Selasa, 24 Desember 2019

Aku Di Rayu Mbak Nila Untuk Bersetubuh Dan Menikmati Keindahan Tubuhnya



Tak lama setelah lulus aku segera di terima di sebuah perusahaan yang lumayan besar di kota jakarta. Pada awalnya aku agak kebingungan mencari tempat tinggal, apalagi demi menghemat ongkos aku lebih mengutamakan yang tidak terlalu jauh dari tempat kerjaku. Apalagi saat itu gajiku masih standar fresh graduate, otomatis aku harus mencari yang harganya pas di kantong.

Untungnya aku menemukan sebuah kos kosan khusus karyawan dan karyawati yang nyaman dan lumayan murah meskipun tidak terlalu baru. Apalagi lokasinya berada di daerah cawang yang masih bisa dalam jarak tempuh kendaraan umum (meskipun alhamdulillah tak berselang beberapa bulan aku dapat mengkredit motor hingga tak lagi harus berjubel di transjakarta).

Cerita sex ini bermula ketika ada seorang penghuni baru yang pindah ke seberang kamarku. Tadinya aku memang sengaja memilih tempat yang cukup strategis yaitu di pojok ujung dekat dengan dapur umum (sebenarnya hanya dapur sederhana dengan satu buah kompor dan tempat cuci piring). Kenapa strategis? Menurutku karena tempatnya di ujung lorong sehingga tak banyak orang yang lalu lalang, lagipula selama ini hampir tak ada yang menggunakan dapur tersebut karena rata rata penghuni kosanku itu adalah karyawan/i yang notabene tak punya banyak waktu untuk masak memasak. Paling hanya sekedar cuci piring saja. Agen Sakong 

Namun sore itu itu aku melihat sesosok wanita berambut panjang yang tengah asik menggoreng sesuatu didepan kompor. Sekilas dari belakang aku tidak mengenali sosok tersebut dan kupikir mungkin saja ini penghuni baru.

Baru saja aku membuka kunci dan hendak masuk kekamar, tiba tiba wanita itu berbalik dan memandangiku sambil kemudian menyapaku ramah.

“Permisi mas.. Mas yang nempatin kamar depan ya? Saya baru aja pindah tadi pagi ke kamar seberang. Saya nila..”

Ia kemudian mengulurkan tangannya ramah sambil tersenyum manis.

“Doni..” Ujarku pelan sambil menjabat ringan tangannya.

Jujur aku jadi agak salah tingkah dan kikuk.Mungkin karena jarang aku bisa berkenalan langsung dengan penghuni kosanku. Ya, dari sekian banyak penghuni kosan ini aku hanya tahu satu dua nama saja penghuni kamarnya. Itupun yang letaknya tak jauh jauh dari kamarku. Mungkin itu sifat individualistis masyarakat jakarta, berbeda jauh keadannya kala aku masih kuliah di bandung dulu. Dulu aku bisa akrab dan kenal penghuni kosanku. Antara penghuni kosan bisa saling akrab dan erat meskipun berjauhan kamarnya, berbanding jauh dengan keadaan kosanku yang sekarang dimana hampir setiap penghuninya tidak saling kenal mengenal.

Singkat cerita, akupun jadi cepat akrab dengan mbak nila penghuni kamar seberang kosanku (mungkin karena kami sesame pernah tinggal di bandung). Mbak nila yang memang cantik dan ramah perlahan seperi menjadi figur kakakku di kosanku. Ia berasal dari bandung, dan telah menikah. Ia tadinya bekerja di kantor cabangnya di bandung dan akhirnya dipindah ke kantor pusat yang di jakarta.

Meskipun aku tak pernah tahu umur aslinya berapa, namun perkiraanku ia berkisar di 20an akhir atau 30an awal. Ia juga bercerita bahwa ia telah menikah dan memiliki seorang anak yang telah berumur 5 tahun yang keduanya masih tinggal di bandung. Ia mengakui awalnya memang berat pergi meninggalkan keluarga, namun untungnya ia mendapat dukungan penuh dari suami dan keluarganya hingga ia pun mengiyakan kesempatan itu.

Pernah beberapa kali aku berkesempatan bertemu dengan suaminya mas sofyan dan gibran anaknya kala mereka bergantian bertandang ke jakarta ke kosan mbak nila. Mas sofyan dan gibran pun dapat cepat akrab denganku walau baru saja berkenalan, sehingga akupun jadi merasa makin bertanggung jawab secara moril untuk menjaga dan membantu mbak nila di kosan ini.

Malam itu aku pulang sedikit larut dari biasanya. Aku merasa kurang enak badan saat itu, apalagi ditambah beban kerja yang banyak membuat keadaanku makin drop. Akupun jd tak enak karena biasanya sepulang kerja aku janjian dengan mbak nila untuk pulang bersama kekosan, namun apa boleh buat waktu itu memang pekerjaanku sedang banyak banyaknya jado terpaksa mbak nila pulang duluan.

Ketika aku melangkah ke lorong menuju kamarku, masih terdengar suara orang memasak dari dapur umum. Tak lain itu adalah mbak nia yang sudah tiba terlebih dahulu dan sepertinya tengah asyik memasak sesuatu.

“Mbak.. Aku minta maap ya tadi pulang sendiri, terpaksa lembur nih karena banyak kerjaan.” Tegurku.

“Eh don, baru pulang yah? Iya gapapa kok santai aja.. Kamu pucet sih? Belom makan ya? Nih mbak masakin cap cay nih buat kamu makan malem.” Ujar mbak nila lagi

“Duh gausah mbak, aku lagi ga enak badan nih. Buat besok sarapan aja yaa.. aku kayanya mau langsung tidur aja.”

“Loh ngga bisa ah, kamu lagi sakit gini kok malah ngga makan. Udah pokoknya makan dulu sana, baru tidur istirahat. Yuk.”

Akupun tak bisa mengelak lagi dari komando mbak ku ini. Dengan langkah malas aku masuk kedalam kamar dan berganti baju kemudian menghabiskan cap cay mbak nila meskipun saat itu aku kurang bernafsu makan.

