Tampilkan postingan dengan label BABY. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BABY. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 April 2023

MAIN SAMA PACAR YANG MASIH LUGU

 http://202.95.10.206/


Sore itu waktu aku sampe dikantor aku disuruh leader ku untuk fotokopi,naah beranjaklah aku ke tempat fotokopi disebelah perusahaanku tersebut. Saat sampai di tempat fotokopi tersebut ada pemandangan yang gak biasa aku lihat yaitu sosok gadis seksi dengan paras lumayan cantik dan body yang sangat aduhai. Ternyata gadis itu adalah kariawan fotokopi tersebut. Pertama aku berlagak biasa saja walaupun sebenarnya aku ingin kenalan sama gadis itu. Setelah aku selesai fotokopi aku kembali ke kantor dengan rasa penasaran siapa cewek itu sebenarnya

Keesokan harinya aku kembali ke tempat fotokopi tersebut berniat untuk mengajak kenalan gadis tersebut tapi dengan modus aku fotokopi. Dan tak kusangka ternyata gadis itu judes, aku mengajaknya berbicara tapi gadis itu diam saja. Kemudian timbulah dalam fikiranku untuk bias menikmati tubuhnya yang seksi tersebut.

Beberapa hari kemudian aku bertanya pada teman kantorku ternyata ada yang kenal dengan pegawai fotokopi tersebut kemudian aku meminta no hp dan pin bbm nya. Ternyata gadis itu namanya Shintya, umurnya sekitar 20tahunan. Lalu aku langsung nginvite bbm nya dan tak lama ternyata bbmku langsung diterimanya, tapi aku mebiarkannya saja dulu.

Cerita Sex Perawan,Cerita Dewasa,Cerita Perawan Abg,Remaja Perawan,Cerita Seks Perawan

Suatu malam di bbm nya shintya memasang foto yang cantik banget kemudian aku mencoba menggodanya dengan bbm dan ternyata tak kuduga gadis itu membalas bbm ku dengan baik. Aku lantas berfikir ternyata gadis ini enggak judes, mungkin aja belum kenal maka terliat judes.

Setelah beberpa hari aku bbm’an dengan shintya aku beranikan diri untuk mengajaknya makan siang dan diapun ternyata mau. Lalu aku menjemputnya ditempat ia bekerja lalu aku menuju suatu rumah makan sederhana. Sambil makan aku bertanya “apa gak ada yang marah niiih kalo kita makan berdua gini”, “aaahh gak ada orang aku jomblo kok mas” jawab shintya. Dalam hati aku berkata yes aku ada kesempatan. Selang 20 menitan kita selesai maan lalu aku mengantarnya kembali ketempatnya bekerja dan akupun kembali bekerja.

Seminggu kemudian waktu malam minggu aku mengajaknya keluar untuk makan malam.aq mengajaknya disebuah cafe didaerahku. Aku bertekat untuk menyatakan perasaanku kepadanya malam itu entah diterima atau tidak. Disela-sela makan aku bercanda dengannya seolah kita sudah akrab lama. Obrolanpun aku juruskan menuju pernyataan cintaku padanya. Seleai makan tepatnya sebelum pulang aku menyatakan perasaanku padanya dan diapun diam sejenak mendengarkan pernyataanku tersebut. Akupun berfikir “waaah aku pasti bakal ditolak” dan ternyata tak sesuai dugaanku shintya pun menerima cintaku. Perasaanku sangat bahagia sekali.

Setelah shintya menerima cintaku akupun lantas mengantarnya pulang. Sesampainya dirumahnya terlihat rumahnya sangat sepi. Ternyata dia hanya tinggal dirumah berdua sama neneknya karena kedua orangtuanya berada diluar jawa untuk bekerja. Aku sampai dirumahnya sekitar jam 9 malam belum malam-malam banget siih tapi aku memutuskan untuk berpamitan pulang, tapi ketika aku berpamitan untuk pulang ternyata shintya malah menahanku untuk tidak pulang dulu, dia meminta agar aku menemaninya sebentar karena ternyata neneknya sedang ada drumah om nya tidak jauh dari tempat tinggal shintya.

“Timbulah pikiran kotorku siapa tau aku bias langsung menikmati tubuh shintya”. Akupun mengiyakan permintaan shintya dan menemaninya. Gurauan dan candaan pun menghiasi obrolan kita sampai2 tak sengaja tanganku mengenai payudaranya. Langsung candaan kita berhenti dan kita saling bertatap muka. Tanpa berpikir panjang aku langsung mendekatkan wajahku kewajah shintya dan tak kusangka ternyata dia hanya diam saja seaakan memberi tanda untuk aku segera menciumnya. Tak lama aku langsung mencium bibirnya, diapun membalas ciumanku dengan mesra. Lidahku mulai bergerilya didalam rongga mulutnya diapun membalas lidahku. Kita saling menikmati ciuman tersebut.

Tak lama tanganku mulai memegang payudaranya dan diapun diam saja, aku lalu meremas-remas payudranya yang kutaksir sekitar 36 itu. Kurasakan penisku mulai tegang. Ciumanku mulai sampai keleher shintya, aku sengaja membuatnya terangsang. Sambil berciuman aku memasukan tanganku untuk masuk kedalam kaosnya, dan masuklah tanganku. Besar sekali rasa payudaranya saat kupegang. Diapun mulai mendesis pelan. Aku semakin bernafsu, kupegang tangannya dan kuarahkan kepenisku yang sudah sangat keras sekali. Dengan tanpa kusuruh tanganya pun mulai meremas penisku.

Setelah kurasa kita berdua terangsang aku mulai membuka kaos yang dia kenakan dan bra merah yg dia pakai, aq menjilati putting susunya dia mulai merintih keenakan terus tanganku juga mulai masuk kedalam celananya mengobok-ngobok memknya dengan jariku. Shintya lalu membuka resetlingku dan mengeluarkan penisku dari celana dan dengan ganasnya diapun langsung mengulum penisku. Aku merasakan sangat nikmat sekali. Akupun membiarkanya menikmati penisku yang besar itu.

Setelah sekitar 5 menit shintya mengulum penisku, aku membuka celana dan celana dalam nya lalu aku rebahkan dia disofa. Perlahan aku mulai masukkan penisku kedalam memeknya “Bleeeeesssss” penisku masuk liang senggamanya. Aku memaju mundurkan pelan-pelan.

“Aaaaahhhhhh….Aaaahhhhhh….” desah shintya. Aku terus memompanya “Plooook…Ploook…Ploook…”. Aq pandang wajah shintya dia sangat menikmatinya. Setelah beberapa menit aku menarik tangannya dan meminta dia diatasku, diapun menurutinya. Dia terus bergoyang memainkan perannya diatas. Tak lama dia bergoyang shintya berteriak lirih “Say…Saayyyaaank…Aku keluuuaaarr…” akhirnya dia orgasme untuk yang pertama.

Setelah aku merasa bosan dengan gaya itu lalu memintanya untuk nungging, kumasukkan lagi penisku yang keras itu kedalam memeknya dari belakang. Kusodok secara cepat (aku berfikir agar aku segera keluar sebelum nenknya pulang). Shintya merintih “Aaaahhhh….Sayank..pelaan pelaaaan” tapi aku tidak mempedulikannya aku terus menyodoknya dari belakang secara cepat sehingga terdengar suara “ploooook…plooook…plooook” sangat keras..

Kurang lebih 10 menit aku menyodoknya dari belakang, aku merasakan badanku bergetar, aku merasa melayang sampai terasa di ubun-ubunku. Dan akhirnya “Crrooooottt…..Crooottthhh….Croootttttt…” tak terkira berapa kali aku menyemprot liang rahimnya dan aku membiarkan sejenak penisku tertancap di memeknya. Setelah itu kita saling berpakaian, kita membersihkan badan kita hanya dengan tisu yang ada dimeja tamu.

Setelah kita berpakaian aku melihat wajah shintya terdiam murung, kemudian aku bertanya.

“kamu kenapa sayank”

“kenapa tadi keluarkan didalam,nanti kalo aku hamil gimana” jawab shintya

“gak papa sayank,kn Cuma sekali,besok-besok nggak aku keluarkan didalam lagi deeh” jawabku meyakinkannya

“pokoknya kalau aku hamil kamu harus bertanggung jawab” cetus shintya

“iya sayank, aku pasti tanggung jawab kok” jawabku agar shintya merasa tenang

“janji ya” shintya meminta janji

“iya janji sayank” jawabku sambil mengecup keningnya.

Tak berapalama neneknya pulang diantar om nya, dan aku berjabat tangan sambil aku berpamitan untuk pulang. Dan sesudah kejadian malam itu aku dan shintya sering melakukan hubungan intim, baik dirumahku waktu rumahku sepi, baik dirumah shintya, kadang week end kalau gak ada tempat kita juga kehotel untuk melampiaskan birahi kita berdua.

http://202.95.10.206/


Jumat, 14 April 2023

SEPUPU YANG LAGI HAMIL SANGAT MENGODA

 

http://202.95.10.206/


Nama sepupu gue ini adalah citra dan suaminya Budi. gue memanggil sepupu gue itu dengan sebutan mbak citra karena dia lebih tua dari gue. dia adalah pengantin baru dan tengah hamil. gue berangkat ke kota S pada hari sabtu dan langsung menuju rumah mbak citra.

sampai dirumahnya gue langsung disambut dengan baik. “lama ya gak jumpa” ucap gue. “ya, terakhir kali kita ketemu 1 tahun lalu”. “waahh… sudah hamil mbak?” tanya gue ke dia. “iya nih, udah jalan 5 bulan” jawab dia. “tambah seksi aja mbak” canda gue.

“hehe.. bisa aja kamu ini”.. “ngomong-ngomong mas budi kemana? kok sepi amat”, tanya gue. “oh.. dia lagi kerja, ntar lagi pulang” jawab dia. “oh ya.. kamar kamu di belakang ya” tambahnya.

oke.. aku langsung kekamar ya”.. sampai dikamar, gue langsung tiduran, tiba-tiba setan menghampiri pikiran gue. gue langsung menghayal mbak citra tadi yang lagi hamil, “seksi dan montok banget.. gimana ya rasanya kalau gue entotin dia? pasti mantap” ucap gue dalam hati.

tak terasa gue ketiduran dan tiba-tiba gue dibangunin oleh mas budi untuk makan malam, kamipun langsung makan malam bertiga. selesai makan gue pamit untuk melanjutkan tidur, karena masih ngantuk habir perjalanan tadi siang.

cerita ngewe sepupu hamil

gue langsung kekamar untuk tidur. tengah malam gue terbangun karena kebelet ke kamar mandi. setelah selesai dari kamar mandi, gue mendengar suara wanita yang sedang mendesah seperti sedang ML. gue cari sumber suara tadi dan ternyata suara itu berasal dari kamar mbk citra dan mas budi.

gue langsung lihat apa yang sedang terjadi didalam kamar, gue lihat dari atas pintu yang ada celah kecil sambil berdiri diatas kursi. dan ternyata yang gue lihat adalah mbak citra yang sedang telanjang bulat sedang nungging dan mas budi yang sama-sama telanjang sedang entotin mbak citra dari belakang.

pemandangan yang sangat indah. gue tontonin mereka berdua yang sedang bersenggama sampai tak terasa jika gue sedang nonton mereka selama 1 jam sambil berdiri. setelah selesai gue langsung ke kamar mandi lagi untuk onani karena seudah tidak tahan lagi dengan yang gue lihat barusan.

setelah hasrat gue tersalurkan gue langsung tidur kembali. pagi harinya gue lihat mas budi lagi bersiap-siap kerja. tiba-tiba mas budi berkata “di.. titip mbak citranya ya, mas mau keluar kota ada tugas kerja selama 2 minggu” . “oke mas” ucap gue.

setelah mas budi pergi, gue pun pergi untuk magang didaerah itu. gue pulang sore sampai dirumah gue ketuk pintu karena pintunya terkunci, lama sekali mbak citra membuka pintunya. setelah 10 menit mbak citra membuka pintu dengan hanya memakai handuk yang melilit tubuh seksinya itu. hal itu membuat gue jadi bengong melihat tubuhya.

