sempit menghimpit dan berdenyut di dalam.
“Tara biarkan aku biadab, menuruti nafsu binatangku kepadamu, kaupun akan merasa bahagia dengan perlakuanku ini, katakan bila kau tak menyukainya.”
“Harry lakukanlah, kau wild dan aku menyenanginya, kuingin kontolmu nyelip disana terus dimanapun aku pergi, dari pagi sampai petang, akan ku pilin dan kupijit dengan denyutan memekku terus menerus Harry!”
“Harry aku bosan memakai dcku akan kuganti pakai kontolmu saja didalam sana untuk menutupi memekku”
Harry memejamkan matanya, sambil menjawab, “Heemm, Tara, kau benar-benar binaall!”
Tara, merasakan keindahkan making love dengan Harry, sukmanya menari, seiring deburan darah dan detup jantungnya setiap kali ia mendapatkan hujaman kontol Harry; ngilu, geli, seribu rasa ada dalam tubuhnya seakan ia melayang-layang dialangit yang biru tiada berbatas; hingga sampai saatnya terasa ia akan orgasme lagi.
“Harry aku siap, magma didalam akan segera meledak Harry, berikan spermamu didalam sana”
“Okey Tarra, aku dattaangg segera”
Ddan Creett, creet, creet, sempurnalah pergumulan mereka disiang hari itu. Maka robohlah Harry di badan Tara, dengan penuh peluh di badan dan kepalanya..
Mereka tertidur selama 1.5 jam, kemudian mereka membersihkan diri lagi, berpakaian kembali. Tara keluar dari Paviliun Harry dengan sebelumnya mengecup bibirnya mengucapkan selamat siang dan selamat kerja lagi.
Hari itu Tara pulang sore, karena merasa capek sekali seharian ngentot bersama Harry, dijalan dia membeli makanan kesukaan Nico dan anak-anak. Sesampai dirumah mereka makan malam dan main dengan anak-anak sebentar, dan setelah bercakap-cakap dengan Nico, dibahasnya semua masalah rumah tangga sehari itu, kemudian menyuruh anak-anak tidur. Sedang Nico menggandeng Tara masuk kedalam kamar dan meminta jatahnya yang dua hari tidak didapatkannya dari Tara.
Dalam hati Tara mengeluh, “Mati aku hari ini, sekian kali aku harus mengentot, memekku sudah terasa lelah sekali”, namun sekali lagi ini kewajiban, tak bisa ditolaknya permintaan Nico.
Segera, Nico melucutinya, dan merebahkan Tara di tempat tidurnya, secepat itu juga Nico menghunjam memek Tara, mulailah “mesin sex” tersebut menderu sejalan dengan derap birahi Nico.

Puas Nico, menghujam tanpa perasaan dari depan, dibalikkannya Tara supaya menungging, dan di hujamkannya kontol ngaceng Nico dari belakang, tak lama kemudaian dia sudah memuncratkan sperma birahinya di dalam rahim Tara, tanpa harus mengimbangi perasaan Tara, dalam usahanya mendaki birahinya untuk sama-sama menikmati cinta suami istri yang sedang memadu kasih, dengan cara yang terdalam, yakni ngentot.
Kembali kecewa dalam hati Tara, dan benar-benar kesal akan perilaku Nico, yang selalu sepihak dalam menunaikan tugasnya sebagai suami. Sedih sekali perasaan Tara, namun sekali lagi dia tidak bisa mengelak dan protes kepada Nico suaminya. Esoknya, Tara kembali bekerja, dia mendapat e-mail dari sebuah perusahaan Garment dari designer terbaik di negeri itu, dimana mereka akan mengadakan pameran dan peragaan dalam Hotelnya, kira-kira 10 hari mendatang. Tara segera menyiapkan segala sesuatunya untuk penyelenggaraan pameran dan peragaan pakaian elite ini.
Setiap sore Tara harus tinggal sampai agak larut, menyusun brochures dan undangan kepada orang-orang yang pantes diundang dan penyelenggaraannya. Harrypun harus juga mendorong dan mendukung usaha Tara dalam hal ini, maka kebersamaan mereka tak ada yang mencurigai. Sering Tara tinggal di Paviliunnya, dan mencari tanda tanggannya Harry; bila Harry bilang mau mengerjakannya di pavilliun, dan Tarapun harus datang, walau akhirnya mereka berdua selalu melampyaskan hasrat birahinya di paviliun itu.

Di suatu hari Sabtu, Tara mengatakan ke Nico bahwa dia akan masuk kerja, ada kerjaan yang tidak selesai. Namun setelah dia kerja sejam di kantornya, Harry memanggilnya. Setelah Tara berada di Paviliunnya, sambil minum teh bersama, Harry mengeluarkan amplop tak tertutup diberikannya kepada Tara.
“Tara, aku sangat mencintaimu, aku ingin juga sedikit memiliki cinta kepada anak-anakmu”
“Ini tanda cintaku pada anak-anakmu, karena aku tentunya tak bisa memeluk dan menggapainya, Depositkan uang ini untuk sekolah anak-anakmu”
“Jangan sekali-kali kau pakai, kau akan mendapatkan bagiannya sendiri dariku”
Terperanggah Tara akan kata-kata Harry, dan melelehlah air matanya.
“Harry, apa artinya semuanya ini, akankah kau meninggalkan aku?”
“Tara, Jangan kau berburuk sangka padaku, kau adalah gadis binalku selamanya.”
“Tak akan kutinggalkan dirimu akan selalu kuusahakan yang terbaik untukmu, untuk kita selalu saling memiliki”, maka diciumnya bibir Tara dan dihapusnya air matanya.
Kembali mereka berpangutan, dan diteruskan seharian ngentot berdua diruang tamu setelah minum teh, di dapur sambil memasak, karena Harry dan Tara senang memasak.
Mereka mempunyai tekad menjalani cinta dan kebahagian mereka, mereka tuai dalam “Rumah Besar” sambil melupakan kepedihan hidup dalam keluarganya masing-masing, sampai waktu dan umur memisahkan mereka.

Rabu, 12 Februari 2020

6 Tips Posisi Berhubungan Sex Saat Hamil Tua Yang Anda Perlu Ketahui !!

Hasil gambar untuk wanita hamil tua

Daftar Poker Online – Selama masa kehamilan, kamu dan pasangan mungkin bingung dan khawatir, apakah berhubungan intim aman dilakukan saat hamil. Berhubungan intim selama masa kehamilan sebenarnya aman dilakukan selama kamu dan pasangan masih nyaman melakukannya.

Namun, masalah yang dapat muncul adalah posisi berhubungan yang biasa dilakukan tidak lagi dapat dilakukan, ketika kehamilan sudah menginjak trimester akhir. Hal ini wajar, mengingat perut yang besar membuat berhubungan intim kadang tidak nyaman dan dipenuhi rasa was-was.

Posisi Berhubungan Intim Saat Hamil Tua
Mau tidak mau, kamu dan pasangan harus mengubah posisi berhubungan intim yang aman dilakukan selama hamil tua.Berikut posisi hubungan intim yang dapat kamu dan pasangan praktikan saat kondisi hamil tua.

Hasil gambar untuk side by side posisi sex

1. Side by Side

Posisi side by side dilakukan dengan posisi suami istri berbaring berdampingan dan saling berhadapan. Setelah itu, kamu dapat menggantungkan kaki kiri di atas tubuh suami. Selain aman dilakukan untuk ibu hamil, posisi ini meningkatkan keintiman dengan pasangan karena memungkinkan kamu dan suami saling berhadapan satu sama lain.

Hasil gambar untuk edge of the bed sex

2. Edge of the Bed

Edge of the bed merupakan posisi berhubungan yang dilakukan di tepi tempat tidur. Pada dasarnya posisi ini hampir sama dengan misionaris klasik. Bedanya, suami berlutut di pinggir tempat tidur. Posisi ini aman dilakukan saat perut sudah sangat besar. Posisi edge of the bed memberikan kenyamanan penuh dan menghindari tekanan pada perut. Agar suami juga merasa nyaman, berikan bantal untuk tempat bertumpunya kaki.

Hasil gambar untuk woman on top

3. Woman On Top

Posisi ini bisa jadi menjadi posisi yang paling pas ketika hamil besar. Sebab, kamu dapat mengatur aktivitas hubungan intim agar merasa lebih nyaman. Jika kamu sudah terlalu lelah untuk ‘memimpin’ gerakan, mintalah suami untuk menggerakkan pinggulnya sementara kamu berpegangan pada kakinya.

Hasil gambar untuk spoon posisi

4. Spoon

Posisi ini seperti menyendok dan paling nyaman dilakukan ibu hamil, terutama saat hamil di trimester ketiga. Pada posisi ini, kamu dapat menyamping dan menyerahkan tumpuan perut di kasur. Sementara suami akan meringkuk di sekitar kamu. Letakkan beberapa bantal di atas salah satu kaki agar perut tidak terjepit dan lebih memudahkan penetrasi.