Tak lama setelah aku makan, terdengar ketukan di pintu kamar.

“Don.. Udah makannya? Mana sini piringnya..”

Akupun membuka pintu dan menyerahkan piring kotor tadi dan kemudian segera balik badan merebahkan badan lagi di kasur berusaha memejamkan mata.

“Masih puyeng yah? Meriang badannya?”

Aku tak menjawab dan hanya menggangguk saja sembari menangkup mataku dengan lenganku.

“Yaudah mbak kerokin ya.” Ujarnya pendek.

“Nggausah mbak aku ga biasa dikerok.. Sakit.” Tolakku.

Namun percuma saja, karena apabila mbak nila sudah memberi komando, tak ada apapun yang bisa menghalanginya.

Dan benar saja, tak lama mbak nila masuk kembali kekamarku membawa minyak pijat berwarna bening diatas mangkok kecil beserta botol botolnya.

“Mana sini punggungnya, cepetan duduk.”

“Ah nggamau ah mbak, aku gasuka bau minyak angin.”

“Ini minyak zaitun kok, bukan minyak angin. Udah sini cepetan mbak udah bawa uang gopek nih.”

“Duh nggamau mbak, aku gasuka dikerok. Dipijit aja deh…” Ujarku menolak dengan nada memelas.

Akhirnya setelah proses tawar menawar yang sadis, mbak nila setuju hanya memijitku saja. Akupun duduk memunggunginya dengan ogah-ogahan. Ya beginilah akrabnya kami berdua. Seperti yang kubilang tadi mbak nila sudab kuanggap kakak sendiri, dan mungkin juga mbak nila telah menganggapku sebagai adiknya sendiri, jadi tidak ada rasa canggung atau malu-malu lagi.

“Tuh liat, dipijit gini aja merah. Udah ya dikerok aja sekalian?” Ujar mbak nila lagi berusaha Menawar lagi.

“Udah mbak gausaaaah.. Dipijet aja udah itu aku tidur.” Ujarku malas

“Yaudah terserah kamu deh..”

Lama kelamaan kurasakan enak juga pijatan mbak nila. Kupikir enak juga ya apabila punya istri nanti.. Hehe.

Selama memijit pun aku tak pelak menjadi korban candaan mbak nila. Ia tahu aku sensitif orangnya, jadi sesekali iya menggelitiki pinggangku yang membuatku menggeliat seperti kesetrum.

“Eh! Eh! Udah ah mbak, pundung nih aku..”

“Hihi iya iya.. Gitu aja pundungan dasar. Yaudah sekarang depannya sini.”

Mbak nila kemudian menepuk pundakku sehingga aku membalik badan bersila berhadap-hadapan dengannya.

Dengan wajah serius mbak nila meraba dan mengurutkan tangannya yang licin oleh minyak zaitun di dadaku. Kuakui efek minyak zaitun ini enak juga, bisa menghasilkan hangat namun tidak sepanas dan lengket seperti minyak angin. Nyaris seperti minyal goreng.

Belum lama aku menikmati pijatannya di dadaku, lagi lagi aku jadi korban kejahilan mbak nila. Kali ini puting ku yang jadi sasarannya. Masih seperti tadi, mulanya ia memijat dengan serius namun tiba-tiba ia dengan cepat mencolek putingku.

“Akh! Mbak!” Ujarku sambil menggelinjang. Sementara di lain pihak mbak nila terkekeh puas melihat reaksiku. Bukan apa-apa sih, tapi colekannya itu bukan hanya geli tapi juga menimbulkan sensasi enak sehingga membuatku sedikit risih juga.

Apalagi kini intensitas kejahilan colekan mbak nila makin menjadi-jadi. Aku dibuatnya jadi terus menggeliat-geliat. Lama lama aku jadi tak tahan juga, kuputuskan untuk menggigit bibirku saja daripada nanti malah kecolongan mendesah, bisa malu aku jadinya.

Namun mbak nila malah jadi makin gemas, melihatku menahan diri seperti itu membuatnya makin bersemangat memancing desahanku. Sekali waktu mbak nila benar-benar menggelitiki kedua putingku dengan kedua telunjukknya yang licin dengan cepat hingga badanku sedikit melengkung kedepan sambil mencengkram karpet kuat-kuat. Aku tak mampu lagi mengelak kalau aku jadi bernafsu dibuatnya. Ingin rasanya aku mendesah kuat-kuat sambil melolong keenakan.

“Ah udah ah, kamu jadi keenakan gitu kesenengan.” Ujar mbak nila menyudahi kelitikannya.

“Hmmmhaaaaaa…” Aku menghela napas panjang melepaskan gigitan bibirku sendiri. Kepalaku rasanya ringan, dan darahku mengalir cepat. Mau tak mau Aku jadi terangsang juga akibat kejahilan mbak nila. Ada rasa malu antara tertangkap basah, dan juga sensak nagih yang membuatku serba salah. Tapi tentu kutahan saja karena untungnya akal sehatku masih berjalan. Padahal kala itu mbak nila hanya mengenakan daster tanpa lengan dan rambut diurai. Apabila orang lain yang berada dalam posisiku, pasti sudah habis diterkam mbak Nila.

“Tuh jadi keras gitu tuh..” Ujar mbak nila menahan tawa. Spontan wajahku memerah, akupun membenarkan posisi dudukku. Kuharap mbak nila tadi menyindir putingku yang jadi keras akibat kenakalannya tadi, bukan gundukan lain yang memang juga telah mengeras didalam boxerku.

“Udah rileks lagi, kok jadi tegang gitu sih..” Ujar mbak nila lagi memecah keheningan sembari menepuk perutku yang rata.

“Sini dikasih minyak lagi biar ga kembung..”