“heh.. liat apa? seksi kan?” tanya mbak citra mengagetkan gue “hehe… iya mbak, seksi banget” jawab gue… sampai di kamar gue masih membayangkan mbak citra yang memakai handuk tadi, gue langsung membuka laptop dan gue tonton film porno yang memenuhi laptop gue.

gue tonton sambil onani dikamar dan membayangkan gue lagi ngentot dengan mbak citra. malam harinya gue makan malam bersama mbak citra, setelah makan gue langsung ke kamar lagi.

pada jam 9 gue keluar kamar dan gue pun terkejut banget dengan apa yang gue lihat sekarang. mbak citra lagi telanjang sambil nonton film porno diruang tamu sambil meremas-remas toketnya dan meraba-raba selangkangannya, tampaknya dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia tidak menyadari kalo gue sedang asik menonton apa yang dia lakukan.

cerita sex ngewe sama cewek hamil

gue langsung hampiri dia dari belakang dan gue langsung meremas-remas toket gedenya dari belakang. dia terkejut karena ada yang meremas toketnya dari belakang “di.. apa yang kamu lakukan” tanya dia. “tenang mbak, aku akan memuaskan mbak malam ini” jawab gue sambil meremas toketnya. dan nampaknya dia setuju, karena dia menikmati apa yang gue lakukan.

gue remas-remas toketnya dan gue pilin putingnya. “ahh…” desahnya. gue langsung pindah kesampingnya, gue langsung melumat toketnya seperti bai yang sedang menyusu. gue melumat toketnya sambil meraba-raba perut buncitnya, sampailah tangan gue keselangkangannya, gue raba-raba dan dia tampak sangat menikmatinya.

gue pindah ke depannya sambil jongkok gue jilati memeknya, tercium bau khas memek wanita. gue masukkan lidah gue ke memeknya sambil gue remas toketnya. 5 menit gue diposisi itu dan diapun orgasme yang pertama.

kami beristirahat sejenak mengumpulkan tenaga. setelah selesai istirahat dia yang gantian menjilati kontol gue, dia masukkan kontol gue ke mulutnya. rasanya seperti melayang diposisi itu. “pindah kekamar yuk mbak?” ucap gue.. “oke, tapi gendong ya?” jawab dia dengan manja.

Gue langsung gendong dia menuju kamarnya. sampai dikamar gue tidurin dia dikasurnya. gue lumat bibirnya. kami saling melumat bibir. gue lepas lumatan gue dibibirnya dan gue tanya “Sudah siap mbak?” sambil menunjuk kontol gue. dan dia mengerti apa yang gue katakan “oke,, puasin mbak malam ini ya?” jawab dia.

Gue langsung mengambil posisi, gue angkat kedua kakinya keatas dan gue langsung tancapkan kontol gue yang lumayan besar ke memeknya. blesss… langsung menancap semua diikuti erangan dia. langsung due entot dia dengan tempo lambat. perlahan gue tingkatkan tempo, semakin cepat gue entot memeknya sambil meremas kedua tokenya

“aahhhh…… hmmmm… lebih cepat sayaaaaangg…” ucap dia… Gue langsung percepat genjotan gue, 5 menit kemudia dia orgasme yang kedua. gue cabut kontol gue, dan suruh mbak citra untuk nungging, karena gue ingin mencoba posisi kesukaan gue “doggy style”.

dari belakang terlihat semua, pantatnya yang semok banget, anusnya, dan memeknya yang sudah memerah membuat gue bergairah lagi. gue langsung tancapkan kontol gue dari belakang. sambil gue remas toketnya, gue langsung genjot dengan tempo cepat. mbak citra sangat menikmati permainan ini.

dia hanya mengeluarkan erangan-erangan kenimatan. 30 berlalu kami masih diposisi itu, tampaknya mbak citra sekarang kuat banget. beberapa menit kemudian dia berkata “sayang…. aa…a..aku mau nyampeeekk.. nih…” mendengar seperti itu langsung gue percepat lagi genjotan gue, dan tiba-tiba kontol gue serasa dijepit keras banget dan terasa hangat sekali, rupanya dia orgasme lagi yang ketiga.

tapi gue masih belum orgasme sekalipun, gue tidak memikirkan mbak citra yang sudah lelah gue masih genjot dia dengan cepat, dan 5 menit kemudian “aahhh….” gue semburin sperma gue semua kedalam memeknya. merasa kelelahan kamipun tidur bersama dalam keadaan telanjang.

pagi harinya gue terbangun dan mbak citra sudah tidak ada lagi, setelah ku cari ternyata dia sedang didapur menyiapkan sarapan pagi. gue menghampiri dia masih dalam keadaan telanjang bulat karena ku pikir hanya kami yang ada dirumah ini.

dari belakang kulihat mbak citra hanya memakai daster tipis transparan dan tidak memakai apa-apa lagi. gue langsung peluk dia dari belakang, gue remas-remas toketnya, gue tempelin kontol gue yang sudah mengeras ke belahan pantatnya, terasa sekali karena dia tidak memakai celana dalam. dari belakang gue cium dia.

gue angkat daster bawahnya, gue masukin kontol gue dari belakang. kamipun bercinta lagi didapur, gue genjot dia dari belakang dan dia sambil memasak. gue genjot selama 10 kamipun sampai klimaks bersamaan, gue semburin sprema gue ke memeknya lagi. setelah itu kami memutuskan untuk mandi bersama. didalam kamar mandi gue sabunin mbak citra gue sambil gue remas-remas toketnya.

Setelah mandi kami sarapan bersama. masih dalam keadaan telanjang bulat kami sarapan. jam 8 gue berangkat untuk magang, sebelum berangkat kami saling cium. layaknya suami istri. kami melakukan percintaan ini hampir setiap hari selama 2 minggu. sebelum sarapan pagi, setelah pulang magang, malam hari kami terus melakukan percintaan ini.

minimal kami melakukannya 2 kali sehari, entah itu diruang tamu, dapur, kamar mandi, kamar mbak citra, atau dikamar gue. kami melakukannya. sampai 2 minggu dan mas budi pulang dia tidak tahu apa yang sudah kami lakukan selama 2 minggu tanpa dirinya.kadang kami masih melakukannya ketika mas budi dirumah. kami melakukannya secara diam-diam. ketika mas budi kerja atau pada malam hari ketika mas budi terlelap tidur.

pernah kami melakukannya setelah mas budi dan mbak citra selesai bercinta, karena mbak citra tidak puas dengan permainan mas budi, mbak citra diam-diam ke kamar gue dan membangunkan gue untuk bercinta lagi dengan gue. Gue dirumah mbak citra selama 3 bulan dan selama itu gue dan mbak citra hampir setiap hari bercinta.

itu juga berguna untuk membantu kelancaran kelahiran bayinya nanti karena wanita yang melakukan senggama saat sedang hamil bisa membantu proses persalinannya nanti. setelah 3 bulan gue pamit pulang ke mereka berdua, tapi sebelum pulang gue minta hadiah perpisahan dari mbak citra untuk bercinta lagi dengan gue.

Untunglah mas budi kerja sampai malam hari ini jadi, kami bisa bercinta seharian, ketika lelah kami berhenti istirahat lalu melakukannya lagi sampai mas budi pulang malam harinya.

http://202.95.10.206/


Senin, 10 April 2023

CERITA DOKTER DAN PASIEN ENAK ENAKAKAN



http://202.95.10.206/


 Sudah belasan tahun waktu aku melakukan praktik di sebuah kawasan yang ada di ibu kota, jumlahku lumayan banyak dan rata-rata berasal dari kelas mnengah ke bawah. Meskipun aku sudah sangat senang mengurus pasien, namun aku masih tidak berani membina rumah tangga, karena aku benar-benar ingin bahagia dengan kehidupanku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dicapai dengan mudah bila kantongku tebal, simpananku di bank dan rumahku besar.

Namun saya tidak pernah menampilkan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, meskipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di arsitektur kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.

Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.

Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata rasa sakitnya sangat buruk bila ditinjau dari obat-obatan, hanya flu berat disertai efek yang kurang, jadi dengan obat yang biasa diberikan bagi mereka yang memperoleh obat malam, si ibu dapat mengatasi penyakit ringannya.

Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta matahari terbenam sampai kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar lagi. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.

Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera dimulai dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkiraan baru sekitar awal dua puluhan.

“Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, meskipun di luar terlihat pemandangan hujan masih mendayu dayu.

“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.

Dan untuk melewati waktu, saya banyak bertanya kepada mereka, yang ternyata bernama Sri.

Ternyata Sri janda tanpa anak, meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Sri tetap menjanda. Sri sekarang bekerja di pabrik konveksi anak-anak, namun perusahaan tidak bekerja untuk terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Saat saya melirik ke jam tangan saya, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan saya melihat Sri mulai terkantuk-kantuk, maka saya menyarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, saya terpaksa duduk di Sri yang mulai merebahkan diri.

Tampak rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Sri membalik-balik dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat melihat buah-buahan yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang lebih menonjolkan buah-buahan yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Sri tetap lelap dalam tidurnya.

Pikiranku menerawang, yang juga memiliki buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ‘selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, selama seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku.

Aku mencoba meraba buah dada Sri yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Sri terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang kanan, ternyata Sri tetap kiri.

Aku mulai merasakan aku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Sri yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Sri yang montok itu. Terasa Sri bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar, agar dia tidak berteriak. Aku lumatkan bibirku ke keinginan, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Sri yang semula agak tegang, rileks, dan agaknya mulai menikmati permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada dua buah di depan.

Setalah aku yakin Sri tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil mencoba menyibakkan roknya agar kita dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Sri sangat bekerja sama, dia menggerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana, dan saat itu kilat di sana sekilas tampak pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.

Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar seksnya. Di tengah atas, ternyata klitoris Sri sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa terasa Sri agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.

Sri membiarkan aku bermain dengan senang, dan mencoba mulai membuka kancing bajuku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Sri mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terlihat sempit karena aku yang semakin membesar dan semakin menegang.

Sambil tetap menikmatinya, saya membantu Sri melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, masalah bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih berada di atas tempat tidur.

Mata Sri tampak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambutku yang pinggiran, dan batangku yang telah membesar dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.

Kutarik kepala sri agar mendekat ke perilakuku, dan kusodorkan kepala ku ke arah yang mungil. Ternyata Sri tidak membuka membuka mulut dan mengulum kepala membicarakanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang stangku sedangkan tangan kirinya meremas buah musik ku. Aku memajukan bokongku dan batangku makin dalam memasuki mulut Sri. Kedua ku sibuk meremas buah-buahan, lalu bokongnya dan juga pantatnya. Aku mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuatnya menggelinjang, saat aku merasakan merasakan Sri mulai membasah, aku tahu, sudah dekat.

Kulepaskan videoku dari kuluman bibir Sri, dan kudorong Sri hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas punggung, dengan menekan kedua buah yang montok, bibir yang melumat, dan bagian bawah tubuhku di antara kedua pahanya yang semakin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan rasakan kepala bawahku menyentuh bulu Sri, lalu aku geserkan agak ke dan kini terasa kepala videoku berada di antara kedua bibir dan mulai menyentuh mulutmu.

Kemudian aku dorongkan batangku perlahan-lahan liang sanggama Sri. Terasa agak seret majunya, karena Sri telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang tubuh laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batangku sampai akhirnya terputus oleh dasar musik Sri. Ternyata cukup besar dan panjang bagi Sri, namun ini hanya sebentar saja, karena segera Sri mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batangku sampai habis, menghunjam ke dalam liang video Sri.

Aku batang membiarkanku di dalam liang sri sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku didorong dengan lebih cepat sampai. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Sri yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang perilakuku terasa di remas-remas oleh liang sri yang makin membasah.

Tidak terasa, Sri terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang semakin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Sri, aku belum ingin melakukan gaya yang mungkin akan membuat kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga menghasilkan hasil yang sangat sangat menyenangkan. 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Sri, aku hunjamkan seluruh batangku dalam, kutekan dasar video Sri dan seketika kemudian, terasa kepala gangguanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang telah Sri dan memancarkan air maniku yang terjadi lebih dari satu minggu .

Terasa badan Sri melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah mendekat yang montok. Batang cukupku mulai melemas, namun masih besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang videonya. Terasa ada cairan hangat yang mengalirkan pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Sri yang mengagumkan, aku bisikan ke telinganya,

“Sri, terima kasih, terima kasih..”

http://202.95.10.206/




Jumat, 07 April 2023

CERITA MAIN SAMA TEMEN KULIAH DI KOST

 

http://202.95.10.206/


Aku sudah kuliah jadi aku putuskan saja untuk Ngekost lebih mandiri lebih leluasa, lagipun ngekost juga ada enak, ada nggak enaknya apalagi kalau sudah tanggal tua waduhh Indomie adalah Juaranya heheh…., Dan satu yang membuatku semangat adalah

Pemilik kostan saya memiliki Anak dan tinggaal yang Cantik dan Mulus. berumur sekitar 25 tahun. memiliki tubuh bagus dan bersih. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih menggiurkan. Karena aku tinggal bersebelahan dengan rumah pemilik kostann, aku sering kali setiap malam mendengar suara desahan kecil ntah darimana yang pasti dari Zara. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah memakai tak jarang dia keluar selalu aku perhatikan putingnya menyembul keluar

“Zar? Pagi2 seger banget nih” kataku

“Iyah nih baru siap olaraga” aku lihat dipakai pakaian yang ketat dan celana ketat yang menyeplakan smeua lekuk tubuhnya,

“Wah, Pantesan aja Body Zara makin Hot” kataku tesenyum

“Ahh kamu bisa aja, Ini juga udah lama bagus”, katanya meraba2 lekuk tubuhnya

Selama beberapa hari ini aku memang suka menikmati pemandangan yang sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama payudaranya yang sengaja dipamerkan dengan pake kaos ketat tipis sehingga putingnya yang kecoklatan tampak menonjol. Selain payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36D, pinggulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggairahkan kalau saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremas-remas payudaranya.

Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Zara. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempuan itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dadanya.

Suatu waktu ketika berjalan berpapasan tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggulnya.