Hasil gambar untuk reverse cowgirl

5. Reverse Cowgirl

Sesuai dengan namanya, posisi ini seolah sedang menunggangi kuda, yaitu dilakukan dengan duduk di atas tubuh pasangan yang berbaring, dengan punggung menghadap ke muka pasangan. Pada posisi ini, bagian perut yang membesar ditopang oleh paha, sementara punggung dapat dibantu juga oleh kedua tangannya.

Hasil gambar untuk on the chair position sex

6. On The Chair

Kursi bisa dijadikan media yang nyaman dan hubungan intim bisa semakin intens. Biarkan suami duduk di kursi, lalu istri duduk di pangkuan suami. Saat melakukan posisi ini, kamu dapat merangkul suami dengan erat. Posisikan kursi agar dekat tembok atau benda lain yang dapat digunakan untuk membantu kamu bangun dan beranjak di pangkuan suami.

Penting diingat bahwa berhubungan intim saat hamil tua harus diawali dengan komunikasi yang baik yang disertai dengan kesadaran untuk saling memahami satu sama lain. mengenai berhubungan intim saat hamil tua juga perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar kualitas hubungan tetap terjaga, serta janin yang ada di dalam kandungan juga terhindar dari bahaya dan lahir dengan sempurna.

Waspada Terhadap Risiko

Pastikan pula kamu telah memeriksakan kehamilan secara rutin pada dokter kandungan sebelum melakukan hubungan intim saat hamil tua. Dengan begitu, kamu dan pasangan dapat mengetahui apakah kondisi kehamilan dalam keadaan sehat dan meyakinkan apakah aman untuk tetap melakukan hubungan intim. Hal ini untuk menghindari risiko yang berbahaya ketika berhubungan intim.

Kamu dan suami juga sebaiknya mengendalikan hasrat seksual. Mintalah kepada suami kamu agar tidak melakukan penetrasi terlalu cepat atau terlalu dalam. Biasanya, ibu yang sedang hamil tua tidak merasa nyaman dengan penetrasi yang terlalu dalam.



Selasa, 11 Februari 2020

Kegilaan Sex Bersama Tante Kesayangan



Cerita Seks Tante ku dengan aku ini berawal dari aku pada usia 18 tahun ketika masih SMA. Waktu itu, karena niatku yang ingin melanjutkan sekolah di Jakarta, aku dititipkan pada keluarga teman baik ayahku, seorang pensiunan perwira ABRI berpangkat Brigjen.

Om Toto, begitu aku memanggilnya, adalah seorang purnawirawan ABRI yang cukup berpengaruh, kini ia mengelola perusahaan sendiri yang lumayan besar. Anak-anak mereka, Halmi dan Julia yang seusiaku kini ada di Amerika sejak mereka masih berumur 12 tahun. Sedangkan yang sulung, Sonny kuliah di Jogja.

istri Om Toto sendiri adalah seorang pengusaha sukses di bidang export garmen, aku memanggilnya Tante Mirna, wanita berwajah manis berumur 43 tahun dengan perawakan yang bongsor dan seksi khas ibu-ibu istri pejabat. Sejak tinggal di rumah megah itu aku seringkali ditugasi mengantar Tante Mirna, meski ada dua sopir pribadi tapi Tante Mirna lebih senang kalau aku yang mengemudikan mobilnya. Lebih aman, katanya sekali waktu.

Meski keluarga Om Toto kaya raya, tampaknya hubungan antara dia dan istrinya tak begitu harmonis. Aku sering mendengar pertengkaran-pertengkaran diantara mereka di dalam kamar tidur Om Toto, seringkali saat aku menonton televisi terdengar teriakan mereka dari ruang tengah. Sedikitpun aku tak mau peduli atas hal itu, toh ini bukan urusanku, lagi pula aku kan bukan anggota keluarga mereka. Biasanya mereka bertengkar malam hari saat keduanya sama-sama baru pulang kerja. Belakangan bahkan terdengar kabar kalau Om Toto punya beberapa wanita simpanan. “Ah untuk apa memikirkannya” benakku.

Suatu hari di bulan Oktober, Bi Surti, Siti (para pembantu), Mang Darja dan Om Edi (supir), pulang kampung mengambil jatah liburan mereka bersamaan saat Lebaran. Sementara Om Toto dan Sonny pergi berlibur ke Amrik sambil menjenguk kedua anaknya di sana. Tante Mirna masih sibuk menangani bisnisnya yang sedang naik daun, ia lebih sering tidak pulang, hingga di rumah itu tinggal aku sendiri. Perasaanku begitu merdeka, tak ada yang mengawasi atau melarangku untuk berbuat apa saja di rumah besar dan mewah itu. Mereka memintaku menunda jadwal pulang kampung yang sudah jauh hari kurencanakan, aku mengiyakan saja, toh mereka semua baik dan ramah padaku.

Malamnya aku duduk di depan televisi, namun tak satupun acara TV itu menarik perhatianku. Aku termenung sejenak memikirkan apa yang akan kuperbuat, sudah tiga hari tiga malam sejak keberangkatan Om Toto, Tante Mirna tak tampak pulang ke rumah. Maklumlah bisnisnya level tingkat internasional, jadi tak heran kalau mungkin saja hari ini ia ada di Hongkong, Singapore atau di mana saja. Saat sedang melamun aku melirik ke arah lemari besar di samping pesawat TV layar super lebar itu. Mataku tertuju pada rak piringan VCD yang ada di sana. Segera kubuka sambil memilih film-film bagus. Namun yang paling membuat aku menelan ludah adalah sebuah flm dengan cover depan wanita telanjang. Tak kulihat pasti judulnya namun langsung kupasang dan…, “wow!” batinku kegirangan begitu melihat adegannya yang wah. Seorang lelaki berwajah hispanik sedang menggauli dua perempuan sekaligus dengan beragam gaya. Agen BandarQ

Sesaat kemudian aku sudah larut dalam film itu. Penisku sudah sejak tadi mengeras seperti batu, malah saking kerasnya terasa sakit, aku sejenak melepas celana panjang dan celana dalam yang kukenakan dan menggantinya dengan celana pendek yang longgar tanpa CD. Aku duduk di sofa panjang depan TV dan kembali menikmati adegan demi adegan yang semakin membuatku gila. Malah tanganku sendiri meremas-remas batang kemaluanku yang semakin tegang dan keras. Tampak penis besarku sampai menyembul ke atas melewati pinggang celana pendek yang kupakai. Cairan kentalpun sudah terasa mengalir dari sana.

Tapi belum lagi lima belas menit, karena terlalu asyik aku sampai tak menyangka Tante Mirna sudah berada di luar ruang depan sambil menekan bel. Ah, aku lupa menutup pintu gerbang depan hingga Tante Mirna bisa sampai di situ tanpa sepengetahuanku, untung pintu depan terkunci. Aku masih punya kesempatan mematikan power off VCD Player itu, dan tentunya sedikit mengatur nafas yang masih tegang ini agar sedikit lega.

“Kamu belum tidur, Di?”, sapanya begitu kubuka pintu depan.

“Belum, tante”, hidungku mencium bau khas parfum Tante Mirna yang elegan.

“Udah makan?”.

“Hmm…, belum sih, tante sudah makan?”, aku mencoba balik bertanya.

“Belum juga tuh, tapi tante barusan dari rumah teman, trus di jalan baru mikirin makan, so tante pesan dua paket antaran di KFC, kamu mau?”.

“Mau dong tante, tapi mana paketnya, belum datang kan?”.

“Tuh kan, kamu pasti lagi asyik di kamar makanya nggak dengerin kalau pengantar makanannya datang sedikit lebih awal dari tante”.

“ooo”, jawabku ****.

Tante Mirna berlalu masuk kamar, kuperhatikan ia dari belakang. Uhh, bodinya betul-betul bikin deg-degan, atau mungkin karena saya baru saja nonton BF yah?

Ayo, kita makan..”, ajaknya kemudian, tiba-tiba ia muncul dari kamarnya sudah berganti pakaian dengan sebuah daster putih longgar tanpa lengan dan berdada rendah.

“Ya ampun Tante Mirna”, batinku berteriak tak percaya, baru kali ini aku memperhatikan wanita itu. Kulitnya putih bersih, dengan betis yang woow, berbulu menantang pastilah punya nafsu seksual yang liar, itu kata temanku yang pengalaman seksnya tinggi. Buah dadanya tampak menyembul di balik gaun itu, apalagi saat ia melangkah di sampingku, samar-samar dari sudut mataku terlihat BH-nya yang putih.

“Uh.., apa ini gara-gara film itu?”, batinku lagi. Khayalku mulai kurang ajar, memasukkan bayangan Tante Mirna ke dalam adegan film tadi.Cerita Seks Tante

“Hmm..”, Tak sadar mulutku mengeluarkan suara itu.