Mbak nila pun mengusap-usap perutku dengan permukaan tangannya. Akupun berusaha kembali mengontrol diriku. Perlahan aku berusaha menurunkan birahiku yang tadi sempat meluap luap. Dalam hati aku terus menahan diri dan beristighfar, sembari terus kuingat ingat wajah mas sofyan dan gibran di benakku. Mbak nila sudah kuanggap mbakku sendiri, begitu pula mas sofyan dan gibran yang sudah kuanggap mas dan ponakanku sendiri, jadi mana tega aku berbuat macam-macam terhadap mbak nila. Namun kenyataannya kami berdua adalah pasangan lawan jenis, yang berdua-duaan didalam kamar tertutup, dengan keadaan yang sebenarnya kurang pantas pula dimana aku nyaris telanjang hanya mengenakan boxer dan mbak nila hanya mengenakan selembar daster tipis yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Agen Poker

“Udah jangan ditahan-tahan.. Hihihi” goda mbak nila lagi.

Disaat saat aku tengah berupaya keras menurunkan gairahku, mbak nila malah menjahiliku lagi dengan mulai kembali mengelus putingku dengan sebelah tangannya.

“A-aduh mbak.. Udah dong.. Ampun..” Ujarku memohon mohon dengan suara parau.

Mbak nila kali ini tak berkata sepatah katapun, melainkan terus mengusap putingku dan perutku lembut.

Tanpa kusadari mata mbak Nila sedari tadi memandangi gundukan dibalik celana boxer ku itu. Entah dorongan darimana, tiba-tiba saja mbak Nila mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berucap lembut.

“Don, kamu mau cepet enakan ga badannya? Hmm, tapi janji ya jangan cerita ke siapa-siapa. Sekali ini aja loh. Mbak ngomong beneran nih.” Ucap Mbak Nila serius.

“E-emang mo ngapain mbak? Iya iya janji deh.” Jawabku cepat karena didorong oleh rasa penasaranku.

Tangann mbak Nila yang masih licin oleh minyak zaitun terasa begitu menenangkan mengusap perutku perlahan bergerak semakin kebawah..kebawah..dan terus kebawah tanpa kusadari.

Disela-sela buaian kenikmatan cerita sex, usapan telunjuknya di putingku, tiba-tiba aku dikejutkan oleh sensai lain.

Tangan kanan mbak nila yang sedari tadi merambat di perutku kini sudah turun hingga kedalam boxerku. Telapak tangannya yang halus dan lembut juga hangat oleh minyak zaitun kini ikut menjahili bagian lain dari diriku yang tak kalah sensitif. Menjahili mungkin kata yang kurang pas, yang lebih tepat mungkin adalah mencabuli.

Ya, mbak nila secara tiba-tiba sudah menggengam batang kemaluanku erat-erat dan meremasnya perlahan. Dengan ekspresi kaget dan shock aku menoleh dan memandang mbak nila secara serta merta. Matanya yang kini juga tak kalah sayu dariku, membalas tatapanku lembut.

“Enak ga..?” Tanya nya dengan suara lirih. Ia pun bergerak mendekatan wajahnya hingga tinggal berjarak sejengkal dari wajahku. Lalu mbak nia pun berbisik pelan.

“Nanti gantian ya mbak juga…” Ujarnya sambil tersipu namun juga terdengar memohon.

Seusai ia berbisik, mbak nila langsung tancap gas. Bermodalkan minyak zaitun yang tersisa di tangannya, mbak nila kemudian mengocok batang kemaluanku dengan cepat.

“COK.. COK.. COK.. COK..!!”

Bunyi gesekan becek antara tangannya yang licin dan kulit kemaluanku menggema di kamar kosku. Jujur semuanya terjadi begitu cepat, aku bahkan tak begitu ingat jelas bagaimana semua bisa terjadi. Yang jelas seketika saat itu pandanganku langsung kabur, kepalaku terasa kosong, dan badanku terasa ringan. Dan yang jelas burungku terasa nikmat sekali. Meski saat itu mbak nila masih mengusapi putingku, namun rasanya sudah terkalahkan oleh nikmat cerita sex kocokan mbak nila. Nikmat yang menjalar-jalar hingga keseluruh tubuhku, membuat badanku tak mampu kukendalikan. Kakiku menjejak kuat-kuat di karpet, sembari tanganku juga ikut menjambak karpet menahan gebrakan kenikmatan cerita sex yang begitu dahsyat ini.

Diantara kaburnya pandanganku saat itu, aku sekilas melihat mbak nila meloloskan bahu daster sebelah kirinya hingga payudaranya meloncat keluar. Kemudian ditariknya kepalaku hingga mendekat ke dadanya. Seketika jadi begitu jelas payudara montok mbak nila yang tepat berhadapan begitu dekat dengan wajahku. Nampak putingnya yang kecoklatan, dikelilingi oleh bintik-bintik kecil yang tak kalah menggiurkan.

Tanpa diperintah oleh mbak nila, Akupun menuruti instingku. Dengan serta merta kulahap dada mbak nila yang terasa begitu manis dagingnya didalam mulutku. Bak bayi kehausan, kuisap dan kukecup dalam dalam puting susunya yang kenyal itu.

“Hmfffhhh..!! Mmmhhhffff…”

Mbak nila tak lagi bisa berbicara dan hanya mengerang-erang manja sembari tangannya menahan kepalaku seperti tengah benar-benar menyusui bayi. Baru kali itu kudengar mbak nila mengeluarkan erangan yang sebegitu erotis yang membuatku kian bergairah menyusu padanya.

“Hmmmhhhh…clup clup..nyammmhhh…sllrrrrppp”

Dengan semaunya terus kukemut dada mbak nila dengan kesetanan. Tak mau kalah, tangan mbak nila juga tak menurunkan tempo kocokannya dan terus menggerakan lengannya naik turun dan kekanan kekiri liar. Kami berdua sama-sama terbuai kenikmatan cerita sex terlarang.