“Maaf, Tapi Pinggul Zara Bagus banget , Jadi pengen lagi” kataku sambil tersipu malu.

“Ah kamu, Bilang aja mau megang terus,”, jawabnya sambil mengerlingkan matanya.

Makin lama aku bertambah berani. Aku mengandengkan tangaku dipinggulnyaa. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol lagi tetapi meremas2. Aku mulai berangan-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Cuma aku masih takut. Namun birahiku rasanya tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup diam-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas payudara dan pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya.

Suatu hari ketika rumahnya sepi. Dan Aku kebeneran Libur kuliah, Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sambil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah mendapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet.

“Tubuh Kamu makin lama makin bagus yah apalagi pinggulmu sexy banget”, kataku.

“Nakal kamu, Emang iyah Pinggulku sexy?” katanya sambil berbalik badan dan sedikit menungging, aku terkejut melihatnya sampai melotot terus

“Aiih Kamu Kok melotot aja, Suka yah lihat pantat aku?” katanya sambil mengelus2 pantatnya sampai menepuk2

“Iyah Zar, Pantat kamu semok banget pengen aku remas2 gemes” kataku terseyum

“Ah beneran? Aku remas yah”

“Iyah Coba ajaa”

Tanpa ragu-ragu lagi aku mengelus dan meremas pantatnya yang semok dan kenyal bener.

“Ahh.. kamu ini.”

Reaksinya makin membuatku berani. Aku memeluk tubuhnya. Mencium lehernya dari belakang. Zaha tidak melawan malahan diem. Lalu ganti kucium bibirnya. Dia menggelinjang kegelian, Wah, kesempatan nih. Kini sambil menciumi lehernya tanganku bergerilya di bagian toketnya. Dia meremas2 tanganku yang meremas payudaranya.

“Aaahh… Tangann nakalll”, katanya pelan.

“Kita lanjut kekamar aja yuk Zar?” kataku

“Yeh Udah nafsuan aja yah, Baru juga megang toket batangnya udah bangun aja” katanya meremas2 batangku

“Zaaarrraaaa! Uuhh Mbaak Aku sangee berat nih”

“Hmm..”

“Aku pengen menjamah tubuhmu yang molek ini, Bolehkan?”

“Mmhh..Mmhh Boo..mmlehh”

“Sudah lama aku nantikan bersetubuh denganmu Zara”

“Hmm.. Dasarr! Tau aja yang mana enak” Dia mendesah ketika kujilat telinganya.

Tanganku langsung menelusup ke balik kausnya. Merasakan betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua payudaranya dari belakang dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat. Lalu kepalanya disandarkan ke dadaku. Kini kedua putingnya ganti kupermainkan.

“Langsung kekamar aja Yon, Jangan disini ntar ketahuan”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.

Kini aku jongkok di depannya. Menyibak Dasternya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna Pink. Sambil menciumi pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas vagina dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Zara menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.

“Aahh Kaa..muu sshhh.. sshhh” Desahnya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.

“Enakk yah Zar? Memek kamu udah becek nih. Kamu Sange Berat yah”

“Iiya..ahh Nih Aahhhss Eennakk Yonn” katanya

“Memekk Zaraaa Jilatinn Aahh…Aahh,sshhh”

“Ennakkk Banget memek Kamu Zaraa”

“Ooo.. oh.. oh ..”, desis Zara keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan vaginanya. Tampak dia keenakan karena bibir memeknya kusedot2.

Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Zara kian keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya.

“Aahh.. Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh..” rancaunya

“Aku sering nonton porno zar,” jawabku.

“Ssttt mmmhh Eennakk Yonn. Aahhh Ssshh”, desahnya

“Cepat yon, Akuu udah mau keluarr nih! Oohh shhhhtt” kata Zara mengelinjang hebat sampai tubuhnya bergetar

Akhirnya semua cairan yang ada dalam memeknya keluar berhambuaran dimulutku, tanpa banyak bicara langsung kusedot semua cairanitu tanpa ada sisasa sedikitpun.. Aku terus memainkan klentilnya dengan lidahku dengan liar, Memeknya semakin merekah membuatku tak tahan lagi untuk menusuk2 lubang kemaluannya

“Aahkks Aahhhkkss Aahhks.. EENNNAKK!” rancaunya

“Cairan kamu Asin zar, Tapi enak kok. Aku udah nggak tahan aku masukin yah”

“Iyah Asbisnya kamu jilatin memek aku nikmat banget, aku nggak tahan juga yon”

Zara mencium bibirku. Tangannya meremas-remas Batang kemaluannku yang sudah mengacung besar. Betapa lembut ciumannya, Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersedak. Semula Zara seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya.

Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya lagi yang menggairahkan Padat, kencang, dan putih mulus.

Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Tak ragu langsung dikulumnya kontolku dengan lahap sehingga tak lama penisku masuk rongga mulutnya. Melihat Zara agak tersiksa oleh gaya permainan baru itu, aku pun segera mencabut penisku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bisa.

“Aahhkk Zarr, Sedott lagii Eennakk Aaahh”

“Hhhmmm Mmmhhh Ssruppp Srruuppp,, Sshh” suara yang keluar dari dalam mulutnya

“Laagii laggii… Sedoot lagii Zar, Enaak banget Hisapan kamu” kataku sambil memaju mundurkan kepalanya sambil menghisap kontolku

“Kayakknya aku mau muncrat nih Zar,”

“ayoo!” katanya sambil menyedot semakin liar dan haus Terus kepala kontolku dijilatnya

“Aahhkkss Aaahhkks Eennakk Akkuu keluuar Zar”, erangku sambil menyodok2 mulutnya

“Kontoll kamu enak banget yon”

“Ah..Mulut kamu jgua enak kok” katyku

Tanganku pun ganti-berganti memainkan kedua payudaranya yang kenyal atau selangkangannya yang mulai kembali becek. Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Penisku pun sudah ingin segera menggenjot memeknya. Pelan-pelan aku mengarahkan Batangku yang keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus vaginanya, kurasakan tubuh Zara agak gemetar.

“AAAHHHKSKSs..” desahnya ketika sedikit demi sedikit batang penisku masuk memeknya,.

Setelah seluruh batangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.

10menitan aku mengenjot memek sempit Zara menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan kontolku kutingkatkan.

“Ooo.. ahh.. hmm.. sshh..Aahhkkss gilla eennakk” desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat.

“Enak zaerrr?” tanyaku.

“Emmhh…Enankk Kamuu jagoo goyanggg”

“Puas zarr??”

“Ahh..aahh kamu ini. Lagin kali kalau zarrrrpengen aku mau kamu puasin yah” desahnya.

“Aku entot dalam2 yah Zara sayang” tanyaku.

“Iyadehh, Entot sepuass kamuu”

“Aahh Aahhh Aahh Enakknya Memek sempit zara a aahhha”, rancauku tak karuan

Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi ditingkah lenguhan dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah kegaya Goggystyle.

“Oh zaaarr.. aku mau keluar nih ahh..”

Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam memeknya. Zaraaa kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya begitu hangat menjepit penisku. Lima menit lebih kami dalam posisi relaksasi seperti itu.

“Vaginamu masik nikmat Zar”, bisikku sambil mencium bibir mungilnya.

“Batangnmu juga nikmat,”

“Aahh lain kali mau kan aku ajak Ngentot lagi”

“Mau dong, Kalau bisa tiap hari entot memek Zara yon, Zara Ketagihannn nih”

Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.

http://202.95.10.206/


Kamis, 06 April 2023

CERITA MAIN DENGAN ISTRI TEMEN

 




http://202.95.10.206/


Kejadian ini terjadi sekitar 5 bulan lalu dan yang aku ingat hubungan Eksantidan Yoga sudah membaik dan mereka merencanakan sebuah tunangan dan sebentar lagi akan melakukan pernikahan dalam waktu yang singkat ini. Ketika itu mereka tinggal dalam sebuah rumah kost yang sama di daerah Selatan – Jakarta, meskipun berbeda kamar, karena saat itu Yoga sedang mendapat pelatihan di Jakarta selama 6 bulan. Sebagai bekas teman dan atasan Eksanti, saya memang pernah dikenal dengan Yoga. Yoga ternyata begitu cemburuan. Memang harus aku akui kalau Eksanti memang cantik, bahkan terlalu cantik untuk ukuran Yoga itu.Padahal kalau menurutku sih, adalah hal yang biasa kalau serorang lelaki yang penampilan fisiknya biasa saja, ternyata memiliki seorang pacar yang cantik.

Aku mengatakan Eksanti cantik, bukan merupakan penilaianku yang subyektif. Banyak teman- tanya yang lain juga berpendapat begitu. Bahkan beberapa diantaranya berpendapat bahwa Eksanti memiliki daya tarik seks yang luar biasa tinggi. Bagi kaum lelaki, jika memandang mata Eksanti, boleh jadi langsung akan berfantasi macam-macam.

Percaya atau tidak, mata Eksanti begitu sayu seolah-olah pasrah’ ditambah lagi dengan’ yang seksi dan suka digigit-gigit, kalau Eksanti sedang gemes. Sungguh suatu ciptaan Tuhan yang sangat eksotis dan sensual. Ketika saya sempat bertemu dengan Yoga minggu, secara tidak sengaja kami menemukan suatu peluang bisnis yang mungkin bisa dikerjakan bersama antara kantorku dengan kantornya. Pikiranku segera jalan dan meminjam untuk dagang menitipkan sebuah proposal kepada Yoga untuk dibahas oleh tim kantornya di Malang.

Siang itu, sehabis pertemuan dengan salah satu klienku di sebuah kantor di daerah Kuningan, aku berencana mampir ke rumah kost Yoga ? yang juga rumah kost Eksanti – untuk menitipkan proposal yang aku janjikan. Aku mengendarai mobil menuju tempat kost Yoga. Sesampainya di sana, aku melihat garasi tempat mobil Yoga biasa diparkir dalam keadaan kosong yang menandakan Yoga sedang keluar. Namun aku tidak mengurungkan niatku untuk bertemu dengan Yoga. Setelah saya memarkir mobil di depan halaman rumah kost itu, saya masuk menuju ruang tamu yang pada saat itu pintunya dalam keadaan terbuka, dan langsung menuju ke kamar Yoga. Di dalam rumah itu ada 4 kamar dan kamar Yoga yang paling pojok, berhadapan dengan kamar Eksanti.

Masing-masing kamar tampak tampak pertanda tidak ada kehidupan di dalam rumah itu. Aku ingin menulis pesan di pintu kamar Yoga karena memang aku sangat perlu dengannya. Sementara aku sedang menuliskan pesan, samar-samar terdengar suara televisi dari dalam kamar Eksanti, di depan kamar Yoga, pertanda ada seseorang di dalam kamarnya. Aku memastikan kalau yang di kamar itu adalah Eksanti, orang lain. aku pintu sambil memanggil nama Eksanti.

Tidak beberapa lama kemudian pintu dibuka kira-kira sekepalan tangan dan aku melihat wajah Eksanti tampak dari celah pintu yang terbuka. “Eh, Mas.. cari Mas Yoga yaa.. Tadi pagi sih ditungguin, tapi Mas Yoga buru-buru berangkat Mas”, sebelum aku bertanya. Entah mengapa, ketika membocorkan mata Eksanti yang sayu itu, pikiranku jadi masa-masa indah yang pernah kami alami dulu. Aku sambil tersenyum sambil bertanya, “Kamu nggak ke kantor hari ini?” “Lagi kurang enak badan nih, Mas, tadi Santi bangunnya kesiangan, jadi male banget ke kantor”, singkatan, sambil menggigit bibir bawahnya.

Ada rasa maaf mengapa dia harus membolos ke kantor hari ini. oleh majalahsex.com “Terus, Yoga biasanya jam berapa pulangnya, Santi?”, bertanya-tanya berbasa-basi. “Mestinya sih jam 5 nanti, tapi mungkin bisa lebih lama, soalnya Mas Yoga hari ini ada tugas kelompok bersama teman-teman trainingnya”, agak kesal. Saat itu kira-kira jam 1 siang berarti Yoga pulang kira-kira 4 atau 5 jam lagi, pikiranku mulai nakal. Aku mencoba mencari bahan pembicaraan yang kira-kira bisa memperpanjang obrolan kami agar aku bisa lebih dekat dengan Eksanti. Agak lama aku terdiam. Aku memandang memandang, memandang yang basah. Bibirnya yang dipoles warna merah menambah sensual bentuk yang tipis dan memang sangat indah itu.Semakin lama aaku semakin aku berfantasi macam-macam. Sungguh, jantungku deg-degan saat itu.

sebuah desiran hangat mengalir keras di dadaku, dan aku sungguh yakin Eksanti pun masih memiliki getar rasa yang sama denganku. Setelah agak lama kami terdiam, “Teman-teman kamarmu yang lain pada kemana semua, Santi?”, dengan mata membocorkan sekeliling aku bertanya sekenaku, menanyakan keberadaan anak-anak kost yang lain. “Mas ini mau nyari Mas Yoga atau..”, kata-katanya terputus tapi aku menerjemahkan terjemahan kalimatnya dari senyuman di bisa. Akhirnya aku memutuskan untuk to the point aja. “Aku juga pengin ketemu kamu, Santi!”, jawabku setuju-pura. Dia tertawa pelan, “Mas, kenapa sih?”, ia memandangku lembut. “Boleh aku masuk, Santi? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu,” jawabku lagi.“Sebentar, ya.. Mas, kamar Santi lagi berantakan nih!” Eksanti lalu menutup pintu di depanku. Tidak beberapa lama membuka pintu terbuka kembali, lalu masuk ke dalam kamarnya. Aku duduk di atas kasur yang digelar di atas lantai.