“Nnggg…, nggak apa-apa tante..”, Aku jadi sedikit gugup. Oh wajahnya, kenapa baru sekarang aku melihatnya begitu cantik?

“Eh.., kamu ngelamun yah, ngelamunin siapa sih? Pacar?”, tanyanya.

“Nggak ah tante”, dadaku berdesir sesaat pandangan mataku tertuju pada belahan dadanya.

“My god, gimana rasanya kalau tanganku sampai mendarat di permukaan buah dadanya, mengelus, merasakan kelembutan payudara itu, ooohh”, lamunan itu terus merayap.

“Heh, ayo…, makanmu lho, Di”.

“Ba…, bbbbbaik tante”, jelas sekali aku tampak gugup.

“Nggak biasanya kamu kayak gini, Di. Mau cerita nggak sama tante”.

My god, dia mau aku ceritakan apa yang aku lamunkan? Susumu tante, susumu!

Pelan-pelan sambil terus melamun sesekali berbicara padanya, akhirnya makananku habis juga. Aku kembali ke kamar dan langsung menghempaskan badanku ke tempat tidur. Masih belum lepas juga bayangan tubuh Tante Mirna. “Gila! Gila! Kenapa perempuan paruh baya itu membuatku gila”, pikirku tak habis habisnya. Umurnya terpaut sangat jauh denganku, aku baru 18 tahun…, dua puluh lima tahun dibawahnya. Ah, mengapa harus kupikirkan.

Aku melangkah ke meja komputer di kamarku, mencoba melupakannya. Beberapa saat aku sudah tampak mulai tenang, perhatianku kini pada e-mail yang akan kukirim pada teman-teman netter. Aku memang hobi korespondensi via internet. Tapi mendadak pintu kamarku diketuk dari luar.

“Di.., Didi.., ini Tante”, terdengar suara tante seksi eh Mirna memanggil.

“Ah..”, aku beranjak bangun dari korsi itu dan membuka pintu, “Ada apa, tante?”.

“Kamu bisa buatin tante kopi?”.

“ooo.., bisa tante”.

“Tahu selera tante toh?

“Iya tante, biasanya juga saya lihat Siti”,
jawabku singkat dan langsung menuju ke dapur.

“Tante tunggu di ruang tengah ya, Di”.

“Baik, tante”.

Gelas yang kupegang itu hampir saja jatuh saat kulihat apa yang sedang disaksikan Tante Mirna di layar TV. Pelan-pelan tanganku meletakkan gelas berisi kopi itu di sebuah meja kecil di samping Tante Mirna, lalu bersiap untuk pergi meninggalkannya.

“Didi..”

“Ya…, tante”.

“Kamu kalau habis pasang film seperti ini lain kali masukin lagi ke tempatnya yah”.

“mm…, ma…, ma…, maaf tante…” aku tergagap, apalagi melihat Tante Mirna yang berbicara tanpa melihat ke arahku. Benar-benar aku merasa seperti maling yang tertangkap basah.

“Di…”, Tante Mirna memanggil, kali ini ia memandangi, aku menundukkan muka, tak kubayangkan lagi kemolekan tubuh istri Om Toto itu. Aku benar-benar takut. Cerita Sex ABG

“Tante nggak bermaksud marah lho, di…”, byarrr hatiku lega lagi.

“Sekarang kalau kamu mau nonton, ya sudah sama-sama aja di sini, toh sudah waktunya kamu belajar tentang ini, biar nggak kuper”, ajaknya.

“Wooow…”, kepalaku secepat kilat kembali membayangkan tubuhnya. Aku duduk di sofa sebelah tempatnya. Mataku lebih sering melirik tubuh Tante Mirna daripada film itu.

“Kamu kan sudah 18 tahun, Di. Ya nggak ada salahnya kalau nonton beginian. Lagipula tante kan nggak biasa lho nonton yang beginian sendiri..”.

Apa kalimat itu berarti undangan? Atau kupingku yang salah dengar? Oh my god Tante Mirna mengangkat sebelah tangannya dan menyandarkan lengannya di sofa itu. Dari celah gaun di bawah ketiaknya terlihat jelas bukit payudaranya yang masih berlapis BH.

Ukurannya benar-benar membuatku menelan ludah. Posisi duduknya berubah, kakinya disilangkan hingga daster itu sedikit tersingkap. Wooow, betis dengan bulu-bulu halus itu. Hmm, Wanita 40-an itu benar-benar menantang, wajah dan tubuhnya mirip sekali dengan pengusaha Dewi Motik, hanya Tante Mirna kelihatan sedikit lebih muda, bibirnya lebih sensual dan hidungnya lebih mancung. Aku tak mengerti kenapa perempuan paruhbaya ini begitu tampak mempesona di mataku. Tapi mungkinkah…? Tidak, dia adalah istri Om Toto, orang yang belakangan ini sangat memperhatikanku. Aku di sini untuk belajar…, atas biaya mereka.., ah persetan! Agen DominoQQ

Tante Mirna mendadak mematikan VCD Player dan memindahkannya ke sebuah TV swasta.

“Lho… kok?”.

“Ah tante bosan ngeliatin itu terus, Di…”.

“Tapi kan..”.

“Sudah kalau mau kamu pasang aja sendiri di kamar..”, wajahnya masih biasa saja.

“Eh, ngomong-ngomong, kamu sudah hampir setahun di sini yah?”.

“Iya tante…”.

“Sudah punya pacar?”, ia beranjak meminum kopi yang kubuatkan untuknya.

“Belum”, mataku melirik ke arah belahan daster itu, tampaknya ada celah yang cukup untuk melihat payudara besarnya. Tak sadar penisku mulai berdiri.

“Kamu nggak nyari gitu?”, ia mulai melirik sesekali ke arahku sambil tersenyum.

“Alamaak, senyumnya.., oh singkapan daster bagian bawah itu, uh Tante Mirna.., pahamu”, teriak batinku saat tangannya tanpa sengaja menyingkap belahan gaun di bagian bawah itu. Sengaja atau tidak sih?

“Eeh Di.kamu ngeliatin apaan sih?”.

Blarrr…, mungkin ia tahu kalau aku sedang berkonsentrasi memandang satu persatu bagian tubuhnya, “Nngggak kok tante nggak ngeliat apa-apa”.

“Lho mata kamu kayaknya mandangin tante terus? Apa ada yang salah sama tante, Di?”, ya ampun dia tahu kalau aku sedang asyik memandanginya.

“Eh…, mm…, anu tante…, aa…, aanu…, tante…,tante”, kerongkonganku seperti tercekat.

“Anu apa…, ah kamu ini ada-ada saja, kenapa..”, matanya semakin terarah pada selangkanganku, bangsat aku lupa pakai celana dalam. Pantas Tante Mirna tahu kalau penisku tegang.

“Ta…, ta…, tante cantik sekali..”, aku tak dapat lagi mengontrol kata-kataku. Dan astaga, bukannya marah, Tante Mirna malah mendekati aku.

“Apa…, tante nggak salah dengar?”, katanya setengah berbisik.

“Bener kok tante..”.

“Tante yang seumur ini kamu bilang cantik, ah bisa aja. Atau kamu mau sesuatu dari tante?” ia memegang pundakku, terasa begitu hangat dan duh gusti buah dada yang sejak tadi kuperhatihan itu kini hanya beberapa sentimeter saja dari wajahku. Apa aku akan dapat menyentuhnya, come on man! Dia istri Om Toto batinku berkata.

Tangannya masih berada di pundakku sebelah kiri, aku masih tak bergeming. Tertunduk malu tanpa bisa mengendalikan pikiranku yang berkecamuk. Harum semerbak parfumnya semakin menggoda nafsuku untuk berbuat sesuatu. Kuberanikan mataku melirik lebih jelas ke arah belahan kain daster berbunga itu. Wow…, sepintas kulihat bukit di selangkangannya yang ahh, kembali aku menelan ludah.

“Kamu belum jawab pertanyaan tante lho, Di. Atau kamu mau tante jawab sendiri pertanyaan ini?”.

“Nggak kok tante, sss.., sss…, saya jujur kalau tante memang cantik, eh.., mm…, menarik”.

“Kamu belum pernah kenal cewek yah”.

“Belum, tante”.

“Kalau tante kasih pelajaran gimana?”.

Ini dia yang aku tunggu, ah persetan dia istri Om Toto. Anggap saja ini pembalasan Tante Mirna padanya. Dan juga…, oh aku ingin segera merasakan tubuh wanita.

“Maksud tante…, apa?”, lanjutku bertanya, pandangan kami bertemu sejenak namun aku segera mengalihkan.

“Kamu kan belum pernah pacaran nih, gimana kalau kamu tante ajarin caranya nikmati wanita…”.