Hingga akhirnya aku merasakan tubuh bagian bawahku seperti kaku. Semuanya terjadi hanya dalam hitungan detik. Buah zakarku mengencang, batang penisku berkedut kedut, dan akhirnya kesemua gerakan tersebut memompa keluar cairan benihku yang berlimpah. Badanku melayang, bagai diterpa ombak kenikmatan cerita sex hingga serasa seperti mati rasa, tak memperdulikan semburan demi semburan yang mengotori tangan halus mbak nila serta boxer yang kukenakan. Agen DominoQQ

“Aakkhhh…”

Mbak nila terpekik antara kaget dan senang ketika merasakan tangannya basah. Ia sebenarnya sudah hapal dengan kedutan kedutan yang ia rasakan di telapak tangannya sebelumnya. Namun tetap saja sensasi klimaks diriku itu juga memberikan sensasi kepuasan baginya. Diperahnya batangku hingga benar-benar kering ke tetes terakhir. Sekilas malah seperti ia tengah mencekik batangku hingga ciut. Dibiarkannya spermaku membanjiri tangannya, meleleh-leleh dengan bebas.

Hingga akhirnya aku kembali mendarat dari klimaks yang dahsyat itu barulah mbak nila melepaskan cengkramannya.

Dengan sangat hati-hati ia menarik keluar tangannya dari dalam boxerku. Entah takut spermaku jatuh menetes kemana-mana, atau memang ia begitu sayang dengan cairan kotorku itu. Yang pasti setelah itu mbak nila tak lantas cepat-cepat membersihkan tangannya, melainkan memandangi cairan kental itu meleleh di tangannya. Dipandangainya lekat-lekat, bahkan diendus-endusnya.

“Uhhm.. Lengket banget don, amis lagi. Pasti kamu udah lama ga keluarin yaa.. Hehe.” Ujar mbak nila sambil terkekeh.

Aku hanya bisa diam tak tahu mesti menjawab apa.

Bau khas sperma yang menyengat itu membumbung di ruang kosanku. Mbak nila dengan perlahan menyeka spermaku yang meleleh di tangannya dengan tissue. Sementara itu aku masih agak terengah-engah akibat klimaksku barusan. Semuanya masih seperti mimpi bagiku. Aku masih berusaha mencari tahu apakah ini semua nyata terjadi atau sekedar mimpi? Apakah ini mimpi indah atau mimpi buruk? Aku tak tahu pasti.

Disaat aku masih berusaha sadar itu perlahan mbak nila kembali mendekat. Aku masih mengerjap-ngerjapkan mata melihat sosoknya yang nyaris telanjang itu. Sebelah payudaranya bergantung bebas, nampak bekas merah dan basah oleh liur. Benarkah itu liurku? Aku menelan ludah dengan susah. Kemudian dengan lembut mbak nila menggenggam sebelah tanganku dan menempatkannya di sebelah dadanya yang masih tertutup dasternya.

“Ayo dong kan tadi udah janji mau gantian..” ujar mbak nila dengan manja malu-malu. Aku masih tak tahu harus berbuat apa. Tapi yang pasti setelah itu mbak nila membimbing tanganku untung meremas-remas payudaranya dari luar daster. Terasa kenyalnya, dan puting susunya yang kini juga sudah ikut mengeras menusuk telapak tanganku dari dalam dasternya.

Tanpa banyak berbicara lagi mbak nila menarik tanganku yang satunya lagi dan mengarahkan telunjukku ke putingnya yang satunya lagi, mengisyaratkan agar aku memainkannya seperti ia memainkan putingku tadi. Dan aku bodohnya hanya diam saja mengikuti permintaannya. Entah kenapa aku tak bisa menolak dan ikut menggerakan tanganku seperti keinginannya. Perlahan tapi pasti mbak nila kembali mengerang pelan karena gelitikan jariku. Bahkan kini bahu daster yang satunya lagi pun sudah turun meloloskan dasternya hingga ke perut, menyisakan mbak nila yang kini bertelanjang dada.

Desisan mbak nila entah kenapa membangunkan lagi gairah setan yang seharusnya sudah reda tadi ketika aku klimaks. Kini malahan aku asyik membalas dendam atas kejahilan mbak nila tadi dan gantian memuntir-muntir kedua puting susunya. Mbak nila kini yang berganti menggelinjang-gelinjang sembari berlutut di hadapanku sambil menggigit bibirnya.

“Awwh.. geli don.. dendem ya kamu mbak godain tadi? Hmmm..” ujar mbak nila dengan binalnya

Dengan mesra dieganggamnya kedua pergelangan tanganku seakan tak ingin tanganku lari kemana-mana selain mempermainkan kedua pentilnya yang sudah sedemikian keras itu. Setelah bermenit-menit akhirnya mbak nila menggeser tangan kananku dan membawanya kebawah, tepatnya ke selangkangannya.

“Pinjem tanganmu lagi ya don..”

Kemudian ditaruhnya telunjuk dan jari tengahku tepat di celana dalamnya. Aku terhenyak merasakan celana dalamnya yang sudah terasa basah seperti terkena tetesan air. Perlahan mbak nila menggerakan kedua jemariku tadi dengan gerakan menekan dan mengorek. Badanku merinding ketika merasakan bibir vaginanya mencumbu jariku dari luar cd.

“Uuhhhmm..” mbak nila mengerang ketika jariku mengaduk lembut bibir kemaluannya dari luar cd. Dengan tidak sabar mbak nila lalu menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Dan dari situlah baru terasa betapa beceknya kemaluan mbak nila. Darahku kembali berdesir kencang merasakan rimbunnya bulu kemaluan mbak nila, apalagi ketika merasakan langsung belahan vertikal kemaluannya. Dibimbingnya telunjukku menyusuri sudut-sudut rahasia yang selama ini hanya milik mas sofyan.

“Iyaa… korek yang itu dohhn.. iyaaaah…” bisik mbak nila dengan wajah merah padam.

Aku yang masih dalam keadaan planga-plongo hanya bisa mengikuti intruksi mbak nila dengan patuhnya. Kutekan dan kujawil-jawil tonjolan daging yang berada di sudut atas kemaluannya itu. Masih dengan rasa takjub kuperhatikan mbak nila yang makin menggelinjang keasyikan dan menahan-nahan malu desahannya hanya karena rangsangan daging secuil itu.