Eksanti masih sibuk memakai pakaian yang bertebaran di atas sandaran kursi sofa. Aku membocorkan tubuh Eksanti yang membelakangiku. Saat itu dia mengenakan kaos ketat warna kuning yang luasnya mulus. Aku memandang pinggulnya yang ditutup oleh celana pendek. Tungkainya panjang serta pahanya bulat dan mulus. Kejantananku menjadi tegang memandang semua keindahannya, ditambah dengan fantasiku dulu, ketika aku memiliki kesempatan untuk membelai-belai kedua pangkalnya itu. Kemudian Eksanti duduk di sampingku. Lututnya ditekuk sehingga celananya agak naik ke atas membuat pahanya semakin terpampang lebar. Kali ini tanpa malu-malu aku membocorkan dengan sepengetahuan Eksanti.Dia mencoba menarik turun ke ujung celananya untuk menutupi sedikit pahanya yang sedang saya nikmati. “Mas, mau bicara apa, sih?”,

Saat itu otakku berpikir cepat, aku takut kalau-kalau aku tidak punya bahan pembicaraan yang berhubungan dengannya. Soalnya dalam pikiranku saat itu hanya khayalan-khayalan untuk bercinta dengannya. “Mmm.. San.. aku beberapa hari ini sering bermimpi,”, kataku berbohong. Entah dari mana aku mendapatkan kalimat itu, aku sendiri tidak tahu tetapi aku merasa agak tenang dengan pernyataan itu. “Mimpi tentang apa, Mas?”, penjelasannya begitu serius menangapiku dilihat dari caranya memandangku. “Tentang kamu, San”, jawabku pelan. Bukannya kaget, malah sebaliknya dia tertawa mendengar bualanku. Sampai-sampai Eksanti menutup mulut agar suara tawanya tidak terdengar terlalu keras. “Emangnya Mas, mimpi apa sama aku?”, tanyanya penasaran.“Ya.. biasalah, kamu juga pasti tahu”, jawabku sambil tertunduk.

Tiba-tiba dia memegang tangan. Aku benar-benar terkejut lalu menoleh ke arahnya. “Mas ini ada-ada saja, Mas ‘kan sekarang sudah punya yang di rumah, lagian aku juga ‘kan sudah punya pacar, masa masih mau mimpi-mimpiin orang lain?” “Makanya aku juga bingung, Santi. Lagian kalaupun bisa, aku tidak ingin bermimpi tentang kamu, Santi”, jawabku pura-pura memelas. Kami sama-sama terdiam. Aku meremas jemari dengan perlahan lalu perlahan aku mengangkat menuju bibirku. Dia memperhatikanku pada saat aku melabuhkan ciuman mesra ke punggungku. Aku duduk posisiku agar lebih dekat dengan tubuhnya. Aku memandangi wajahnya. Mata kami berpandangan.Wajahku perlahan mendekati wajah, mencari tahu, semakin dekat dan tiba-tiba menghadap ke depan sehingga mulutku mendarat di pipinya yang mulus

Kedua tanganku kini bergerak aktif pada tubuhnya. Tangan kananku menggapai dagunya lalu mengarahkan berhadapan dengan berhadapan. Aku meraup mulutku seketika dengan mulutku. Eksanti menggeliat pelan sambil menyebutkan namaku. “Mas.., cukup mas!”, mencoba mendorong dadaku untuk ide kegiatanku. Aku menghentikan aksiku, lalu pura-pura meminta maaf kepadanya. “Maafkan aku, Santi.. aku tidak sanggup lagi jika setiap malam memimpikan dirimu”, aku pura-pura menunduk lagi seolah-olah menyesali perbuatanku. “Aku mengerti Mas, aku juga tidak bisa menyalahkan Mas karena mimpi-mimpimu itu. ternyata juga, kita pernah merasa deket Mas”, sepertinya Eksanti memafkan dan memaklumi perbuatanku barusan. Aku mengungkapkan wajah lagi.Ada pertimbangan di wajah hanya saja aku tak tahu apa penyebabnya. Pipinya masih tampak memerah bekas cumbuanku tadi. “Aku juga ingin membantu Mas agar tidak perlu memikirkanku lagi, tapi..” kalimatnya terputus.

Dalam hati aku tersenyum dengan kalimat “ingin membantu..” yang diucapkannya. “Santi, aku hanya ingin pergi berdua denganmu, sekali saja.., sebelum kamu benar-benar menjadi Yoga. Agar aku bisa melupakanmu”, kataku memohon. “Kita kan sama-sama sudah ada yang punya, Mas.., nanti kalau ketahuan gimana?” Nah, kalau sudah sampai disini saya merasa mendapat angin. Kesimpulannya dia masih mau pergi denganku, asal jangan sampai ketahuan sama Yoga. “Seandainya ketahuan.. aku akan bertanggung jawab, Santi”, setelah aku memeluknya lagi. Dan kali ini dia benar-benar pasrah dalam pelukanku. Malah membalasku.Telapak perlahan-lahan mengelus punggungnya dengan mesra, sementara bibirku tidak tinggal diam menciumi pipi lalu turun ke lehernya yang jenjang. Eksanti mendesah.

Aku menciumi kulitnya dengan penuh nafsu. mulutku meraup. Eksanti diam saja. Aku melumat saat, lalu aku menjulurkan lidahku perlahan-lahan berjalan perlahan seperti mempersilakan lidahku untuk menjelajah rongga. Nafasnya tidak teratur ketika lidahku memilin lidahnya. Kesempatan ini saya gunakan untuk membelai payudaranya. Perlahan-lahan telapak tangan saya tarik dari punggungnya melalui ketiaknya. Tanpa berhenti mendekat, telapak tangan kini sudah berada di sisi payudaranya. Aku benar-benar hampir tidak bisa menguasai birahiku saat itu. Apalagi aku sering membayangkan kesempatan seperti saat ini terulang lagi bersamanya. Kini tangan kami sudah berada di atas gundukan daging di atas penyerangan.Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, justru yang seperti ini yang paling indah menurutku.

Pada saat saya mulai meremas payudaranya yang kanan, tangan Eksanti mencoba menahan aksiku. Payudaranya masih kencang dan membuatku semakin bernafsu untuk meremas-remasnya. “Mas, jangan sekarang Mas.. Santi takut..”, katanya berulang kali. Saya juga merasa tindakanku saat itu betul-betul nekat, apalagi pintu kamar masih terbuka setengah. Jangan-jangan ada orang lain yang melihat perbuatan kami. Wah, bisa gawat jadinya. Aku akhirnya berdiri dari tempat dudukku untuk menyaksikan suasana. Aku akhirnya berdiri dari tempat dudukku untuk menyaksikan suasana. Aku akhirnya berdiri dari tempat dudukku untuk menyaksikan suasana.

Aku tipe laki-laki yang suka terburu-buru dalam berbagai hal, khususnya dalam masalah percintaan. Aku kini duduk di kursi sofa menghadap Eksanti, sedangkan Eksanti masih di atas kasur sambil memperbaiki rambut dan kaosnya kuningnya yang agak kusut. “Mas, mau ngajak Santi ke mana sih”, Eksanti mengungkapkan. “Pokoknya tempat di mana tidak ada orang yang bisa mengganggu ketenangan kita, Santi”, jawabku sambil memandang permukaan yang baru saja aku remas-reMas. Eksanti duduk sambil bersandar pada kedua tangan di belakang untuk menahan beban. Payudaranya jadi tampak menonjol. Aku memandang nakal ke arah payudaranya sambil tersenyum. Kakinya diluruskan hingga menyentuh telapak kakiku.“Tapi kalau ketahuan.. Mas yang tanggung jawab, yaa..”, katanya menuntut penjelasanku lagi. Aku mengangguk.

“Terus kapan jalan-jalannya, Mas?”, “Gimana kalo besok sore jam 4, besok ‘kan Jum’at, bisa pulang lebih awal ‘kan?”, tanya. “Ketemu di mana?”, tanyanya penasaran. “Kamu telepon aku, kasih tahu kamu lagi dimana saat itu, lalu aku akan bertemumu di sana, bagaimana?”, tanya lagi. Dia tersenyum, “Wah, Mas ternyata pintar banget untuk urusan begituan.”, Aku tertawa. “Tapi aku nggak mau kalau Mas nakalin aku kayak dulu lagi!!,” tegasnya. Saya namun pura-pura mengiyakan, soalnya tadi saya merasa besok saya sudah bisa menikmati kehangatan tubuh Eksanti seperti dulu lagi. besok sengaja aku memilih waktu hari karena aku ingin mengajaknya menginap, kalau mau. Namun aku diam saja, yang penting dia sudah mau aku ajak pergi, tinggal penyelesaiannya saja.Lagian kenapa harus minta tanggung jawab, aku tidak melakukan apa-apa dengannya, pikirku lagi. Ah, lihat besok sajalah.

Pukul 3 siang, akhirnya aku harus kembali ke kantorku, memang Eksanti juga meminta aku segera pulang karena dia juga takut jika tiba-tiba Yoga memergoki kami sedang berdua di kamar. Namun sebelum pulang aku masih sempat menikmati bibir Eksanti sekali lagi waktu berdiri di samping pintu. Aku malah menekan tubuh Eksanti hingga punggungnya bersandar di dinding. kesempatan ini aku gunakan untuk menekan kejantananku yang sedari tadi butuh distribusi ke selangkangannya. oleh majalahsex.com Tetapi hal itu tidak akan berlangsung lama karena situasinya memang tidak memungkinkan. oleh majalahsex.com Di kantor.., di rumah.. aku selalu gelisah. Kejantanan saya terus menegang membayangkan apa yang telah dan akan saya lakukan terhadap Eksanti nanti.setiap hari, saat aku menunggu tibanya saat bertemu, aku merasa waktu begitu lambat.

Aku mulai gelisah ketika 15 menit telah lewat, namun Eksanti belum juga meneleponku. Aku mulai menghitung detik-detik yang berlalu hingga hampir setengah jam, dan tiba-tiba handphoneku berbunyi. saya mengangkat telepon itu. Dari seberang sana aku mendengar suara Eksanti yang sangat aku nanti-nantikan. Eksanti meminta maaf sebelumnya, karena kesibukannya hari itu tidak memungkinkan baginya untuk pulang dari kantor lebih awal. Banyak pekerjaan yang menumpuk, karena kemarin tidak masuk ke kantor. Saat itu ia memintaku untuk bertemunya di sebuah wartel dekat pertigaan di seberang kantornya. Aku langsung menyambar kunci mobil, lalu keluar dari kantorku dan menghadap ke wartel tempat di mana Eksanti sedang menungguku.

Aku memarkir mobil di depan wartel itu, dan tak lama melihat aku melihat Eksanti keluar dari wartel, dengan memakai kaos ketat warna oranye Mickey Mouse (di bagian depan tokohnya, pakaian favorit jeans warna abu-abu. Blazer bekerja ia lepas, dan ditenteng bersama tugas kerjanya. Aku masih ingat, ia memang selalu tampil ke kantor dengan pakaian santai setiap hari. Eksanti langsung naik ke atas mobilku, setelah tidak ada orang lain yang melihatnya di tempat itu. Aku tersenyum melihatnya. ini Bibirnya tidak dipoles dengan lipstik merah seperti biasanya. Ia hanya menyapukan lipgloss tipis, yang membuat jantungku semakin deg-degan.Aku segera menancap gas menuju tol ke arah Ancol. Selama perjalanan, aku dan Eksanti tentang berbagai hal, termasuk Yoga dan kehidupan keluargaku.

Sesampainya di Ancol aku mengajak Eksanti untuk makan di sebuah rumah makan di tepi laut yang nuansa romantisnya sangat terasa. Tanpa canggung lagi aku memeluk pinggang Eksanti, pada saat kami memasuki rumah makan tersebut. Eksanti juga membantukan memanfaatkan di pinggangku. Setelah memesan makanan dan minuman, aku memeluknya lagi. Tanganku bergerilya di sekitar pinggangnya yang terbuka. Suasana lesehan di rumah makan itu, yang ruangannya disekat menjadi beberapa tempat dengan pembatas dinding bilik yang tinggi, membuat saya bisa bertindak dengan leluasa kepada Eksanti. “Tadi malam mimpi lagi, nggak?”, tanyanya memecah keheningan. “Tidak, tapi aku sempat gelisah nggak bisa tidur karena terus membayangkanmu”, jawabku tanpa malu-malu.Eksanti tertawa sambil memainkan mencubit pinggangku.