“Ta…, tapi tante”, aku masih ragu.

“Kamu takut sama Om Toto? Tenang…, yang ada di rumah ini cuman kita, lho”.

“This is excellent!”, teriakku dalam hati. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Batinku terus berteriak tapi badanku seperti tak dapat kugerakkan.

Beberapa saat kami berdua terdiam.

“Coba sini tangan kamu”, aku memberikan tanganku padanya, my goodness tangan lembut itu menyentuh telapak tanganku yang kasarnya minta ampun.

“Rupanya kamu memang belum pernah nyentuh perempuan, Di. Tante tahu kamu baru beranjak remaja dan tante ngerti tentang itu”, Berkata begitu sambil mengelus punggung tanganku, aku merinding dibuatnya, sementara di bawah, penisku yang sejak tadi sudah tegang itu mulai mengeluarkan cairan hingga Agen Bola Resmi menampakkan titik basah tepat di permukaan celana pendek itu.

“Tante ngerti kamu terangsang sama film itu. Tapi tante perhatiin belakangan ini kamu sering diam-diam memandangi tubuh tante, benar kan?”, ia seperti menyergapku dalam sebuah perangkap, tangannya terus mengelus punggung telapak tanganku. Aku benar-benar merasa seperti maling yang tertangkap basah, tak sepatah kata lagi yang bisa kuucapkan.

“Kamu kepingin pegang dada tante kan?”.

Daarrr! Dadaku seperti pecah…, mukaku mulai memerah. Aku sampai lupa di bawah sana adik kecilku mulai melembek turun. Dengan segala sisa tenaga aku beranikan diri membalas pandangannya, memaksa diriku mengikuti senyum Tante Mirna.Dan…, astaga…, Tante Mirna menuntun telapak tanganku ke arah payudaranya yang menggelembung besar itu.

“Ta…, ta…, tante…, ooohh”, suara itu keluar begitu saja, dan Tante Mirna hanya melihat tingkahku sambil tersenyum. Adikku bangun lagi dan langsung seperti ingin meloncat keluar dari celana dalamku. Istri Om Toto itu melotot ke arah selangkanganku.

“Waaww…, besar sekali punya kamu Di?”, serunya lalu secepat kilat tangannya menggenggam kemaluanku kemudian mengelus-elusnya. Secara reflek tanganku yang tadinya malu-malu dan terlebih dulu berada di permukaan buah dadanya bergerak meremas dengan sangat kuat sampai menimbulkan desah dari mulutnya.

“aahh…, mm remas sayang ooohh”.

Masih tak percaya akan semua itu, aku membalikkan badan ke arahnya dan mulai menggerakkan tangan kiriku. Aku semakin berani, kupandangi wajah istri Om Toto itu dengan seksama. Agen AduQ

“Teruskan, Di…, buka baju tante”, permpuan itu mengangguk pelan. Matanya berbinar saat melihat kemaluanku tersembul dari celah celana pendek itu. Kancing dasternya kulepas satu persatu, bagian dadanya terbuka lebar. Masih dengan tangan gemetar aku meraih kedua buah dada yang berlapis BH putih itu. Perlahan-lahan aku mulai meremasnya dengan lembut, kedua telapak tanganku kususupkan melewati BH-nya.

“mm…, tante..”, aku menggumam merasakan kelembutan buah dada besar Tante Mirna yang selama sebulan terakhir ini hanya jadi impianku saja. Jari jemariku terasa begitu nyaman, membelai lembut daging kenyal itu, aku memilin puting susunya yang begitu lembutnya.

Akupun semakin berani, BH-nya kutarik ke atas dan wooww…, kedua buah dada itu membuat mataku benar-benar jelalatan.

“Mm…, kamu sudah mulai pintar, Di. Tante mau kamu ..”, Belum lagi kalimat Tante Mirna habis aku sudah mengarahkan mulutku ke puncak bukit kembarnya dan “cruppp…”, sedotanku langsung terdengar begitu bibirku mendarat di permukaan puting susunya.

“Aahh…, Didi, ooohh…, sedooot teruuus aahh”, tangannya semakin mengeraskan genggamannya pada batang penisku, celana pendek itu sejak tadi dipelorotnya ke bawah. Sesekali kulirik ke atas sambil terus menikmati puting buah dadanya satu persatu, Tante Mirna tampak tenang sambil tersenyum melihat tingkahku yang seperti monyet kecil menetek pada induknya. Jelas Tante Mirna sudah berpengalaman sekali. Batang penisku tak lagi hanya diremasnya, ia mulai mengocok-ngocoknya. Sebelah lagi tangannya menekan-nekan kepalaku ke arah dadanya.

“Buka pakaian dulu, Di” ia menarik baju kaos yang kukenakan, aku melepas gigitanku pada puting buah dadanya, lalu celanaku di lepaskannya. Ia sejenak berdiri dan melepas gaun dasternya, kini aku dapat melihat tubuh Tante Mirna yang bahenol itu dengan jelas. Buah dada besar itu bergelantungan sangat menantang. Dan bukit di antara kedua pangkal pahanya masih tertutup celana dalam putih, bulu-bulu halus tampak merambat keluar dari arah selangkangan itu. Dengan agresif tanganku menjamah CD-nya, langsung kutarik sampai lepas.

“Eeeiiit…, ponakan tante sudah mulai nakal yah”, katanya genit semakin membangkitkan nafsuku.

“Saya nggak tahan ngeliat tubuh tante”, dengusanku masih terdengar semakin keras.

“Kita lakukan di kamar yuk..”, ajaknya sambil menarik tanganku yang tadinya sudah mendarat di permukaan selangkangannya.

“Shitt!” makiku dalam hati, baru saja aku mau merasakan lembutnya bukit di selangkangannya yang mulai basah itu.

Tante Mirna langsung merebahkan badan di tempat tidur itu. Tapi mataku sejenak tertuju pada foto Om Toto dengan baju kehormatan militernya.

“Ta…, tapi tante”

“Tapi apa, ah kamu, Di” Tante Mirna melotot.

“Tante kan istri Om Toto”.

“Yang bilang tante istri kamu siapa?”, aku sedikit kendor mendengarnya.

“Saya takut tante, malu sama Om Toto”.

“Emangnya di sini ada kamera yang bisa dilihat dari LA? Didi, Didi.., Kamu nggak usah sebut nama bangsat itu lagi deh!”, intonasi suaranya meninggi.

“Trus gimana dong tante?”, aku tambah tak mengerti.

“Sudahlah Di, kamu lakukan saja, kamu sudah lama kan menginginkan ini?” aku tak bisa menjawab, sementara mataku kembali memandang selangkangan Tante Mirna yang kini terbuka lebar. Hmm, persetan dari mana dia tahu aku sudah menantikan ini, itu urusan belakang.

Aku langsung menindihnya, dadaku menempel pada kedua buah payudara itu, kelembutan buah dada yang dulunya hanya ada dalam khayalan itu sekarang menempel ketat di dadaku. Bibir kamipun kini bertemu, Tante Mirna menyedot lidahku dengan lembut. Uhh, nikmatnya, tanganku menyusup di antara dada kami, meraba-raba dan meremas kedua belahan susunya yang besar itu.

“mm…, ooohh…, tante Mirna…, aahh”, kegelian bercampur nikmat saat Tante Mirna memadukan kecupannya di leherku sambil menggesekkan selangkangannya yang basah itu pada penisku.

“Kamu mau sedot susu tante lagi?”, tangannya meremas sendiri buah dada itu, aku tak menjawabnya, bibirku merayap ke arah dadanya, bertumpu pada tangan yang kutekuk sambil berusaha meraih susunya dengan bibirku. Lidahku mulai bekerja liar menjelajahi bukit kenyal itu senti demi senti.

“Hmm…, pintar kamu Di, ooohh..” Desahan Tante Mirna mulai terdengar, meski serak-serak tertahan nikmatnya jilatanku pada putingnya yang lancip. Cerita Seks

“Sekarang kamu ke bawah lagi sayang..”.

Aku yang sudah terbawa nafsu berat itu menurut saja, lidahku merambat cepat ke arah pahanya, Tante Mirna membukanya lebar dan semerbak aroma selangkangannya semakin mengundang birahiku, aku jadi semakin gila. Kusibak bulu-bulu halus dan lebat yang menutupi daerah vaginanya. Uhh, liang vagina itu tampak sudah becek dan sepertinya berdenyut, aku ingat apa yang harus kulakukan, tak percuma aku sering diam-diam nonton VCD porno. Lidahku menjulur lalu menjilati vagina Tante Mirna.

“Ooouuuhh…, kamu cepat sekali belajar, Di. Hmm, enaknya jilatan lidah kamu…, ooohh ini sayang”, ia menunjuk sebuah daging yang mirip biji kacang di bagian atas kemaluannya, aku menyedotnya keras, lidah dan bibirku mengaduk-aduk isi liang vaginanya.