Akhirnya mbak nila pun makin tak kuat, badannya tumbang merebah di kasur dan merenggangkan kakinya mempasrahkan dirinya kepadaku. Namun tangannya masih mencengkram kuat pergelanganku, seakan tak rela tanganku pindah kemana-mana selain mempermainkan vaginanya. Begitu pula aku, akupun kala itu sudah tak lagi mampu berpikir lurus ketika melihat mbak nila yang sudah hampir telanjang itu. Badannya yang memang tak lagi kurus namun tetap semok, mengkilat karena keringat yang menyucur deras. Payudaranya yang bulat bak pepaya, tergolek bebas tanpa penutup dihiasi puting yang mencuat keras di kedua pucuknya. Apalagi memeknya yang rimbun dan lembab itu tak henti-hentinya pula meneteskan cairan bening di tanganku. Masih dengan birahi yang meluap-luap, mbak nila kembali menuntun tanganku beraksi lebih liar lagi.

“Jempolnya don.. uussh… iya utik-utik gitu… telunjuknya juga korekkkk… awwwwwwhhh…..”

Mbak nila dengan giatnya menggerakan jempolku untuk lagi mengusap-usap klitorisnya. Telunjukku juga dibantunya untuk memainkan lubang kemaluannya yang basah kuyup itu. Dengan gerakan memutar, kulingkari dan kucelup-celup lembut dengan telunjukku lubang yang menganga haus itu.

“Ammmmhhh…. iya gapapah.. korek aja donnhhh…”

Mbak nila mendesah dan mengaduh dengan suara yang parau nan binalnya itu ketika telunjukku menelusup masuk kedalam liang vaginanya. Meski awalnya sebatas kuku jari, namun rongga kemaluannya yang senantiasa berkedut-kedut itu seakan mengisap jariku masuk lebih dalam lagi. Hingga akhirnya lama kelamaan telunjukku masuk seluruhnya kedalam vaginanya. Mbak nila dengan syahdunya menjejejak pinggiran matrasku kuat-kuat ketika secara naluriah aku mengaduk-aduk telunjukku didalam kemaluannya. Tak lupa jempolku juga masih terus mengusapi klitorisnya habis-habisan. Akupun jadi makin bergairah dan makin gemas melihat reaksi mbak nila. Kugerakkan jemariku dengan bebasnya, kulengkungkan dan kukorek-korek memek mbak nila hingga ia kian menggeliat-geliat bak cacing kepanasan. Agen AduQ

“Terus donnnn.. terussss… ittuuuu..ituuuu……”

Mbak nila merengek-rengek manja ketika telunjukku menemukan titik kelemahannya. Dan tentu saja tanpa ampun terus kurangsang dan kuekslpoitasi titik g-spot nya itu. Mbak nila makin nampak seperti kerasukan, dengan rambutnya yang terurai acak-acakan dan dengan pandangan matanya yang sayu itu. Ia terus menggeram dalam-dalam seiring naiknya tempo permainanku. Sambil menjambak dahinya mbak nila menggigit bibirnya sendiri menahan ledakan dari dalam dirinya yang bisa kapan saja terjadi.

Tak butuh waktu lama hingga akhirnya mbak nila merintih lirih diiringi badannya yang mengejang kaku. Pantatnya terangkat beberapa centi akibat goyangan pinggulnya ketika rongga kemaluannya mengunyah-ngunyah habis telunjukku. Dengan takjub kusaksikan bagaimana kemaluannya menyemburkan beberapa kali cipratan kecil yang sepertinya adalah air seni, diikuti oleh membanjirnya lendir bening yang menetes-netes ke liang anusnya serta ke kasurku.

“Nnggggggahhh…gghhgg..hhgg.g..hhh…..”

Selama beberapa detik jiwanya melayang ke langit-langit, hingga akhirnya mbak nila jatuh kembali ke bumi. Napasnya tersengal-sengal hebat seperti baru saja habis berlari puluhan kilo. Badannya kini tak lagi kejang dan kaku seperti sebelumnya, otot-ototnya melemas dan ia pun tergeletak tak bertenaga, menyisakanku yang masih terkesima oleh kejadian yang baru saja terjadi di depan mataku.

Sambil masih agak terengah-engah, perlahan mbak nila mulai kembali kesadarannya. Meski dengan rambut kusut awut-awutan, wajahnya nampak berbinar meskipun masih terlihat sangat lelah dan bercucuran keringat. Bibir mungilnya menyimpulkan senyum kecil sambil melirik kearahku setengah tersipu.

Secara natural akupun menyeka keringat di dahi dan pipinya, mbak nilapun menyambut tanganku dan menggenggamnya mesra. Sampai saat itu aku masih benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Aku masih hanya diam dan terus mengusap rambutnya. Mbak nila dengan senyum khas keibuannya juga masih menatapku lembut. Kami berdua masih terdiam tanpa suara. Hanya sesekali terdengar napas mbak nila yang sedikit tersengal-sengal.

Di luar dugaan, mbak nila yang juga sedari tadi mengusap-usap lembut dadaku kembali beralih turun tangannya. Tangannya yang halus lagi-lagi meraba batang kejantananku.

“Don… Kok udah keras lagi sihh..” Ia bertanya dengan nada manja sembari mengelus-elus batang beruratku.

“Uffhss.. Mbak…” Ujarku lagi menahan rasa nyaman yang membuat kobaran gairahku terbakar lagi.

Disaat itu aku berusaha melepaskan diri dari cengkraman perbuatan nista ini. Aku berkata pada diriku ini sudah terlalu jauh. Namun ketika aku baru hendak beralih, mbak nila dengan lincahnya melingkarkan kedua kakinya di pingggulku, sehingga aku tak bisa kemana-mana. Dalam posisi terkunci itu mbak nila kembali menatapku dengan tatapan penuh rayuan, tatapan yang membuatku nyaris lupa diri.