Hari sudah menjelang malam ketika kami meninggalkan tempat itu. Setelah berputar-putar di sekitar lokasi pantai, akhirnya aku memutuskan untuk menyewa sebuah kamar pada sebuah pondok di kawasan Ancol. Semula Eksanti menolak, karena dia takut kalau kami tidak bisa menahan diri. Aku akhirnya berharap Eksanti bahwa sebenarnya aku hanya ingin berdua saja dengannya, sambil memeluk tubuhnya, itu saja. Akhirnya Eksanti mengalah. Ketika kami telah berada di kamar cottage itu, Eksanti tampak jadi pendiam. Dia duduk di atas kursi memandang ke arah laut, sementara aku rebahan di atas tempat tidur. Saya mencoba mencairkan suasana, dengan bertanya-tanya mengenai kesibukan pekerjaan hari itu.Selama aku bertanya kepadanya, ia hanya menjawab singkat dengan kata-kata iya dan tidak. Hanya itu yang keluar dari mulutnya. “Mas,

Ternyata, dengan mengingat statusnya saat ini sebagai tunangan Yoga, Eksanti masih belum bisa menerimaku yang membawanya ke dalam pondok ini. Namun aku tidak menyesal karena dalam pikiranku sebenarnya sudah tahu apa yang akan terjadi, sejak kejadian kemarin siang di kamar. Tinggal bagaimana caranya aku bisa mengajaknya bercinta tanpa ada pemaksaan film. “Santi, aku sudah bilang sejak kemarin kalau aku ingin berdua saja bercinta, sebelum Yoga benar-benar menikah dengan kamu. Aku hanya ingin memelukmu tanpa ada rasa takut, itu saja. Dan aku rasa di sinilah tempatnya”, jawabku mencoba memberikan pengertian kepadanya. “Tetapi, apa Mas sanggup untuk tidak melakukan yang lebih dari itu?”, Eksanti melihat sorotan mata tajam.“Kalau kamu gimana?”, aku malah balik bertanya. “Aku tanya, kok malah balik nanya ke aku sih?”, ia bertanya dengan nada agak ketus. “Aku sanggup, Santi”, tegasku. Akhirnya dia tersenyum juga. Eksanti berjalan ke arahku menuju tempat tidur lalu duduk di sampingku. Aku lalu merangkul tubuhnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. “Janji ya, Mas..!”, ujarnya lagi. Aku mengangguk.

Kini aku memeluk tubuh indah Eksanti dengan posisi menyamping, sedang Eksanti rebah menghadap ke atas langit-langit kamar. Aku mencium pipinya, sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. mata terpejam seolah menikmati kamiapan kami. Aku menatap wajah yang manis, hidungnya yang mancung, lalu memandang. Aku tidak tahan untuk berlama-lama menunggu, sehingga akhirnya aku memberanikan diri untuk menciumnya. Aku melumat bibir tipis itu dengan mesra, lalu aku mulai menjulurkan lidahku ke dalam mulut. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Cukup lama aku mempermainkan lidahku di mulutnya. Lidahnya begitu menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua tidak tersengal-sengal tidak beraturan.Sesaat kemudian, ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi..

Aku mendekat, meremasi pangkal lengannya yang terbuka. Aku membuka telapak tangan, sehingga jempolku bisa menyentuh permukaan sambil menjaga lembut pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu kulit putih di lehernya dengan tangan kita meraup bukit indah payudaranya. Eksanti menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulut, lidahku menjulur, menjilat, mengamati, menikmati batang lehernya yang jenjang. “Mas, jangan..!”, Eksanti mencoba menarik tangan kami yang kini sedang mereMas, menggelitik payudaranya. Aku tidak peduli lagi. Lagi pula dia juga menyatakan tidak sungguh-sungguh untuk melarangku. Hanya saja, yang seolah-olah membatasi, hanya sebatas berbagi tangan,

Suasana angin pantai yang dingin di luar sana, sangat kontras dengan keadaan di kamar tempat kami bergumul. Aku dan Eksanti mulai merasa kegerahan. Aku akhirnya membuka kaosku sehingga bertelanjang dada. “Santi, Mas sangat ingin melihat payudaramu, ‘yang..”, ujarku sambil mengusap bagian puncak puting payudaranya yang menonjol. Eksanti kembali melihat tajam. Mestinya aku tidak perlu memohon kepadanya karena saat itupun aku sudah membelai dan meremas-remas payudaranya. Tetapi entah mengapa saya lebih suka jika Eksanti yang membuka kaosnya sendiri untukku. “Tapi janji Mas yaa.., cuma yang ini aja”, katanya lagi.

Aku cuma mengangguk, padahal aku tidak tahu apa yang harus aku janjikan lagi. Eksanti akhirnya membuka kaos ketat warna orange-nya di depan mataku. Aku terkagum-kagum ketika mengungkapkan dua gundukan daging di belakang, yang masih tertutup oleh sebuah bra berwarna hitam. Payudara itu begitu membusung, menantang. Bukit-bukit di dada Eksanti naik turun seiring desah nafasnya yang mengejar. Sambil fenomena Eksanti membuka pengait bra di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Eksanti ketika mencoba menurunkan tali bra-nya dari atas pundaknya. Tepat dengan keadaan bra-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu, membuat payudaranya semakin menantang.

Payudaranya sangat putih kontras dengan warna bra-nya, sangat terawat dan kencang, seperti yang selalu aku bayang-bayangkan. “Payudaramu masih tetap bagus sekali. Santi, kamu pintar merawat, yaa..”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. “Pantes si Yoga jadi tergila-gila sama dia,”, pikirku. Lalu, perlahan-lahan aku menarik turun cup bra-nya. Mata Eksanti terpejam. perhatianku terfokus pada puting susunya yang berwarna merah kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar, namun ujung-ujungnya begitu runcing dan kaku. Aku mengusapnya lalu aku memilin dengan jemariku. Eksanti mendesah.

mulutku ingin payudaranya. “Egkhh..”, rintih Eksanti ketika mulutku melumat puting susunya. Aku mempermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali aku menggigit lembut putingnya, lalu aku hisap kuat-kuat sehingga membuat Eksanti menarik, menjambak rambutku. Puas menikmati buah dada yang sebelah kiri, aku mencium buah dada Eksanti yang satunya, yang belum sempat aku nikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan silih berganti keluar dari mulut Eksanti. Sambil mencium payudara Eksanti, tangan kita turun ke bawah perutnya yang datar, berhenti di hadapannya lalu perlahan turun mengitari lembah di Eksanti.Akui pahanya terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba bagian kewanitaannya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Eksanti.

tiba-tiba, aku akhirnya kegiatanku, lalu berdiri di samping samping ranjang. Eksanti memandang memandangku, lalu membocorkan ke belakang aku membuka pantalon warna hitam yang aku kenakan. Sengaja aku membiarkan lampu kamar cottage itu menyala terang, agar aku bisa melihat detil dari setiap inci tubuh Eksanti yang selama ini sering aku jelas fantasi seksualku. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Eksanti yang tergolek di ranjang, menantang. Kulitnya yang putih membuat pandangan mata tidak terlihat. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakai telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekuk pantat yang sempurna.

Puas memandangi tubuh Eksanti, lalu aku membaringkan tubuhku di sampingnya. Aku merapikan untaian rambut yang untuk menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Eksanti. aku menyayanginya. Aku mencium aku memasukkan air liurku ke sambil mulutnya. Eksanti menelannya. Tanganku turun ke bagian perut dan masuk melalui pinggang celana jeans-nya yang memang agak longgar. Jemariku bergerak dengan lincah dan membelai selangkangan Eksanti yang masih tertutup celana di dalamnya. Eksanti menahan kami, ketika jari tengah menyentuh permukaan celana tepat di atas kewanitaannya. Ia telah basah.. Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi pada tubuh Eksanti.

Pinggul Eksanti perlahan bergerak ke kiri.., ke kanan.. dan bergoyang untuk menetralisir pengalaman yang dialaminya. “Mas, nanti kita terlalu jauh, Mas..”, ujarnya sambil perlahan mengungkapkan sayu ke arahku. yang sayu ditambah dengan rangsangan yang tengah dialaminya, menambah bola mata. Sungguh, aku semakin bernasu melihatnya. Aku tersenyum lalu tersenyum, bahkan aku menyuruh Eksanti untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Eksanti berhenti pada permukaan kancing celananya. Ia terlihat ragu-ragu. Aku lalu berbisik ke telinganya, jika aku ingin memeluknya dalam keadaan seperti ini mimpiku. Eksanti lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celana jeans-nya.Celana dalam hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga rambut-rambut pubis yang tumbuh di sekitar kewanitaannya hampir sebagian besar keluar dari pinggir celana di dalamnya. Aku membantu menarik turun celana jeans Eksanti. Pinggulnya agak sedikit menarik celana jeans itu. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan celana dalam. Tubuhnya tampak seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus akui tubuhnya begitu menarik dan penuh dengan daya tarik seks.

Eksanti menarik untuk menutupi permukaan tubuhnya. Aku beringsut masuk ke dalam selimut lalu memeluk tubuh Eksanti. Kami berpelukan. Aku menarik tangan kirinya untuk menyentuh kepala kejantananku. Dia terkejut ketika mendapatkan kejantananku yang tanpa penutup lagi. Memang, sebelum aku masuk ke dalam selimut, aku sempat melepaskan celana dalamku tanpa pengetahuan Eksanti. Aku tersenyum nakal. “Occhh..”, Eksanti kaget ketika menyentuh kejantananku yang telah tegak menegang. “Kenapa, Santi?”, aku bertanya pura-pura tidak mengerti.

Padahal aku tahu dia pasti terkejut karena merasakan keras dan kokohnya kejantananku saat ini. Eksanti tersenyum malu. sentuhan kejantananku di tangan membuat Eksanti merasa malu, tetapi hati kecilnya mau, ditambah sedikit rasa takut, mungkin. Kini, Eksanti mulai berani mencoba dan menggenggam kejantananku. Belaiannya begitu mantap menandakan Eksanti begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu semakin pintar yaa.., Santi”, ujarku sambil memandang yang mulai mengocok-ngocok lembut sekujur kejantananku. “Ya, mesti dong..,’kan Mas yang dulu ngajarin Santi!”, sambil cekikikan. Mendapat jawaban seperti itu, entah mengenapa hasrat birahiku tiba-tiba menjadi pembohong.

Namun aku tetap berusaha bertahan untuk sementara waktu, sebelum aku merasakan ia benar-benar siap untuk berpaducinta denganku. Sambil meresapi kenikmatan usapan-usapan yang aku rasakan di sepanjang kulit batang kejantananku, jari-jemariku yang nakal mulai masuk dari celah celah celana dalam Eksanti. Telapak langsung menyentuh bibir kewanitaannya yang sudah merekah basah. Jari telunjukku menunjukkan-belai sejumput daging kecil di dalam lepitan celahnya, sehingga Eksantipun semakin merasakan nikmat. “Kamu mau dicium kejantananku nggak, Santi?”, tanya tanpa malu-malu lagi. Eksanti tertawa sambil mencubit batang kejantananku. aku tersenyum. “Kalau punya Mas yang sekarang, sepertinya Santi nggak bisa?”, ujarnya.“Kenapa memangnya, apa bedanya punya Mas yang dulu dengan yang sekarang?”, penasaran. “Yang sekarang sepertinya tidak masuk ke mulutku, soalnya rasanya tambah besar dari yang dulu..”, selesai berkata demikian Eksanti langsung tertawa kecil. “Kalau yang di bawah, bagaimana?”, bertanya lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam lubang kewanitaannya.

Eksanti merintih sambil menahan mata. oleh majalahsex.com Tetapi jariku sudah terlanjur tenggelam ke dalam liang senggamanya. Aku merasakan liang kewanitaannya berdenyut menjepit jariku. Oooch.., pasti nikmat sekali kalau saja kejantananku yang diurut, pikirku. Tiba-tiba, memandang tajam ke arahku, dengan muka yang agak berkerut masam. “Kenapa, Santi, ada apa ‘yang?”, saya bertanya sambil menarik kami dari liang kewanitaannya. Aku tahu dia marah, tapi apa sebabnya..? “Anak ini, kok aneh banget, jual mahal lagi”, pikirku. “..atau dia ingat Yoga, sehingga tiba-tiba ia merasa bersalah?” “..terus ngapain dia mau aku cumbu sejak kemarin?”, aku masih penasaran dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah.“Mas ‘kan sudah janji untuk tidak melakukannya, ‘kan?”, tiba-tiba Eksanti berbicara. Aku terdiam.

“Aku tadinya tidak mau kita masuk ke kamar ini, karena aku takut kita tidak bisa menahan keinginan untuk melakukannya lagi, Mas”, memberikan pengarahan kepada saya. “Bagaimanapun juga khusus untuk yang satu ini, Santi tidak dapat memberikan buat Mas lagi. Bukan hanya Mas yang nggak tahan, aku juga nggak tahan.. Aku nggak munafik, Mas. Tapi.. kumohon, tolong.. Mas mau mengerti posisiku sekarang”, sambil berkata demikian Eksanti mencium keningku. Aku tidak tahu harus melakukan apa saat itu. Dalam posisi yang sudah sama-sama, kecuali Eksanti yang masih mengenakan celana di dalamnya, berdua di dalam sebuah kamar di tepi laut yang romantis, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi. Tetapi kali ini demikian.