“ooohh, yaahh…, enaak, Di, pintar kamu Di…, ooohh”, Tante Mirna mulai menjerit kecil merasakan sedotanku pada biji kacang yang belakangan kutahu bernama clitoris.

Ada sekitar tujuh menit lebih aku bermain di daerah itu sampai kurasakan tiba-tiba ia menjepit kepalaku dengan keras di antara pangkal pahanya, aku hampir-hampir tak dapat bernafas.

“Aahh…, tante nggak kuaat aahh, Didiii”, teriaknya panjang seiring tubuhnya yang menegang, tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya yang sejak tadi bergoyang-goyang, dari liang vaginanya mengucur cairan kental yang langsung bercampur air liur dalam mulutku.

“Uffff…, Di, kamu pintar bener. Sering nonton yah?” ia memandangku genit.

“Makasih Di, selama ini tante nggak pernah mengalaminya…, makasih sayang. Sekarang beri tante kesempatan istirahat sebentar saja”, ia lalu mengecupku dan beranjak ke arah kamar mandi.

Aku tak tahu harus melakukan apa, senjataku masih tegang dan keras, hanya sempat mendapat sentuhan tangan Tante Mirna. Batinku makin tak sabar ingin cepat menumpahkan air maniku ke dalam vaginanya. Masih jelas bayangan tubuh telanjang Tante Mirna beberapa menit yang lalu…., ahh aku meloncat bangun dan menuju ke kamar mandi. Kulihat Tante Mirna sedang mengguyur tubuhnya di bawah shower.

“Tante…”.

“Hmm, kamu sudah nggak sabar ya?” ia mengambil handuk dan mendekatiku. Tangannya langsung meraih batang penisku yang masih tegang.

“Woooww…, tante baru sadar kalau kamu punya segede ini, Di…, ooohhmm”, ia berjongkok di hadapanku. Aku menyandarkan tubuh di dinding kamar mandi itu dan secepat kilat Tante Mirna memasukkan penis itu ke mulutnya.

“Ohh…, nikmat Tante Mirna ooohh…, ooohh…, ahh”, geli bercampur nikmat membuatku seperti melayang. Baru kali ini punyaku masuk ke dalam alatnya perempuan, ternyata…, ahh…, lezatnya setengah mati. Penisku tampak semakin tegang, mulut mungil Tante Mirna hampir tak dapat lagi menampungnya. Sementara tanganku ikut bergerak meremas-remas payudaranya.

“uuuhh… punya kamu ini lho, Di…., tante jadi nafsu lagi nih, yuk kita lanjutin lagi”, tangannya menarikku kembali ke tempat tidur, Tante Mirna seperti melihat sesuatu yang begitu menakjubkan. Perempuan setengah baya itu langsung merebahkan diri dan membuka kedua pahanya ke arah berlawanan, mataku lagi-lagi melotot ke arah belahan vaginanya. mm…, kusempatkan menjilatinya semenit lalu dengan tergesa-gesa aku tindih tubuhnya.Cerita Seks

“Heh…, sabar dong, Di. Kalau kamu gelagapan gini bisa cepat keluar nantinya”.

“Keluar apa, Tante?”.

“Nanti kamu tahu sendiri, deh” tangannya meraih penisku di antara pahanya, kakinya ditekuk hingga badanku terjepit diantaranya. Pelan sekali ibu jari dan telunjuknya menempelkan kepala penisku di bibir kemaluannya.

“Sekarang kamu tekan pelan-pelan sayang…, Ahhooowww, yang pelan sayang oh punya kamu segede kuda tahu!”, liriknya genit saat merasakan penisku yang baru setengah masuk itu.

“Begini tante?”, dengan hati-hati kugerakkan lagi, pelan sekali, rasanya seperti memasuki lubang memek yang sangat sempit.

“Tarik dulu sedikit, Di…, yah tekan lagi. Pelan-pelan…, yaahh masuk sayang ooohh besarnya punya kamu…, ooohh”.

“Tante suka?”.

“Suka sayang ooohh, sekarang kamu goyangin…, mm…, yak gitu terus tarik, aahh…, pelan sayang vagina tante rasanya…, ooouuuhh mau robek, mmhh…, yaahh tekan lagi sayang…, ooohh…, hhmm…, enaakkk…, ooohh”.

“Kalau sakit bilang saya yah tante?”, kusempatkan mengatur gerakan, tampaknya Tante Mirna sudah bisa menikmatinya, matanya memejam.

“Hmm…, ooohh..”, Tante Mirna kini mengikuti gerakanku. Pinggulnya seperti berdansa ke kiri kanan. Liang vaginanya bertambah licin saja. Penisku kian lama kian lancar, kupercepat goyanganku hingga terdengar bunyi selangkangannya yang becek bertemu pangkal pahaku. Plak.., plak.., plak.., plak.., aduh nikmatnya perempuan setengah baya ini. Mataku merem melek memandangi wajah keibuan Tante Mirna yang masih saja mengeluarkan senyuman. Nafsuku semakin jalang, gerakanku yang tadinya santai kini tak lagi berirama. Buah dadanya tampak bergoyang ke sana ke mari, mengundang bibirku beraksi.

“ooohh sayang kamu buas sekali. hmm…, tante suka yang begini, ooohh…, genjot terus mm”.

“Uuhh tante nikmat tante…, mm tante cantik sekali ooohh..”.

“Kamu senang sekali susu tante yah? ooohh sedooot teruuus susu tanteee aahh…, panjang sekali peler kamu ooohh, Didiii…, aahh”.Jeritannya semakin keras dan panjang, denyutan vaginanya semakin terasa menjepit batang penisku yang semakin terasa keras dan tegang.

“Di..?”, dengusannya turun naik.

“Yah uuuhh ada apa tante…”.

“Kamu bener-bener hebat sayang…, ooowwww…, uuuhh.., tan.., tante.., mau keluar hampiiirr…, aahh…”, gerakan pinggulnya yang liar itu semakin tak karuan, tak terasa sudah lima belas menit kami berkutat.

“ooohh memang enaak tante, ooohh…, Tante Mirna. Tante Mirna, ooohh…, tante, ooohh…, nikmat sekali tante, ooohh..” aku bahkan tak mengerti apa maksud kata “keluar” itu. Aku hanya peduli pada diriku, kenikmatan yang baru pertama kali kurasakan seumur hidup. Tak kuhiraukan tubuh Tante Mirna yang menegang keras, kuku-kuku tangannya mencengkeram punggungku, pahanya menjepit keras pinggangku yang sedang asyik turun naik itu, “aahh…, Di.., diii…, tante ke…luaarrr laagiii…, aahh”, vagina Tante Mirna terasa berdenyut keras sekali, seperti memijit batangan penisku dan uuhh ia menggigit pundakku sampai kemerahan. Kepala penisku seperti tersiram cairan hangat di dalam liang rahimnya. Sesaat kemudian ia lemas lagi.

“Tante capek? Maaf tante kalau saya keterlaluan..”.

“mm…, nggak begitu Di, yang ini namanya tante orgasme, bukan kamu yang salah kok, justru kamu hebat sekali…, ah, ntar kamu tahu sendiri deh…, kamu tunggu semenit aja yah, uuuhh hebat”.

Aku tak tahu harus bilang apa, penisku masih menancap di liang kemaluan Tante Mirna.

“Kamu peluk tante dong, mm”.

“Ahh tante, saya boleh lanjutin nggak sih?”.

“Boleh, asal kamu jangan goyang dulu, tunggu sampai tante bangkit lagi, sebentaar aja. Mainin susu tante saja ya?”.

“Baik tante…”.

Kau tak sabar ingin cepat-cepat merasakan nikmatnya “keluar” seperti Tante Mirna. Ia masih diam saja sambil memandangiku yang sibuk sendiri dengan puting susu itu. Beberapa saat kemudian kurasakan liang vaginanya kembali bereaksi, pinggulnya ia gerakkan. Cerita Seks

“Di..”.

“Ya tante?”.

“Sekarang tante mau puasin kamu, kasih tante yang di atas ya, sayang…, mmhh, pintar”.

Posisi kami berbalik. Kini Tante Mirna menunggangi tubuhku. Perlahan tangannya kembali menuntun batang penisku yang masih tegang itu memasuki liang kenikmatannya, dan uuuhh terasa lebih masuk.

Tante Mirna mulai bergoyang perlahan, payudaranya tampak lebih besar dan semakin menantang dalam posisi ini. Tante Mirna berjongkok di atas pinggangku menaik-turunkan pantatnya, terlihat jelas bagaimana penisku keluar masuk liang vaginanya yang terlihat penuh sesak, sampai bibir kemaluan itu terlihat sangat kencang.