Lantas mbak nila merengkuh leherku sehingga aku terkunci kian dekat dengan dirinya. Aku dapat merasakan jelas hawa tubuhnya yang juga berkobar hangat, serta lengket keringatnya yang makin melekatkan tubuhku dan tubuhnya. Dengan lihainya mbak nila melonggarkan silangan kakinya di pinggangku, untuk kemudian mengunci pinggulku sehingga bagian bawah tubuhku makin condong merapat ke bagian bawah tubuhnya.

“Ahh.. Mbak nila.. Sudah mbak, s-st..”

“Sssst… Dikit aja don…”

Mbak nila memohon manja sembari mengarahkan kepala penisku yang berada di genggaman tangannya tepat ke arah liang vaginanya. Aku kehabisan kata-kata ketika merasakan untuk pertama kalinya pucuk penisku bersinggungan dengan liang vaginanya. Pertemuan antara daging dan daging yang terasa begitu hangat serta becek, membuat pikiranku seketika kosong lagi.

“Aah..mbak.. Mbak…”

“Iya.. Iya sayang.. Cintai mbak sayang..”

Rengekan mbak nila, menghilangkan keragu-raguanku dan mengubahnya menjadi semangat tempur. Kepala penisku yang baru sedikit tercelup di kemaluannya segera kudorong dengan beringas, hingga dalam sekejap mata hilang sudah setengah penisku masuk kedalam liang kemaluannya.

“Aaaakhhh!!!”

Mbak nila membelalak matanya, spontan ia menjambak rambutku menahan rasa terkejut dan sensasi dari penetrasi penisku. Meski ia nampak shock, dengan cepat ia mengangguk-anggukan kepalanya seakan memberi kode padaku untuk melanjutkan seranganku. Akupun tanpa ampun mulai menggenjot kemaluannya. Dengan gagahnya kutarik mundur pinggangku hingga penisku nyaris tercabut dari kemaluannya. Namun sepersekian detik setelahnya segera kuhentakkan kuat-kuat pinggangku kedepan.

“PLAKK!!”

“Auuffffghhhhhsssss..!!!”

Mbak nila mengaduh nikmat cerita sex ketika selangkanganku menampar permukaan selangkangannya kuat-kuat. Begitu dahsyat hingga mentok penisku habis ditelan bulat-bulat oleh kemaluan mbak nila. Kami berdua sudah mabuk kepayang, keenakan oleh sensasi cerita sex terlarang. Aku lupa bahwa wanita yang kugagahi ini adalah mbak nila ku, dan ia pun lupa bahwa pria yang tengah menggagahinya itu bukanlah suaminya.

“Eeerrghhmmmm.. Ssshh..sshh… PLAK PLAK PLAK”

Aku menggeram dan mengamuk memompa mbak nila maju mundur. Badan mbak nila terguncang-guncang hebat akibat gerakanku. Sensasi yang kurasa tak bisa kulukiskan. Bagaimana nikmatnya cerita sex batang penisku tergesek oleh dinding rapat vagina mbak nila. Begitu pula rongga kemaluan mbak nila yang begitu sensitif digesek oleh sebongkah daging berurat keras, keluar masuk dengan cepatnya.

Bermenit-menit cerita sex berlalu nampaknya belum ada satupun dari kami yang menyerah. Mungkin karena sebelumnya tadi aku telah klimaks terlebih dahulu, maka kali ini aku mendapat energi dan daya tahan lebih. Didorong oleh nafsu dan birahi cerita sex yang meledak-ledak, mbak nila kemudian mendorong dirinya untuk bangun dan duduk di pangkuanku. Kini posisi kami berganti menjadi berpangkuan dan saling berhadap-hadapan. Mbak nila makin liar dan birahi, hilang sudah mbak nila yang biasanya berganti mbak nila yang kesetanan haus akan kepuasan cerita sex. Agen BandarQ

Dengan posisi seperti itu mbak nila berganti menjadi yang lebih agresif. Sembari melingkarkan kedua tangannya di leherku, ia mulai berguncang naik turun memompa kemaluannya di batang penisku. Akupun terpaksa bertumpu dengan kedua tanganku di belakang badanku, mengimbangi goyangan mbak nila yang asyik menunggangi diriku.

“Uufffhh.. Doniiihh.. Aaihhh.. Enyakkk..”

Mbak nila meracau dengan suara binalnya yang tak lagi kukenal. Sementara aku dibawahnya hanya bisa memejakan mataku dalam dalam sembari menengadah menikmati cerita sex kebringasan dirinya.

“Sssh…. Legitt bangett mbakk..” Racauku.

“Mmmhhp.. Apa yang legitt sayanggg??” Tanya mbak nila sembari terus berguncang naik turun dengan liarnya.

“Mmhpp.. Mem..memeknya mbaa.. Sedepp legitttt…” Ujarku lagi setengah sadar.

“Mmm iyaa? Sukaa? Mmmwwaaacchh…” Balas mbak nila.

Cerita sex berlanjut entah bagaimana kami berdua bisa berbicara begitu kotornya, saling melempar kata-kata vulgar tidak senonoh. Mbak nila mengakhiri kalimatnya dengan mencium bibirku dalam-dalam, menghirup semua ludah dari dalam mulutku. Dalam posisi vertikal seperti itu makin terasa saja nikmatnya cerita sex remasan rongga kemaluan mbak nila. Ditambah lagi dalam posisi itu otomatis membuat cairannya makin tumpah ruah, membuat selangkangan kami makin lengket dan rapat oleh cairannya.

Malam semakin larut dan keadaan semakin hening, namun desahan dan racauan kami berdua masih membahana di dalam kamar kosanku. Kami seakan tak peduli apabila ada yang mendengar dari luar. Mbak nila semakin bersemangat mengejar klimaksnya yang kedua untuk malam ini. Dijejal-jejalknya penisku dalam-dalam di memeknya hingga mentok ke titik terdalam.

“Don… doooon… DOON!!!”