Bayanganku tentang kenikmatan saat bercinta dengan Eksanti sirna sudah, atau setidaknya tidak dapat aku rasakan saat ini. Tapi sampai kapan? Aku jadi menciptakan untuk memaksanya saja melakukan persetubuhan, tetapi hal itu bertentangan dengan hati nuraniku. Akhirnya aku cuma bisa pasrah dan diam. Kejantananku yang tadi saya rasakan tegang, tiba-tiba menjadi lemas dalam genggaman tangan Eksanti. Eksanti meminta maaf kepada saya, menyadari kalau saya kecewa dengan pernyataannya. Aku merasa sudah tidak mungkin bisa untuk melanjutkan permainan cinta lagi.

Aku akhirnya meminta izin kepada Eksanti untuk mandi. Sungguh,.. aku merasa kecewa sekali. Di dalam kamar mandi, aku lama terdiam. Aku cermin cermin di depan cermin. Kemudian aku guyur tubuhku dengan air yang mengalir deras dari pancuran di atas monitor. Aku ingin suhu suhu. Tiba-tiba, aku merasakan ada orang lain yang memelukku dari arah belakang. aku terkejut, namun seketika setelah menyadari, ternyata Eksantilah yang ada di belakangku. Dia tersenyum memandangku. “Ecchh.. kamu Santi, jangan deket-deket acchh.., aku kesel nih!!”, gumamku sambil mencoba membalasnya.

“Aku ingin mandi menggoda, Mas,.. boleh?”, pintanya manja. Aku tidak menjawab permintaannya. Aku langsung menarik tubuhnya untuk berhadapan denganku. Masih di bawah guyuran air yang mengalir dari shower, aku menangkap lengannya, dan memandang tajam ke arahnya. Berulang kali mencoba mengusap wajah cantik sensualnya dari guyuran air. Rambutnya yang basah semakin menambah keerotisan wajahnya. Dengan menangkap payudaranya dan mengusap, meremas kuat. Eksanti. Bukannya melarang, Eksanti malah mengambil sabun, dan mulai menyabuni tubuhku. Mula-mula dari dada, ke belakang punggung lalu menuju ke bawah, ke batang kejantananku.

Aku merasa aneh atas sikapnya yang berubah-ubah dan suka menggoda. Diusapnya lembut batang kejantananku yang sedikit demi sedikit mulai mengeraskan kembali. Tangannya yang penuh dengan busa sabun, begitu lembut mengocok batang kejantananku sehingga aku merasa sangat nikmat. Aku tidak tinggal diam, aku membalas menyabuni sekujur tubuh Eksanti. Aku mengikuti setiap gerakan yang dibuatnya terhadap tubuhku lalu aku mempraktekkannya kepadanya. Aku tubuh Eksanti, sehingga kini membelakangiku. Sengaja aku memposisikan tubuhnya berada di melihat bagian depanku, agar aku dapat di depan pada permukaan di melihat bagian bawah.

Aku ekspresi wajah Eksanti pada permukaan melihat cermin. Mata kami beradu pandang, sambil mengungkapkan-belai payudaranya yang mulai mengeras. Aku mempermainkan puncak-puncak putungnya dengan jemariku, tangankan yang satunya dari bulu-bulu lebat di sekitar liang kewanitaan Eksanti. Dengan sedikitkan tubuh, aku meraba permukaan kewanitaan Eksternal. Jari tengahku mempermainkan klitorisnya yang mengeraskan terkena siraman air. Batang kejantananku yang kini sudah siap tempur, berada dalam genggaman tangan Eksanti.

Sementara aku merasakan, celah kewanitaan Eksanti juga mulai mengeluarkan cairan cinta yang melewati jemari kita yang kini sedang tersembunyi lorong di dalamnya. Aku tubuh Eksanti kembali, sehingga kini berhadap-hadapan denganku. Aku memeluk tubuh Eksanti sehingga batang kejantananku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggungnya, lalu turun meraba bukit-bukit pantatnya yang indah. Eksanti membalasku dengan memanfaatkan di pundakku. Kedua tangan meraih pantat Eksanti. Aku meremas dengan sedikit kasar, lalu mengangkat sedikit ke atas, agar batang kejantananku berada tepat di depan gerbang kewanitaannya. Kaki Eksanti kini tak lagi menyentuh permukaan lantai kamar mandi.

Kaki Eksanti dengan sendirinya mengangkang ketika saya mengangkat pantatnya. Meski agak sulit namun saya tetap berusaha agar batang kejantananku bisa merasakan jepitan kewanitaan Eksanti. Aku merasakan kepala kejantananku sudah menyentuh bibir kewanitaan Eksanti. Aku menekan perlahan, seiring dengan menarik buah di pantatnya ke arah tubuhku. Eksanti menggeliat. Saya merasa kesulitan untuk memasukkan batang kejantananku ke dalam liang kewanitaan Eksanti, karena kejantananku yang terus-terusan basah terkena air shower. Akhirnya, aku mengangkat tubuh Eksanti ke luar dari kamar mandi.juga aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, hanya apalagi terbukti sebelumnya, Eksanti diam saja ketika aku berusaha menyusupkan batang kejantananku ke liang senggamanya. Pada saat aku membawanya menuju tempat tidur,

Aku membaringkan tubuhnya di atas kasur. Lalu, denhan hati-hati saya menyusul menimpa ke atas. Kami tidak mempedulikan butiran-butiran udara yang masih menempel di sekujur tubuh kami, sehingga permukaan kasur. Aku menciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat puting payudaranya. Telapak kami terus membelai dan meremasi setiap lekukan dan tonjolan tubuh Eksanti. Aku kembali melebarkan kedua pahanya, sambil mengarahkan batang kejantananku ke bibir kewanitaan Eksanti. Eksanti mengerang pelan. matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Aku mengungkapkan mata Eksanti penuh hasrat nafsu.Bola memohon untuk segera mendekatinya.


http://202.95.10.206/


“Aku ingin bercinta denganmu, Santi”, bisikku pelan, sementara kepala kejantananku masih menempel di belahan liang kewanitaan Eksanti. Kata-kataku yang terakhir ini ternyata membuat wajah Eksanti memerah. Mungkin, ketika bersama Yoga, dia jarang mendengar permintaan yang terlalu to the point begitu. Aku bisa memastikan, Eksanti agak malu. Aku sewaktu-waktu untuk menunggu jawaban dariku kepadanya, karena bagaimana pun aku tidak mau melakukan persetubuhan tanpa persetujuan darinya. Aku bukan tipe laki-laki yang demikian. Bagiku berpaducinta adalah kesepakatan, berdasarkan kesadaran tanpa adanya unsur pemaksaan. Eksanti melihat lalu mengangguk sebelum membuka matanya. Bukan main rasa senangnya hatiku.

Akhirnya.. “..yes!”. Aku akan memperlakukannya dengan hati-hati sekali, begitu yang ada dalam fikiranku. Kini aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun batang kejantananku yang perlahan mulai menyusup melesak ke dalam liang kewanitaan Eksanti. Mula-mula terasa seret memang, namun aku malah semakin menyukainya. Perlahan namun pasti, kepala kejantananku memuji liang kewanitaannya yang ternyata begitu menjepit batang kejantananku. Dinding dalam kewanitaan Eksanti ternyata begitu licin, sehingga agak memudahkan kejantananku untuk menyusup lebih ke dalam lagi. Eksanti memeluk erat sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku, hingga agak terputus. Namun aku tak peduli. “Mas, gede banget, occhh..”, Eksanti berteriak pelan.Tangannya turun menangkap batang kejantananku. “Pelan maas..”, ujarnya kali, padahal aku merasa sudah melakukannya dengan pelan dan hati-hati. Mungkin karena lubang kewanitaannya tidak pernah dimasukkan lagi ke dalam batang video seperti milikku ini. Soalnya aku tahu pasti ukuran kejantanan Yoga, pacar Eksanti harga yang aku miliki.

agak merasa nyaman. Akhirnya batang kejantananku terbenam juga di dalam kewanitaan Eksanti. Aku berhenti menikmati untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding kewanitaan Eksanti. Denyutan itu begitu kuat, sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Aku melumat bibir Eksanti sambil perlahan-lahan menarik batang kejantananku,.. untuk selanjutnya aku benamkan lagi, masuk.., keluar.., masuk.., keluar.. Aku meminta Eksanti untuk membuka kelopak mata. Eksanti menurut. Saya sangat senang melihat matanya yang semakin mengatakan Anda menikmati batang kejantananku yang keluar masuk di dalam kewanitaannya.

“Aku suka kewanitaanmu, Santi, kewanitaanmu masih tetap rapet, ‘yang”, ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, liang kewanitaan Eksanti masih terasa enak sekali. “Icchh.. Mas ngomongnya sekarang vulgar banget”, balasnya sambil tersipu malu, lalu ia mencubit pinggangku. “Tapi enak ‘kan, ‘yang?”, bertanya, yang dijawab Eksanti dengan sebuah anggukan kecil. Aku meminta Eksanti untuk menggoyangkan pinggulnya. Eksanti langsung gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka batang kejantananku, Santi?”, tanya lagi. Eksanti hanya tersenyum.

Batang kejantananku terasa seperti diremas-reMas. Masih ditambah lagi dengan jepitan liang senggamanya yang sepertinya punya kekuatan magis untuk menyedot meluluh lantakkan otot-otot kejantananku. “Makin pintar saja dia menggoyang”, batinku dalam hati. “Occhh..”, teriakku panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan bebas untuk mengeluar-masukkan batang kejantananku ke dalam liang senggama Eksanti. Aku memperhatikan dengan hati-hati kejantananku yang keluar dengan lincah di sana. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Eksanti memperbesar kedua pahanya, sambil membantu erat di pinggangku.

Gerakan naik turunku semakin cepat goyangan pinggul Eksanti yang semakin tidak terkendali. “Santii.. enak banget, ‘yang, kamu makin pintar, ‘yang..”, ucapku merasa tertarikakan. “Kamu juga, Mas.., Santi juga enakk..”, agak malu-malu. Eksanti merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatannya. Berulang kalih mengeluarkan kata-kata, “aduh..occh..”, yang diucapkan terputus-putus. Aku liang senggama Eksanti semakin berdenyut sebagai pertanda Eksanti akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya. Namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan pelan-pelan, untuk menurunkan daya rangsangan yang aku alami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini dengan tergesa-gesa.

Aku mempercepat goyanganku ketika aku menyadari Eksanti hampir mencapai orgasmenya. Aku meremas payudaranya kuat-kuat, seraya mulutku menempel dan menggigiti puting susu Eksanti. Aku masuk dalam-dalam. “Occhh.. Mas..”, jerit Eksanti panjang. Aku membenamkan batang kejantananku kuat-kuat ke liang senggamanya hingga mencapai dasar rongga yang terdalam. Eksanti mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya indah dan indah untuk beberapa saat tubuhnya mengejang. Kepalaku ditarik kuat-kuat hingga terbenam di antara dua bukit payudaranya. Pada saat menghentak-hentak, ternyata saya merasa tidak tahan lagi untuk bertahan lebih lama. “Saanntii.. aakuu.. mau keluaarr.. saayang.. occhh.. hh..”, jeritku.Aku ingin menarik keluar batang kejantananku dari dalam liang senggamanya. Namun Eksanti masih ingin merasakan orgasmenya, sehingga tubuhku serasa terkunci oleh kakinya yang tegak di pinggangku. Saat itu juga saya merasa hampir saja memuntahkan cairan hangat dari ujung kejantananku yang hampir meledak. Aku merasakan seolah-olah layang-layang putus yang melayang terbang, tidak berbobot. Aku tidak perlu menarik keluar batang kejantananku lagi, karena secara spontan Eksanti juga menarik pantatku kuat untuk tubuhnya, berulang kali.

Mulutku yang berada di belahan dada Eksanti memasang kuat kulit putihnya, sehingga meninggalkan bekas disana. Telapak tangan mencengkram buah dada Eksanti. Saya meraup semuanya, sampai-sampai Eksanti merasa agak senang. Aku tak peduli lagi. Hingga akhirnya.. plash.. plash.. plash.. (8X), spermaku akhirnya muncrat menyiram lubang sorganya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Eksanti pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Eksanti. Batang kejantananku masih berada dalam kenikmatan Eksanti.

Eksanti mengusap-usap permukaan punggungku. “Kamu menyesal, Santi?”, ujarku sambil mencium pipinya. Eksanti sambil pelanpelan membocorkan rambutku. Aku tersenyum kepadanya. Eksanti membalas. Aku meyandarkan penjagaan di belakang. oleh majalahsex.com Jam telah menunjukkan pukul 21:00 dan aku harus cepat pulang ke rumah, karena tadi aku tidak sempat membuat alasan untuk pulang terlambat. Begitu pula dengan Eksanti, yang saat itu telah memiliki kebiasan baru selayaknya calon pasangan suami istri, yaitu makan malam bersama Yoga di rumah kost mereka. Sebelum berpisah, kami berciuman untuk beberapa saat.Itu adalah ciuman kami yang terakhir.., percintaan kami yang terakhir.., sebelum akhirnya Yoga menikahi Eksanti, 2 bulan kemudian.


http://202.95.10.206/


Sabtu, 01 April 2023

CERITA MAIN DI KAMAR MANDI


http://202.95.10.206/

Saat itu aku sedang diminta menjaga rumah adik, karena keluarganya akan pergi hingga sore dan Tinah tinggal di rumah, karena kondisi perutnya yang kurang baik. Menjelang keberangkatan keluarga adik, aku sudah datang di sana.