“ooohh enaak tante…, oooh Tante Mirna…, oooh Tante Mirna…, ooo tante…, hmm, enaak sekali…, ooohh..” kedua buah payudara itu seperti berayun keras mengikuti irama turun naiknya tubuh Tante Mirna. Agen Poker

“Remeees susu tante sayang, ooohh…, yaahh.., pintar kamu…, ooohh…, tante nggak percaya kamu bisa seperti ini, ooohh…, pintar kamu Didi ooohh…, ganjal kepalamu dengan bantal ini sayang”, Tante Mirna meraih bantal yang ada di samping kirinya dan memberikannya padaku.

“Maksud tante supaya saya bisa…, crup.., crup..”, mulutku menerkam puting panyudaranya.

“Yaahh sedot susu tante lagi sayang…, mm.., yak begitu teruuus yang kiri sayang ooohh”.

Tante Mirna menundukkan badan agar kedua buah dadanya terjangkau mulutku. Decak becek pertemuan pangkal paha kami semakin terdengar seperti tetesan air, liang vaginanya semakin licin saja. Entah sudah berapa puluh cc cairan kelamin Tante Mirna yang meluber membasahi dinding vaginanya. Tiba-tiba aku teringat adegan filn porno yang tadi kulihat, “yap…, doggie style!” batinku berteriak kegirangan, mendadak aku menahan goyangan Tante Mirna yang tengah asyik.



“Huuuhh…, ooohh ada apa sayang?”, nafasnya tersenggal.

“Saya mau pakai gaya yang ada di film, tante”.

“Gaya yang mana, yah…, ada banyak tuh?”.

“Yang dari belakang trus tante nungging”.

“Hmm…, tante ngerti…, boleh”, katanya singkat lalu melepaskan gigitan vaginanya pada penisku.

“Yang ini maksud kamu”, Tante Mirna menungging tepat di depanku yang masih terduduk.

“Iya tante..” Hmm lezatnya, pantat Tante Mirna yang besar dan belahan bibir memek nya yang memerah, aku langsung mengambil posisi dan tanpa permisi lagi menyusupkan penisku dari belakang. Kupegangi pinggangnya, sebelah lagi tanganku meraih buah dada besarnya.

“ooohh…, nggg…, yang ini hebaat Di…, ooohh, genjot yang keras sayang, ooohh…, tambah keras lagi…, uuuhh..”.

“ooohh tante…, taannn..teee…, ooohh…, nikmat tante Mirnaii..”.

Kepalanya menggeleng keras ke sana ke mari, aku rasa Tante Mirna sedang berusaha menikmati gaya ini dengan semaksimal mungkin. Teriakannyapun makin ngawur.

“ooohh…, jangan lama-lama lagi sayang tante mau keluar lagi oooh..” aku menghentikan gerakan dan mencabut penisku.

“Baik tante sekarang…, mm, coba tante berbaring menghadap ke samping, kita selesaikan dengan gaya ini”.

“Goodness! Kamu sudah mulai pintar sayang mmhh”, Tante Mirna mengecup bibirku.

Perintahkupun diturutinya, ia seperti tahu apa yang aku inginkan. Ia menghempaskan badannya kembali dan berbaring menghadap ke samping, sebelah kakinya terangkat dan mengangkang, aku segera menempatkan pinggangku di antaranya. Buah penisku bersiap lagi.

“aahh tante…, uuuhh…, nikmat sekali, ooohh…, tante sekarang Tante Mirna, ooohh…, saya nggak tahan tanteee…, enaak…, ooohh”.

“Tante juga Didi…, Didi…, Didi sayaanggg, ooohh…, keluaar samaan sayaang oooh” kami berdua berteriak panjang, badanku terasa bergetar, ada sebentuk energi yang maha dahsyat berjalan cepat melalui tubuhku mengarah ke bawah perut dan, “Craat…, cratt…, craatt…, crattt”, entah berapa kali penisku menyemburkan cairan kental ke dalam rahim Tante Mirna yang tampak juga mengalami hal yang sama, selangkangan kami saling menggenjot keras. Tangan Tante Mirna meremas sprei dan menariknya keras, bibirnya ia gigit sendiri. Matanya terpejam seperti merasakan sesuatu yang sangat hebat.

Beberapa menit setelah itu kami berdua terkapar lemas, Tante Mirna memelukku erat, sesekali ia mencium mesra. Tanganku tampaknya masih senang membelai lembut buah dada Tante Mirna. Kupintir-pintir putingnya yang kini mulai lembek. Mataku memandangi wajah manis perempuan paruh baya itu, meski umurnya sudah berkepala empat namun aku masih sangat bernafsu melihatnya. Wajahnya masih menampakkan kecantikan dan keanggunannya. Meski tampak kerutan kecil di leher wanita itu tapi…, aah, persetan dengan itu semua, Tante Mirna adalah wanita pertama yang memperkenalkan aku pada kenikmatan seksual. Bahkan dibanding Devi, Rani, Shinta dan teman sekelasku yang lain, perempuan paruh baya ini jauh lebih menarik. Agen BandarPoker

“Tante nggak nyangka kamu bisa sekuat ini, Di..”.

“Hmm…”.

“Betul ini baru yang pertama kali kamu lakukan?”.

“Iya tante..”.

“Nggak pernah sama pacar kamu?”.

“Nggak punya tante…”.

“Yang bener aja ah”.

“Iya bener, nggak bohong kok, tante…, tante nggak kapok kan ngajarin saya yang beginian?”.

“Ya ampuuun..” Ia mencubit genit, “masa sih tante mau ngelepasin kamu yang hebat gini, tahu nggak Di, suami tante nggak ada apa-apanya dibanding kamu..”.

“Maksud tante?”. Cerita panas

“Om Totomu itu kalau main paling lama tiga menit…, lha kamu? Tante sudah keluar beberapa kali kamu belum juga, apa nggak hebat namanya”.

“Ngaak tahu deh tante, mungkin karena baru pertama ini sih…”.

“Tapi menurut tante kamu emang punya bakat alam, lho? Buktinya baru pertama begini saja kamu sudah sekuat itu, apalagi kalau sudah pengalaman nanti…, pasti tante kamu bikin KO…, lebih dari yang tadi”.

“Terima kasih tante..”.

“Untuk?”.

“Untuk yang tadi..”.

“Tante yang terima kasih sama kamu…, kamu yang pertama membuat tante merasa seperti ini”.

“Saya nggak ngerti…”.

“Di.., dua puluh tahun lebih sudah usia perkimpoian tante dengan Om Toto. Tak pernah sedetikpun tante menikmati hubungan badan yang sehebat ini. Suami tante adalah tipe lelaki egois yang menyenangkan dirinya saja. Tante benar-benar telah dilecehkannya. Belakangan tante berusaha memberontak, rupanya dia sudah mulai bosan dengan tubuh tante dan seperti rekannya yang lain sesama pejabat, ia menyimpan beberapa wanita untuk melampiaskan nafsu seksnya. Tante tahu semua itu dan tante nggak perlu cerita lebih panjang lebar karena pasti kamu sudah sering mendengar pertengkaran tante”, Suaranya mendadak serius, tanganku memeluk tubuhnya yang masih telanjang. Ada sebersit rasa simpati mendengar ceritanya yang polos itu, betapa bodohnya lelaki bernama Om Toto. Perempuan secantik dan senikmat ini di biarkan merana.

“Kriiing…, kriiing…, kriiing”, aku terhenyak kaget.

“Celaka..! Pasti…, mmungkin?, tante…, gimana nih?”.

“pssstt..” Ia menempelkan telunjukknya di bibirku lalu tangan tante Mirna mengangkat gagang telfon yang berada di samping tempat tidur. Ia terduduk, masih tanpa busana, pemandangan asyik untukku yang ada tepat di belakangnya.

“Celaka, jangan-jangan…, Om Toto tahu.., Ah nggak munkin mereka sudah sampai di LA..”, batinku merasa khawatir.

“Halooo…, eh Son?”, aku tambah khawatir.

“Udah nyampe kalian..?”.

“ooo…, mereka sudah di…”, hatiku agak lega mendengarnya.

“Lia sama adik kamu gimana?”, ternyata Sonny menelfon dari Amerika. Hanya memberitahu mamanya kalau mereka sudah sampai. Tampak sekali hubungan Om Toto dan istrinya sedang renggang, tak kudengar mereka berbicara. Hanya Sonny dan Julia.

“Kamu nanti kalau balik ke sini bawa oleh-oleh lho?”, tanganku iseng meraba punggungnya yang halus mulus. Tante Mirna melirik nakal sambil terus berbicara. “Apa aja yang penting ada buat Mama…, eh!” ia merasa geli saat aku mencium pinggangnya, aku memeluknya dari arah belakang, tanganku meraba permukaan buah dada itu dan sedikit memijit.