“Aaagggh.. mbaaaaaakkkkkkk…”

Sekejap mbak nila kembali mengejang kaku, empotan memeknya membuatku luluh lantak. Kali ini kami orgasme berbarengan. Tepat ketika banjir bandang dari vagina mbak nila menyiram penisku, saat itu pula lah sperma ku menembak-nembak rahimnya. Lalu seketika semuanya terasa makin gelap dan gelap, hingga akhirnya aku tak kuat lagi dan merebahkan diriku di kasur, masih dengan posisi mbak nila berpangku diatas diriku, dan kemaluan kami masih bertautan.

Aku terbangun dengan terkejut.

Badanku terasa lelah sekali, dan pegal-pegal luar biasa. Rasanya seperti Hangover, kepalaku terasa ringan dan aku nyaris tidak bisa mengingat kejadian tadi malam. Namun anehnya demamku hilang. Badanku terasa segar sekali.

Namun aku nyaris melompat dan terjatuh dari kasur melihat sesosok mbak nila yang masih terlelap tanpa pakaian di sebelahku. Seketika semua ingatanku kembali, apa yang telah terjadi semalam, bagaiamana detailnya, dan apa saja yang sudah kulakukan dengan mbak nila. Sambil terhuyung-huyung, kuraih handukku dan kutinggalkan mbak nila yang masih mendengkur pelan di kasur. Kukunci pintu kamar mandi, dan kuguyur kepalaku dengan segayung air dingin.

Dalam hati aku rasanya ingin berteriak sekuat tenaga. Penyesalan yang kurasakan membuat dadaku sesak hingga tak bisa bernafas.

“Maafkan saya mas .. maafkan saya…..”

Duo Tante Liar Bergairah


Agen BandarQ - Pukul 20:00 WIB bel pintu rumah kontrakanku berdering, ketika itu aku di dapur sedang membuat mie rebus kesukaanku, Dengan berlari kecil menuju pintu depan, lalu aku membuka pintu, ternyata yang datang ke rumahku adalah Tante Lisa berserta temannya, aku belum kenal siapa dia.

“Hi Dedi.. apa kabar Sayang,” kata Tante Lisa.
“Ooo Tante, Silakan masuk Tan,” balasku sambil mempersilakan mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu.
“Tan, maaf yach di tinggal dulu mo matiin kompor soalnya lagi masak mie nich..” kataku.
“Oh ya Ded.. silakan.” balasnya.

Seketika itu juga aku beranjak ke dapur. Dua menit kemudian aku kembali ke ruang tamu lagi. Lalu aku di kenalkan dengan temannya oleh Tante Lisa.
“Ded, kenalin nich temen tante,” katanya.
“Nining..” katanya.
“Dedi..” balasku.

Lalu terjadilah perbincangan antara kami bertiga, hingga akhirnya Tante Lisa mengajakku untuk ML bersama-sama.
“Ded, puasin kita dong.. mau khan?” kata Tante Lisa.
“Boleh.. kapan?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Yach sekarang dong.. masa tahun depan sich,” kata Tante Nining.
“Ded.. Tante Lisa udah cerita tentang kamu, dan Tante Nining tertarik mau nyobain permainan kamu Ded,” katanya.
“Ah, Tante Nining ini ada-ada aja,” candaku.

Kemudian aku berdiri menuju sofa, dan aku duduk di tengah-tengah mereka, tanganku mulai memegang dan meremas-remas payudara Tante Nining dari luar bajunya, dan kulihat Tante Nining mendesis, dan dia hanya diam saja sewaktu tanganku memainkan payudaranya. Lalu aku mulai mencium bibirnya, bibirku dibalas oleh TanteNining dengan ganasnya. Lidah kami saling berpautan dan air ludah kami saling telan.

Melihat aku dengan TanteTining sedang asyik bercumbu, tangan Tante Lisa mulai bergerilya, meremas-remas batang kejantananku dari luar celanaku.

Tiga menit setelah aku selesai menikmati bibir dan aksi remasanku di payudara Tante Nining, lalu aku mengajak mereka masuk ke dalam kamar tidurku. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku. Di dalam kamarku mereka berdua melepaskan pakaiannya masing-masing hingga bugil. Alamak aku sempat tertegun melihat kedua tubuh mereka dan kedua payudara serta liang kewanitaan mereka yang indah itu.

Payudara mereka sama besarnya, cuma perbedaan dari mereka adalah bulu kemaluannya, bulu kemaluan Tante Lisa sangat lebat dan hitam, sedangkan kewanitaan Tante Nining bersih tanpa bulu.

Setelah mereka bugil, lalu mereka melucuti seluruh pakaianku satu-persatu serta celanaku hingga bugil. Lalu aku naik ke atas tempat tidurku. Aku mengatur posisi, posisiku tiduran terlentang, Tante Nining kusuruh naik ke atas wajahku dan berjongkok lalu aku mulai mejilat-jilat liang kewanitaannya dengan lidahku, sesekali jariku memainkan klitorisnya dan memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah itu,

sedangnkanTante Lisa kusuruh mengerjai batang kejantananku. Batang kejantananku di kocok-kocok, dijilat-jilat dan dikulum ke dalam mulutnya hingga semua batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat sekali ketika batang kejantananku dikenyot-kenyot oleh Tante Lisa.

Selang 10 menit aku melihat Tante Lisa mulai mengubah posisinya, dia berjongkok di atas selangkanganku dan batang kejantananku diarahkan ke liang kewanitaannya dengan tangannya dan..,

“Bleesss.. bleesss..” masuklah batang kejantananku ke liang senggamanya dan terasa hangat dan sudah basah. Lalu Tante Lisa menaik-turunkan pantatnya, terdengar suara desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulut Tante Lisa, “Hhhmm.. aaakkhh.. aaakkhh.. hmmm..” Tante Lisa terus menaik-turunkan pantatnya dan sesekali memutar-mutar pantatnya.