“Mas..Tinah di rumah, perutnya agak kurang beres. Mis yang tak bawa“, adikku memberi tahu. “Oo..ya“, jawabku. Tak berapa lama mereka telah berangkat. Aku bergegas memasukkan sepeda motor ke dalam rumah. Tinah lalu mengunci pagar. Aku masuk rumah lalu cepat – cepat duduk di depan komputer, browsing, karena suami adikku memasang internet untuk mendukung pekerjaannya. Mengecek email; cari info ini itu dan..tentunya get into DS..he3x. 10menit kemudian Tinah menyajikan segelas es teh untukku.

“Makasih ya Tin“, ucapku. “Iya Pak..silakan diminum“, kata Tinah. Pembantu – pembantu adikku memang dibiasakan memanggil “Pak“ pada saudara – saudara majikannya, padahal terdengar sedikit asing di telinga.

Tinah lalu kembali ke dapur, aku lalu meminum es tehnya, “Hah..segernya“, cuaca sedikit panas walau agak mendung. Tinah kembali memasuki ruang keluarga, merapikan mainan – mainan anak adikku. Posisi meja komputer dan mainan yang bertebaran di lantai selisih dua kotak. Semula aku belum ngeh akan hal itu. Semula mataku menatap layar komputer di situs DS. Saat Tinah mulai memasukkan kembali mainan – mainan ke keranjang, baru aku menyadarinya.

Sesekali aku meliriknya. “Sedikit putih ternyata anak ini. Bodynya biasa aja sih, langsing dan kayaknya masih padat. Wah..ini gara – gara masuk situs DS jadi mikir macem – macem..hi3x“, pikiranku berkata – kata. Karena jarak kami yang lumayan dekat, maka ketika Tinah bersimpuh di lantai merapikan mainan di keranjang, otomatis kaosnya yang sedikit longgar memperlihatkan sebentuk keindahan yang terbungkus penutup warna biru. Tinah jelas tidak tahu kenakalan mataku yang sedang menatap sebagian keindahan tubuhnya. Pkv Game

“Andaikan aku…uhh..ngayal nih“. Tak terasa penisku mulai membesar, “Ke kamar mandi mbetulin posisi penis nih..sambil kencing“. Komputer kutinggal dengan layar bergambar Maria Ozawa sedang disetubuhi di kamar mandi. Aku lalu masuk kamar mandi, membuka jins dan cd lalu mengeluarkan penis. Agak susah juga kencing dengan penis yang sedikit tegang. “Lah..pintu lupa tak tutup“, aku terkejut. “Terlanjur..gak ada orang lain kok“, aku mendinginkan diri.

Aku keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di depan komputer, melanjutkan ngubek – ubek DS. “Cari camilan di meja makan ah..jadi lapar“. Aku mencari apa yang bisa dimakan untuk menemani kesibukan nge net. “Ada roti sama biskuit nih..asyik“. Roti kusemir mentega dan selai kacang dan diatasnya kulapis dengan selai blueberry, “Hmm..enaknya. Nanti bikin lagi ah..masih banyak rotinya“. Rumah adikku tipe agak kecil, jadi jarak antar ruangan agak dekat.



http://202.95.10.206/



Letak meja makan dengan kamar pembantu hanya 3meter – an. Kulihat dengan ujung mata, Tinah sedang di kamarnya entah beraktifitas apa. Selesai menyelesaikan semiran roti, aku kembali ke ruang keluarga yang melewati kamar pembantu dan kamar mandi mereka. 2detik aku dan Tinah bertatapan mata, tidak ada sesuatu, biasa saja. Kumakan roti sambil main DS lagi.

Terdengar gemercik air di belakang. Mungkin Tinah sedang mencuci perabotan dapur atau sedang mandi. “Belum ambil air putih nih..“, tak ada maksud apa – apa dengan suara air tersebut. Hanya kebetulan aku belum minum air putih, walau telah ada es teh. Aku ke ruang makan lagi dan mengambil gelas lalu menuju dispenser. Mata dan pikiran hanya tertuju pada air yang mengucur dari dispenser.

Baru setelah melewati kamar mandi pembantu ada yang special di sana. ”Lah..pintunya kok sedikit buka. Tin lupa dan sedang apa di dalam..moga gak mandi. Bisa dilaporin ngintip aku”. Masih tak terlihat kegiatannya, setelah tangan yang sedang menggapai gayung dan kaki yang diguyurnya baru aku ngeh..Tinah sedang mandi.


”Duhh..kesempatan sangat – sangat langka ini..tapi..kalo dia teriak dan nanti lapor adikku..bisa gawat bin masalah. Berlagak gak liat aja ahh”. Aku menutup pintu kaca ruang makan dan melewati kamar mandi Tinah. Tiba – tiba ”Ahh..ada kecoak..Hush..hush..Aduhh..gimana nih”, terdengar keributan di sana. ”He3x..ternyata dia takut kecoak toh”, aku tersenyum sambil pegang gelas saat melewati kamar mandi.

”Pak..Pak”, Tinah memanggilku. ”Walah..malah panggil aku. Gimana nih”. ”Tolong ambilkan semprotan serangga di gudang ya Pak..cepet ya Pak..atau..”, tidak terdengar lanjutan kalimatnya.


Sejak Tinah bersuara, aku sudah berhenti dan diam di dekat pintu kamar mandi. ”Atau..Bapak yang masuk pukul kecoaknya..mumpung masih ada”, lanjutnya. Deg..”Ini..antara khayalan yang jadi nyata dan ketakutan kalo dilaporkan”, aku berpikir. ”Cepet Pak..kecoaknya di dekat kloset. Bapak masuk aja..nggak papa.


Nggak saya laporin ke Bapak sama Ibu”, Tinah tahu keraguanku. ”Jangan ah..nanti kalo ada yang tau atau kamu laporin bisa rame”, jawabku. ”Nggak Pak..bener. Aduh..cepet Pak..dia mau pindah lagi”, Tinah kembali meyakinkanku dan meminta aku cepat masuk karena kelihatannya si kecoak mau lari lagi. ”Ya udah kalo gitu. Bentar..ambil sandal dulu”. Sambil tetap menimbang, take it or leave it. Aku menaruh gelas di meja makan lalu mengambil sandal untuk membunuh kecoak nakal itu.

Entah rejeki atau kesialan bagiku tentang kemunculannya. ”Aku masuk ya Tin”, masih ragu diriku. ”Masuk aja Pak”, Tinah tetap membujukku. Kubuka pintu kamar mandi sedikit, lalu kuintip letak kecoaknya, belum terlihat. Pintu dibuka lebih lagi oleh Tinah.

Kepalanya sedikit terlihat dari balik pintu dan tangannya menunjuk letak kecoak, ”..tuh Pak mau lari lagi”. Aku melihatnya dan mulai masuk. Tinah berdiri di balik pintu dengan menutupi sedikit bagian tubuhnya dengan handuk. Terlihat paha; pundak dan daging susunya. Serta rambut yang diikat di belakang kepalanya, walau hanya sedikit semua. Handuknya menutupi bagian paha ke atas, perut hingga bagian dada, warna biru, yang disangga tangan kirinya.

Semua hal itu dari ekor mataku, karena fokusku pada sang kecoak. ”Memang mulus dan cukup putih”, masih sempat aku memikirkannya. Bagaimana tidak, jarak kami hanya 2 – 3 langkah, tidak ada orang lain lagi di rumah.

”Plak..plak”, kecoak pun mati dengan sukses. Aku guyur dengan air agar masuk ke lubang pembuangan. Tanpa memikirkan lebih lanjut, aku lalu melangkah ke luar kamar mandi. ”Terima kasih ya Pak..sudah nolongin”. ”Oh..iya..”, sambil kutatap dia dan Tinah tersenyum. ”Bapak nggak cuci tangan sekalian..di sini saja”, tawar Tinah. ”Wah..ini. Makin bikin dag dig dug”. ”Emm..iya deh”. Aku akan mencuci tangan dengan sabun, yang ternyata posisi tempat sabun ada di belakang tubuh Tinah.


Aku menengok ke belakang tubuhnya. Rupanya dia baru sadar, lalu mengambilkan sabun, ”Maaf Pak..ini sabunnya”. Tinah mengulurkan sabun dengan tersenyum. Sabun yang sedikit basah berpindah dan tangan kami mau tidak mau bersentuhan. ”Makasih ya”, ujarku.

Aku mencuci tangan dan mengembalikan sabun padanya. ”Bapak nggak..sekalian mandi”, tanya Tinah. ”Waduh..tawaran apa lagi ini. Tambah gawat”. ”Iya..nanti di rumah”. ”Nggak di sini saja Pak?”. ”Kalo di sini yaa di kamar mandi depan”. ”Di kamar mandi ini saja Pak..”. ”Nggaklah..jangan. Di depan aja. Kalo di sini ya habis kamu mandi”. ”Maksud saya..sekalian sekarang sama saya. Hitung – hitung Bapak sudah nolongin saya”. Matanya memohon. Deenngg, sebuah lonceng menggema di kepala.

”Ini ajakan yang membahayakan, juga menyenangkan”, pikirku. ”Bapak nggak usah mikir. Saya nggak akan bilang siapa – siapa. Ya Pak..di sini saja”, dia memahami kekhawatiranku. ”Emm..ya udah kalo kamu yang minta gitu”, jawabku.

Entah mengapa aku merasa canggung saat akan membuka kaosku. Padahal tidak ada orang lain dan juga sesekali ke pijat plus. Aku buka jam tanganku dulu, lalu aku keluar dari kamar mandi dan kuletakkan di meja makan. Posisi Tinah masih tetap di belakang pintu, dengan tangan kanan menahan pintu agar tetap agak terbuka.

Kembali ke kamar mandi, kubuka kaosku dan kusampirkan di cantolan yang menempel di tembok. ”Pintunya nggak ditutup aja Tin ?”, tanyaku. Pertanyaanku sesungguhnya tidak memerlukan jawaban, hanya basa basi. “Nggak usah Pak..kan nggak ada siapa – siapa”, jawab Tinah.

Lalu kubuka jinsku, kusampirkan pula. Sesaat aku masih ragu melepas kain terakhir penutup tubuhk, cd – ku. “Bapak nggak nglepas celana dalem ?”, tanyanya. “Heh..ya iya”, kujawab dengan nyengir. Penisku sebisa mungkin kutahan tidak mengembang, tapi hanya bisa kutahan mengembang ¼ – nya.

Sengaja kutatap matanya saat melepas cd – ku. Mata Tinah sedikit membesar. Kusampirkan juga cd – ku. Lalu dengan tenang Tinah menyampirkan handuk biru yang sedari tadi menutup sebagian tubuhnya. “Duh..pantatnya masih ok. Pinggangnya tidak berlemak. Sabar ya nak..kita liat situasi dulu”, kataku pada sang penis sambil kuelus.

Tinah lalu membalikkan badan. Cegluk, suara ludah yang kutelan. “Uhh..susu yang masih bagus juga. Pentilnya nggak terlalu besar, areolanya juga, warnanya pas..nggak item banget. Perutnya sedikit rata dan..hmm..rambut bawahnya hanya sedikit”. Mau tidak mau, penisku makin mengembang dan itu jelas dilihat Tinah. Kembali sebisa mungkin kutahan perkembangannya. Tinah lalu menggosok gigi dahulu. Karena aku tidak membawa sikat gigi, hanya berkumur dengan obat kumur.

“Bapak saya mandiin dulu ya”, kata Tinah. “Terserah kamu”, jawabku sambil tersenyum. Tinah lalu mengambil segayung air, diguyurkan ke badan dari leher dan pundak.

Mengambil lagi segayung, diguyurkan ke perut dan punggung ditambah senyum manisnya. Ia lalu meraih sabun, digosokkan ke leher; pundak; dada dan tangan kananku.

Dibasahinya sabun dengan diguyur air lalu digosokkan ke tangan kiri; perut; penis; bola – bolaku. “Uhh..gimana bisa nahan penis nggak ngembang”. Bagaimana tidak, saat menggosok penis dan bola – bolaku sengaja digosok dan di urutnya. Ditatapnya senjata kebanggaanku, lalu menatapku dan tersenyum. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum juga. Diambilnya lagi segayung air, sabun dibasahi dan sisanya diguyurkan ke paha dan kaki lalu digosoknya.

Sabun kemudian diletakkan di pinggir bak mandi, kemudian mengambil segayung air dan diguyurkan ke badan depanku. Ambil segayung lagi dan diguyurkan lagi, tak lupa senjataku dibersihkan dari sisa – sisa sabun. Sedikit diremas oleh Tinah. Kutahan keinginanku untuk membalas perlakuannya, “biar Tinah yang pegang kendali”.