“Ah nggak…, ada nyamuk di kaki Mama…, hmm, trus pacar kamu gimana, kirain jadi ngajak doi ke situ”, kepalaku kini bersandar di atas pahanya, mataku lagi-lagi melirik buah dada itu, tangankupun, “ahh…, aduh nyamuknya banyak sekarang yah, ooo Mama kan belum tutup jendela…, hmm..” mata Tante Mirna terpejam begitu tanganku menyentuh permukaan buah dadanya, merayap perlahan menyusuri kelembutan bukit indah itu menuju puncak dan, ” mm a..” aku memintir putingnya yang coklat kemerahan itu. “Mama lagi baca ini lho artikel masakan khas Amerika latin kayaknya nikmat ya?” telapak tanganku mulai lagi, meremasnya satu persatu, “Hmm”, Tante Mirna rupanya pintar juga membuat alasan pada anaknya.

Sambil terus berbicara di telepon dengan sebelah tangannya ia meraih penisku yang mulai tegang lagi. Aku hampir saja lupa kalau ia sedang on line, hampir saja aku mendesah. Untung Tante Mirna cepat menyumbat mulutku dengan tangannya. Nyaris saja.

“Eh, kakakmu gimana prestasinya”, jari telunjuk Tante Mirna mengurut tepat di leher bawah kepala penisku, semakin tegang saja, shitt…, aku nggak bisa bersuara. Aku tak tahan dan beranjak turun dari tempat tidur itu dan langsung berjongkok tepat di depan pahanya di pinggiran spring bed, menguak sepasang paha montok dan putih itu ke arah berlawanan.

“mmhh…, aahh…, oh nggak, Mama cuma sedikit kedinginan…, uuuhh” lidahku langsung mendarat di permukaan segitiga terlarang itu.

“ssshh yaa…,enakkk..”, Tante Mirna sedikit keceplosan.

“Ini…, nih, Mama tadi dibawain fried chicken sama tante Maurin” ia beralasan lagi.

Lidahku kian mengganas, kelentit sebesar biji kacang itu sengaja kusentuh.

“mm fuuuhh…, Mama ngantuk nih…, mau bobo dulu, capek dari kerja tadi, yah?

“Udahan dulu ya sayang…, besok Mama yang telfon kalian…, daah”, diletakkannya gagang telepon itu lalu Tante Mirna mematikan sistem sambungannya.

“Lho kok dimatiin teleponnya tante?”.

“Tante nggak mau diganggu siapapun malam ini, malam ini tante punya kamu, sayang. Tante akan layani kamu sampai kita berdua nggak kuat lagi. Kamu boleh lakukan apa saja. Puaskan diri kamu sayang aahh”, aku tak mempedulikan kata-katanya, lidahku sibuk di daerah selangkangannya.

Malam itu benar-benar surga bagi kami, permainan demi permainan dengan segala macam gaya kami lakukan. Di karpet, di bathtub, bahkan di ruang tengah dan di meja kerja Om Toto sampai sekitar pukul tiga dini hari. Kami sama-sama bernafsu, aku tak ingat lagi berapa kali kami melakukannya. Seingatku disetiap akhir permainan, kami selalu berteriak panjang. Benar-benar malam yang penuh kenikmatan.

Aku terbangun sekitar jam 11 siang, badanku masih terasa sedikit pegal. Tante Mirna sudah tidak ada di sampingku.

“Tante..?” pangilku setengah berteriak, tak ada jawaban dari istri Om Toto yang semalam suntuk kutiduri itu. Aku beranjak dari tempat tidur dan memasang celana pendek, sprei dan bantal-bantal di atas tempat tidur itu berantakan, di banyak tempat ada bercak-bercak bekas cairan kelamin kami berdua. Aku keluar kamar dan menemukan secarik kertas berisi tulisan tangan Tante Mirna, ternyata ia harus ke tempat kerjanya karena ada kontrak yang harus dikerjakan.

“Hmm…, padahal kalau main baru bangun tidur pastilah nikmat sekali”, pikiranku ngeres lagi.

Aku kembali ke kamar Tante Mirna yang berantakan oleh kami semalam, lalu dengan cekatan aku melepas semua sprei dan selimut penuh bercak itu. Kumasukkan ke mesin cuci. Tiga puluh menit kemudian kamar dan ruang kerja Om Toto kubuat rapi kembali. Siap untuk kami pakai main lagi.

“Fuck..! Aku lupa sekolah…, ampuuun gimana nih”, Sejenak aku berpikir dan segera kutelepon Tante Mirna di kantornya.

“Halo PT. Chandra Asri International, Selamat pagi”, suara operator.

“Ya Pagi.., Bu Mirna ada?”.

“Dari siap, pak?”.

“Bilang dari Sonny, anaknya..”.

“Oh Mas sonny”.

“Huh dasar sok akrab”, umpatku dalam hati.

“Halo Son, sorry Mama nggak nelpon kamu pagi ini…, Mama telat bangunnya” aku diam saja.

“Halo…, halo…, Son.., Sonny”.

“Saya, Tante. Didi bukan Mas Sonny…”.

“Eh kamu sayang…, gimana? mau lagi? Sabar ya, tungguin tante..”.

“Bukan begitu tante.., tapi saya jadi telat bangun…, nggak bisa masuk sekolah”.

“Oooh gampang.., ntar tante yang telepon Pak Yogi, kepala sekolah kamu itu…, tante bilang kamu sakit yah?”.

“Nggak ah tante, ntar jadi sakit beneran..”.

“Tapi emang benar kan kamu sakit…, sakit.., sakit anu! Nah lo!”.

“aah, tante…, tapi bener nih tante tolong sekolah saya di telepon yah?”.

“Iya…, iya.., eh Di.., kamu kepingin lagi nggak..”.

“Tante genit”.

“Nggak mau? Awas lho Tante cari orang lain..”.

“Ah Tante, ya mau dong…, semalam nikmat yah, tante..”.

“Kamu hebat!”.

“Tante juga…., nanti pulang jam berapa?”.

“Tunggu aja…, sudah makan kamu?”.

“Belum, tante sudah?”.

“Sudah…, mm, kalau gitu kamu tunggu aja di rumah, tante pesan catering untuk kamu…, biar nanti kamu kuat lagi”.

“Tante bisa aja…, makasih tante..”.

“Sama-sama, sayang…, sampai nanti ya, daahh”.

“Daah, tante”.

Tak sampai sepuluh menit seorang delivery service datang membawa makanan.

“Ini dari, Bu Mirna, Mas talong ditandatangan. Payment-nya sudah sama Bu Mirna”.

“Makasih, mang..”.

“Sama-sama, permisi..”.

Aku langsung membawanya ke dalam dan menyantapnya di depan pesawat TV, sambil melanjutkan nonton film porno, untuk menambah pengalaman. Makanan kiriman Tante Mirna memang semua berprotein tinggi. Aku tahu benar maksudnya. Belum lagi minuman energi yang juga dipesannya untukku. Rupanya istri Om Toto itu benar-benar menikmati permainan seks kami semalam, eh aku juga lho…, kan baru pertama. Sambil terus makan dan menyaksikan film itu aku membayangkan tubuh dan wajah Tante Mirna bermain bersamaku. Penisku terasa pegal-pegal dibuatnya. Huh…,aku mematikan TV dan menuju kamarku. Cerita Seks Tante Agen Sakong

“Lebih baik tidur dan menyiapkan tenaga…”, aku bergumam sendiri dalam kamar.Sambil membaca buku pelajaran favorit, aku mencoba melupakan pikiran-pikiran tadi. Lama-kelamaan akupun tertidur. Jam menunjukkan pukul 12.45.

Sore harinya aku terbangun oleh kecupan bibir Tante Mirna yang ternyata sudah ada di sampingku.

“Huuuaah…, jam berapa sekarang tante?”.

“Hmm.., jam lima, tante dari tadi juga sudah tidur di sini, sayang kamu tidur terlalu lelap. Tante sempat tidur kurang lebih dua jam sejak tante pulang tadi, gimana, kamu sudah pulih..”.

“Sudah dong tante, empat jam lebih tidur masa sih nggak seger..”, kami saling berciuman mesra, “crup…, crup”, lidah kami bermain di mulutnya.

“Eh…, tante mau jajan dulu ah…, sambil minum teh, yuuk di taman. Tadi tante pesan di Dunkin…, ada donat kesukaan kamu”, ia bangun dan ngeloyor keluar kamar.

“Uh.., Tante Mirna..”, gumamku pelan melihat bahenolnya tubuh kini terbungkus terusan sutra transparan tanpa lengan. Bayangan CD dan BH-nya tampak jelas.

Aku masih senang bermalas-malasan di tempat tidur itu, pikiranku rasanya tak pernah bisa lepas dari bayangan tubuhnya. Beberapa saat saja penisku sudah tampak tegang dan berdiri, dasar pemula! Sejak sering tegang melihat tubuh Tante Mirna sebulan belakangan ini, aku memang jarang memakai celana dalam ketika di rumah agar penisku bisa lebih leluasa kalau berdiri seperti ini.

“Hmm, tante Mirna…, aahh” desahku sambil menggenggam sendiri penisku, aneh…, aku membayangkan orang yang sudah jelas bisa kutiduri saat itu juga, tak tahulah…, rasanya aku gila!

Tanganku mengocok-ngocok sendiri hingga kini penis besar dan panjang itu benar-benar tegak dan tampak perkasa sekali. Aku terus membayangkan bagaimana semalam kepala penis ini menembus dan melesak keluar masuk vagina Tante Mirna. Kutengok ke sana ke mari.

“Tante..”, panggilku.

“Di dapur, sayang”, sahutnya setengah berteriak, aku bergegas ke situ, kulihat ia sedang menghangatkan donat di microwave. Dan…, uuuhh, tubuh yang semalam kunikmati itu, dari arah belakang…, bayangan BH dan celana dalam putih di balik gaun sutranya yang tipis membuatku berkali-kali menelan ludah.

“uuuhh tante…, sayang”, tak sanggup lagi rasanya aku menahan birahiku, kupeluk ia dari belakang, sendok yang ada di tangannya terjatuh, penisku yang sudah tegang kutempelkan erat di belahan pantatnya.

“Aduuuhh…, Didi nakal kamu ah..” ia melirikku dengan pandangan menggoda. Aku semakin berani, tangan kananku meraih buah dada Tante Mirna dari celah gaun di bawah ketiaknya. Lalu tangan kiriku merayap dari arah bawah, paha yang halus putih mulus itu terus ke arah gundukan kemaluannya yang masih berlapis celana dalam. Telunjuk dan jari tengahku langsung menekan, mengusap-usap dan mencubit kecil bibir kemaluannya.

“Ehhmm…, nnggg…, aahh…, nakaal, Didi”.

“Tante…, tante, saya nggak tahan ngeliat tante…, saya bayangin tubuh tante terus dari tadi pagi” Judi Bola Terpercaya Tangan kiriku menarik ujung celana dalam itu turun, ia mengangkat kakinya satu persatu dan terlepaslah celana dalamnya yang putih. Kutarik cup BH-nya ke atas hingga tangan kananku kini bebas mengelus dan meremas buah dadanya. Dengan gerak cepat kulorotkan pula celana dalam yang kupakai lalu bergegas tangan kiriku menyingkap gaun sutranya ke atas. Kudorong tubuh Tante Mirna sampai ia menunduk dan terlihaylah dengan jelas celah vaginanya yang masih tampak tertutup rapat. Aku berjongkok tepat di belakangnya.

“Idiiihh, Didi. Tante mau diapain nih..”, katanya genit. Lidahku menjulur ke arah vaginanya. Aroma daerah kemaluan itu merebak ke hidungku, semakin membuatku tak sabar dan…, “huuuhh…, srup.., srup.., srup”, sekali terkam bibir vagina sebelah bawah itu sudah tersedot habis dalam mulutku.

cewe nakal

“aahh.., Didi…, enaakkk..”, jerit perempuan setengah baya itu, tangannya berpegang di pinggiran meja dapur.

“aawwww…, geliii”, kugigit pantatnya. Uuh, bongkahan pantat inilah yang paling mengundang birahiku saat melihatnya untuk pertama kali. Mulus dan putih, besar menggelembung dan montok.

Lima menit kemudian aku berdiri lagi setelah puas membasahi bibir vaginanya dengan lidahku. Kedua tanganku menahan gerakan pinggulnya dari belakang, gaun itu masih tersingkap ke atas, tertahan jari-jari tanganku yang mencengkeram pinggulnya. Dan hmm, kuhunjamkan penis besar dan tegang itu tepat dari arah belakang, “Sreeep…, Bleeesss”, langsung menggenjot keluar masuk memek Tante Mirna. Cerita Sex Tante

“aahh…, Didi…, enaak…, huuuhh tante senang yang ini ooohh..”

“Enak kan tante…, hmm…, ooohh…, agak tegak tante biar susunya…, yaakkk oooh enaakk”.

“Yaahh…, tusuk yang keras…, hmm…, tante nggak pernah gini sebelumnya…, ooohh enaakk pintarnya kamu sayaang…, ooohh enaak…, terus…, terus yah tarik dorong keeeraass…, aahh…, kamu yang pertama giniin tante, Di…, ooohh…, ssshh..”, hanya sekitar tiga menit ia bertahan dan, “Hooohh…, tante…, mauuu…, keluar…, sekarang…, ooh hh…, sekarang Di, aahh…”.memek menjepit keras, badannya tegang dengan kepala yang bergoyang keras ke kiri dan ke kanan.

Aku tak mempedulikannya, memang sejenak kuberi ia waktu menarik nafas panjang. Aku membiarkan penisku yang masih tegang itu menancap di dalam. Ia masih menungging kelelahan.

“Balik tante..”, Pintaku sambil melepaskan gigitan di kemaluannya.”Apalagi, sayang…, ya ampun tante nggak kuat.., aahh”.

Aku meraih sebuah kursi.ia mengira aku akan menyuruhnya duduk, “Eiih bukan tante, sekarang tante nyender di dinding, Kaki kiri tante naik di kursi ini..”.

“Ampuuun, Didi…, tante mau diapain sayang..”, ia menurut saja.

Wooow! Kudapatkan posisi itu, selangkangan itu siap dimasuki dari depan sambil berdiri, posisi ini yang membuatku bernafsu. Agen Bandar66

“Sekarang tante…, yaahh..”, aku menusukkan penisku dari arah depannya, penisku masuk dengan lancar. Tanganku meremas kedua susunya sedangkan mulut kami saling mengecup.

“mmhh…, hhmm..”, ia berusaha menahan kenikmatan itu namun mulutnya tertutup erat oleh bibirku.

Hmm, di samping kanan kami ada cermin seukuran tubuh. Tampak pantatku menghantam keras ke arah selangkangannya. Penisku terlihat jelas keluar masuk vaginanya. Payudaranya yang tergencet dada dan tanganku semakin membuatku bernafsu.

“Cek.., cek.., cek”, gemercik suara kemaluan kami yang bermain di bawah sana. Kulepaskan kecupanku setelah tampak tanda-tanda ia menikmatinya.

“uuuhh hebaat…,, kamu sayang…, aduuuh mati tante…, aahh enaak mati aku Di, ooohh…, ayo keluarin sayang…, aahh tante capeeekkk…, sudah mau sampai lagi niiih aahh..” wajahnya tampak tegang lagi, pipinya seperti biasa, merah, sebagai tanda ia segera akan orgasme lagi.

Kupaksakan diriku meraih klimaks itu bersamaan dengannya. Aku agaknya berhasil, perlahan tapi pasti kami kemudian saling mendekap erat sambil saling berteriak keras.

“aahh…, tante keluaar..”.

“Saya juga tante huuhh…, nikmat.., nikmat…, ooohh…, Tante Mirna…, aahh”, dan penisku, “Crat.., crat.., crat.., seeer”, menyemprotkan cairannya sekitar lima enam kali di dalam liang vagina Tante Mirna yang juga tampak menikmati orgasmenya untuk kedua kali.

“Huuuhh…, capeeekk…, sayang” ia melepaskan pelukannya dan penisku yang masih menancap itu. Hmm, kulihat ada cairan yang mengalir di pahanya bagian dalam, ada yang menetes di lantai.

“Mau di lap tante?”, aku menawarkan tissue.

“Nggak sayang…, tante senang, kok. Tante bahagia…, yang mengalir itu sperma kamu dan cairan kelamin tante sendiri. Tante ingin menikmatinya..”, ia berkata begitu sambil memberiku sebuah ciuman.

“Hmm.., Tante Mirna..”, Kuperbaiki letak BH dan rambutnya yang acak-acakan, kemudian ia kembali menyiapkan jajanan yang sempat terhenti oleh ulah nakalku.

Aku kembali ke kamar dan keluar lagi setelah mengenakan baju kaos. Tante Mirna telah menunggu di taman belakang rumahnya yang sangat luas, kira-kira sekitar 25 acre. Kami duduk santai berdua sambil bercanda menikmati suasana di pinggiran sebuah danau buatan. Sesekali kami berciuman mesra seperti pengantin baru yang lagi haus kemesraan. Jadilah dua minggu kepergian keluarga Om Toto itu surga dunia bagiku dan Tante Mirna. Kami melakukannya setiap hari, rata-rata empat sampai lima kali sehari!

Menjelang sore, Tante Mirna mengajakku mandi bersama. Bisa ditebak, kami melakukannya lagi di bathtub kamar mandi mewah itu. Saling menyabuni dan…, hmm, bayangin sendiri deh. Itulah pengalaman pribadiku saat pertama mengenal Cerita seks bersama guru seks-ku yang sangat cantik, Tante Mirna.

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com
domino99,