“Balik badan Pak”, perintahnya. Air diguyurkan ke punggung dan bagian bawah badanku. Digosoknya punggung; pantat; lalu paha dan kaki sisi belakang. Bonusnya, kembali menggosok penis dan bola – bolaku dan meremasnya. “Duh..ni anak. Bikin senewen..sengaja membuat panas aku“.

Kembali air mengguyur tubuh belakangku, sebanyak 3x. Dibalikkan badanku lalu mengguyur senjataku, digosok – gosoknya hingga sedikit memerah. Jantungku makin berdebar.

“Sudah selesai Pak“, kata Tinah. “Makasih ya Tin“. “Emm..kamu mau tak mandiin juga ?“, kepalang basah, kutawarkan permintaan seperti dia tadi. “Nngg..nggak usah Pak..ngrepoti Bapak“. “Ya nggaklah..jadi imbang kan“. Langsung kuambil segayung air lalu kuguyur ke tubuh depannya. Ia hanya menatapku. Kuambil lagi segayung. Lalu sabun yang tadi tergeletak di pinggir bak mandi kuambil dan aku basahi.

Kugosok leher; pundak; dan kedua tangannya. Kubasahi sabun lagi dan kugosokkan ke dada; kedua susu dan pentilnya; serta perut. Kutatap matanya saat kugosok kedua gunungnya yang kumainkan sedikit pentil – pentilnya. Tinah juga menatapku. Matanya mulai sedikit sayu. 1menit – an kumainkan pentil –pentilnya, lalu sedikit kuremas susu kirinya. Bibirnya sedikit membuat huruf o kecil dan “ohh..hhmm“.

Kubasahi lagi sabun, dan kugosokkan ke pinggang; paha dan kedua kakinya. Vagina luar hanya kusentuh sedikit dengan sabun, takut perih dan iritasi nanti. Itupun sudah cukup membuat matanya makin meredup. Air segayung lalu kuguyurkan ke tubuhnya 2 – 3x.

Kugosok dan kuremas sedikit keras dua gunungnya. Sedikit berguncang. Dua tangan Tinah memegang pinggir bak mandi, mulai erat. Kumainkan lagi pentil – pentilnya.

Aku merundukkan badan dan kukecup pucuk – pucuk bunganya bergantian. Tak perlu lagi ijin darinya. Tangan kiriku mengusap – usap lembut luar vaginanya. “Ouuh Paakk..“, Tinah mulai mendesah. Kukecup bibirnya lembut, “nanti dilanjut lagi“. Matanya seakan bernada protes, tapi Tinah diam saja. Kubalikkan tubuhnya, lalu kuguyur punggungnya sekarang. Sabun kugosokkan ke punggung; pinggang; pantat. Sabun kubasahi lagi lalu kugosokkan ke paha dan kaki bagian belakang. Aku menyusuri tubuh depannya lagi dari pinggang belakangnya. Tinah sedikit menggeliat geli. Kutangkupkan dua tanganku di dua susunya.


Aku senang bermain – main di susu yang bagus atau masih ok. Seluruh belakang lehernya aku cium dan kecup, begitu juga dua kupingnya dan kubisikkan ”kamu diam saja ya..cup”. ”Geli Paakk..”, Tinah mendesah lagi. Dua pucuk bunganya makin mengencang dan keras. Aku menyentil – nyentil, kuputar – putar seperti mencari gelombang radio. Dua tangan Tinah mencengkeram paha depanku. ”Aahh..hmmppff”, erangnya. Tangan kananku mengambil segayung air, kuguyur ke tubuh depannya. Kali ini kuusap – usap vagina luarnya dengan tangan kanan, sedang yang kiri tetap di susu kanan Tinah.


Pahaku makin dicengkeramnya. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan seiring kecupan dan ciumanku di belakang leher dan daun – daun telinganya. Sesekali aku menyentuh bibir dalamnya. Terasa telah menghangat dan sedikit basah. ”Ppaakkk..oohhh”. Tubuhnya mulai menggeliat – geliat. Jari tengah kanan kumasukkan sedikit dan kusentuhkan pada dinding atas vaginanya, sedang jempol kananku kutekan – tekankan di lubang kencingnya.

Baca Juga :  Menikmati pantat montok pembantu ibuku yang manis

”Aauugghhh Ppaakkk..eemmmppfff”. Kuku – kuku jemari Tinah terasa menggores dua paha depanku. ”Kenapa Tinah..hmm..kamu sendiri yang memulai kan”, bisikku. Tangan kiriku meraih kepalanya dan kupalingkan ke kanan, dan kutahan lalu kucium dengan nada 2 kecup 1 masukkan lidah.

Tinah terkejut, matanya sedikit membesar tapi kemudian ia menikmatinya. Ganti tangan kananku melakukan hal yang sama. Tinah hanya bisa mengeluarkan suara yang tertahan ”nngg..emmppfftt..nnngggg”, begitu berulang. Vagina dalamnya makin hangat dan basah. Secara tiba – tiba kuhentikan lalu kubalikkan badannya menghadapku. Kemudian aku sandarkan tubuhnya di bak mandi. Aku kemudian berjongkok dan mulai mengecupi vaginanya.


”Jjanggann Ppakk..jorok..”, dengan dua tangannya menahan laju kepalaku. Kutatap matanya dan ”sssttt..”, jari telunjuk kanan kuletakkan di bibirnya. Dua tangannya kusandingkan di samping kiri dan kanan tubuhnya.

Kukecup kecil, sekali dua kali. Kemudian lidahku mulai menjulur di pintu kenikmatan kami. Mataku kuarahkan menatapnya. Tinah agak malu rupanya, tetapi ada sedikit senyum di sana. Lidahku makin intens menyerang vagina luar dan dalamnya. ”Ssuuddaahh Pppaakk..aaaddduuuhh..oohhhh”, disertai geliat tubuh yang makin menjadi. Karena tak tahan dengan seranganku, dua tangannya meremas dan sedikit menarik rambut dan kepalalu.


Cairan lavanya makin keluar. Dua tanganku mendekap erat buah pantatnya. Jari tengah kiriku sesekali kumasukkan ke vagina dari belakang lalu kesentuhkan dan kutekan sedikit ke anusnya. ”Aammppuuunnn Pppaakkk..oouuuggghh..eeemmmpppfffs


Ssuudddaahhh..ooohhhh”, matanya agak membeliak ke atas dan kepala serta rambutku diremasnya kuat. Lava kepuasan dirinya mengalir deras, rasanya gurih sedikit manis. Kudekap erat Tinah dengan kepalaku di vaginanya dan pantatnya kuremas – remas. Kepalaku tetap diusap –usap oleh Tinah.


Ia menarik kepalaku dan menciumnya ganas. Lambat laun Tinah dapat belajar dariku. Tangan kanannya meremas dan menarik – narik penisku. ”Panjang ya Pak”, tanya Tinah. ”Biasa kok Tin..pingin ya..”, godaku. ”Aahh Bapak..”, jawabnya dengan memainkan bola – bolaku. Tinah merundukkan tubuhnya lalu tangan kirinya memegang penis dan menciumnya. Mungkin ia belum pernah meng – oral suaminya dulu sebab penisku hanya dicium – cium dan diremas – remas.


”Kamu mau ngemut burungku Tin..kayak ngemut permen lolly ? Tapi kalo belum pernah ya nggak usah..nggak pa – pa”. Tinah menatapku dan kubelai rambutnya.

Dengan wajah ragu didekatkannya penisku di bibirnya. Tinah mulai membuka mulut, sedikit demi sedikit penisku memasuki mulutnya. Tinah menatapku lagi, meminta penjelasan langkah selanjutnya. ”Sekarang..kamu maju mundurkan dengan dipegang tanganmu.

Yaa..gitu..oohh..hhmm”. Rupanya muridku cepat mengerti penjelasan gurunya. Rambut dan kepalanya kubelai dan kuremas – remas. ”Lalu..lidahmu kamu puter – puter di kepala penis atau di lubang kencing yang bergaris panjang ituuu..yyyahhhh..sssuuudddaahh pppiiinnnttteeerrr kkkaaammuu Tttiinnnn”.

Kuangkat kepalanya dari penisku dan kami berciuman dengan panas. Saling meremas susu; pantat dan kelamin masing – masing. Lalu kubalikkan lagi tubuhnya menghadap bak mandi. Dua tangannya kuletakkan di pinggir bak mandi. Kembali aku bermain – main di gunung Tinah. Penisku yang telah panas dan mengacung sekali kudekatkan ke vaginanya. Kukecup – kecup pundak dan leher belakangnya.

Ikat rambutnya aku lepas sehingga dirinya terlihat makin seksi kala menggeliat – geliat dan rambutnya tergerai ke sana kemari. Aku geser – geserkan penis di pintu surgawinya, sengaja aku mempermainkan rangsangan pada Tinah. ”Oohh..Ppaakk..mmaassuukkkiinn..Pppaakkk”, pintanya. ”Kamu mau burungku kumasukkin..hmm.. ”.

”Iyyyaa..Pppaakkk..aaayyyoo Pppaakk..”, rintihnya makin kencang. Kumasukkan penis pelan – pelan. ”Eemmppff..”, erangnya.


Lalu kuhentakkan pelan hingga penisku terasa menyentuh dinding belakang. ”Ooouuggghh..Pppaakkkk..mentok Pppaakk”. Aku menggerakkan tubuh pelan – pelan, kunikmati jepitan dinding – dindingnya yang masih kuat. Dua tanganku tak henti bermain di dadanya. Kumainkan irama di vaginanya dengan hitungan 1 – 2 pelan 3 kuhentakkan dalam – dalam. Lalu tangan kananku meraih kepalanya seperti tadi dan kucium panas bibirnya. Dinding vagina Tinah makin hangat dan banjir sepertinya. Dua tangannya mencengkeram erat pinggir bak mandi.


Sekarang tanpa hitungan, kumasuk keluarkan penis cepat dan kuat. ”Oohh.. oohh…hhmmppffftt..”, erang Tinah berulang. Sedang aku sedikit menggeram dan ”oouugghhh..hhmmppff..mpekmu enaknya Tttiinn..”. ”Bbuurrruunnggg Bbbaapppakk jjjuugggaaa”. Jarak pinggangku dan pantat Tinah makin rapat. Tangan kanan kuusap – usapkan di vaginanya. Dalam kamar mandi hanya ada suara tetes air satu – satu serta desah, bunyi beradunya paha dan pantat dan erangan kami.

”Pppaaakkk..sssaaayyyaa mmaaauu..ooohhh..”. ”Tttuunnggguu Tttiiinnn..aaakkkuuu jjjuuggggaa..Di dalam apa di llluuaarrr”, tanyaku.

”Dddaa lllammm aajjjaaa Pppaakkkk..oobbaattnyaa mmassihh aaddaa..”, jawab Tinah. Mendengar itu serangan makin kufokuskan.

Segala yang ada di tubuhnya aku remas. Dua tangan Tinah tak tahan di pinggir bak mandi dan mencengkeram paha serta pantatku. Bibirku dicarinya lalu ”hhhmmmpppfffttt..”. Pantatku diremas kuat – kuat.

Bibirnya dilepas dariku dan ”ooouuggghhh..”, desah Tinah panjang. Lava yang hangat terasa mengaliri penisku yang masih bekerja. Kepalanya tertunduk menghadap air di bak mandi. Kudekap erat tubuh depannya. Kukecup dan kugigit leher belakangnya.


Lalu tangan kiriku meraih kepalanya dan kucium dalam – dalam. Dengan satu hentakan dalam kumuntahkan magma berkali – kali. ”Ooouugghhh Tttiinnaahhh..hhhmmm..”. kepalaku tertunduk di pundaknya dengan tangan kiri di susu sedang yang kanan di vaginanya.

Lama kami berposisi seperti itu. ”Makasih ya Tin..kamu baik sekali. Enak banget tubuhmu”, kataku dengan membalikkan badannya dan kucium mesra bibirnya. Penis kumasukkan lagi, masih ingin berlama – lama di hangatnya vagina Tinah. ”Saya yang terima kasih Pak. Sudah lama saya pingin tapi sama orang nggak kenal kan nggak mungkin Pak. Burung Bapak pas di mpek saya”, Tinah menjawab dan mencium bibirku pula. ”Mpekmu masih kuat nyengkeramnya..dan panas”. Kubelai – belai kepalanya, ”kok bisa kamu pingin ngajak main sama aku ? Malah aku yang takut kamu laporin”. Sambil mengusap – usap punggungku, ”Tadi waktu saya bersihin mainan adik, saya liat gambar di komputer.

Terus waktu Bapak kencing tadi kan lupa nutup pintu..keliatan burung Bapak yang agak gede pas keluar dari celana”. ”Oo gitu..nakal ya kamu. Bener kamu masih nyimpen obatnya ?”, sambil kucubit pipinya. ”Masih kok Pak..sisa yang dulu”, jawab Tinah. Makin lama terasa penisku yang mengecil. Kucium dalam – dalam lagi bibirnya, ”sekarang..mandi yang beneran”. ”Heeh..iya Pak”, Tinah menjawab sambil tersenyum manis. Ia lalu memelukku erat. Aku membalasnya dengan memeluk erat dan mengusap – usap punggung serta kepalanya.


http://202.95.10.206/




luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com
domino99,