Saat menikmati hangatnya liang kewanitaan Tante Lisa, aku masih terus menjilat-jitat dan mengocok jariku ke liang kewanitaan Tante Nining. Ketika sedang asyiknya menjilat liang kewanitaan Tante Nining, lidahku merasakan suatu cairan kental yang keluar dari liang kewanitaan Tante Nining, lalu kusedot dan kutelan air kenikmatan Tante Nining itu dan kubersihkan liang kewanitaannya dengan lidahku. Sepuluh menit kemudian kulihat Tante Lisa sudah tidak tahan lagi dan akhirnya,

“Crreeett.. crreeett..” air maninya mangalir deras membasahi batang kejantananku, seketika itu Tante Lisa kerkulai lemas di sampingku dan kini batang kejantananku sudah terlepas dari liang senggamanya.

Lalu aku mngubah posisi, kini Tante Nining kusuruh menungging dan dari belakang kuarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, “Bleeesss.. bleeess…” aku mulai mengocok-ngocok batang kejantananku di liang kewanitaannya dari belakang, aku terus memaju-mundurkan batang kejantananku, sembari tanganku meremas-remas payudara yang menggantung dan bergoyang-goyang itu. Rintihan nikmat pun terdengar dari mulutnya, “

Aakhhh.. aakkkhhh.. terus sayang.. enak.. aaakkkh.. hhhmmm..”
Ketika batang kejantananku keluar masuk di liang kewanitaannya, di balas juga oleh Tante Nining dangan memaju-mundurkan pantatnya. Selang 20 menit aku merubah posisi lagi, kini kuatur posisi Tante Nining tiduran terlentang lalu kuangkat kedua kakinya ke atas, kubuka lebar-lebar pahanya, lalu kuarahkan kembali batang kejantananku ke liang kewanitaannya dan..,

“Bleess.. blesss..” batang kenikmatanku masuk ke liang kewanitaannya lagi, aku mulai mamaju-mundurkan pinggulku.

Sepuluh menit kemudian dia sudah tidak tahan lagi ingin keluar, “Aakhhh.. akhhh.. Say, Tante udah nggak tahan lagi pengen keluar..” rengeknya. “Dedi belom mo keluar nich Tan.. kalo mo keluar keluarin aza,” kataku dan akhirnya,

“Creet.. creettt.. creettt..”
dia sudah mencapai puncak kenikmatannya. Dan dia pun terlihat lelah karena puas. Karena aku belum mencapai puncak kenikmatan lalu aku merubah posisi dengan gaya “side to side”, (satu kaki Tante Nining diangkat ke atas sedangkan kaki satunya tidak diangkat, sedangkan posisi tubuh miring).

Kukocok-kocokkan batang kejantananku dengan tempo sedang di liang senggamanya, dan 20 menit kemudian aku merasakan sepertinya aku akan menemui puncak kenikmatan, lalu aku mempercepat gerakanku, kukocok dengan tempo cepat dan agak kasar di liang kewanitaannya dan terdengar rintihan kesakitan dan rasa nikmat yang terdengar dari mulutnya.

“Ouw.. aaahhkkk.. aaakkhhh.. aakhhh..”
kemudian kucabut dan kuarahkan batang kejantananku ke wajah Tante Nining dan,
“Creet.. creett.. creeett..”
spermaku muncrat di wajahnya. Lalu batang kejantananku kuarahkan ke mulutnya minta dibersihkan oleh Tante Nining dengan lidahnya dan aku pun terkulai lemas di tengah kedua tante itu.

Lima belas menit setelah mengatur nafas dan melihat kemolekan kedua tubuh tante itu, batang kejantananku sadah mulai berdiri lagi dan mengeras, kini sasaranku adalah Tante Lisa. Kuangkat tubuh Tante Lisa dan aku menyuruhnya menungging, lalu batang kejantananku kuarahkhan ke lubang pantatnya dan, “Bleesss.. bleess..” batang kejantananku sudah masuk ke dalam lubang pantatnya, aku mulai mengocok-ngocok kembali batang kejantananku di pantatntya,

“Aaakkhhh.. aaakkhhh.. hhmmm..” cuma itu yang keluar dari mulut Tante Lisa saat aku menusuk-nusuk pantatnya.
Selang 5 menit aku kembali merubah posisi, aku duduk di pinggir ranjang dan Tante Lisa duduk di atas selangkanganku menghadapku. Lalu,
“Bless.. bleesss..” kini batang kejantananku bukan di lubang pantatnya lagi tetapi dimasukkan ke liang kewanitaannya. Tante Lisa mulai menaik-turunkan pantatnya di atas selangkanganku dan sambil menikmati gerakan dari posisi itu aku meremas-remas kedua payudaranya dan kusedot-sedot bergantian, kugigit-gigit puting susunya dan dari payudara itu keluar suatu cairan dari putingnya.

Ternyata yang keluar itu adalah air susunya, langsung saja kusedot dan rasanya nikmat sekali. Ketika aku menyedot air susunya semakin kuat desahan Tante Lisa. Setengah jam kemudian kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan dan,  Daftar Poker Online

“Creettt.. crreeettt.. creettt..”
kami berdua keluar dan terkulai lemas di tempat tidur dengan batang kejantananku yang masih menancap di liang kewanitaannya.

Kami bertiga akhirnya tertidur kelelahan, keesokan paginya kami pun melakukan hubungan lagi bertiga di kamar tidur maupun di kamar mandi saat kami mandi bersama. Setelah permainan dan mandi bersama itu selesai kemudian kedua tante itupun pulang.



Senin, 23 Desember 2019

Aku Bercinta Dengan Teman SMA Ku Dulu



Diiringi Alunan Lagu Kami Merajut Cinta

Lagu “My Heart Will Go On” terdengar mengalun syahdu. Lagu yang populer karenai film Titanic yang dibintangi Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet, bagiku justru merangsang ingatan pada sepenggal kenangan indah bersama Yuliani, mantan kekasihku saat masih di bangku SMA. Soalnya, kisah percintaan kami yang bersaput buih-buih birahi, bukan sebuah“Kisah Kasih di Sekolah,”tapi kisah cinta dari dua orang dewasa yang sudah memiliki pasangan masing-masing.

Sebut saja namaku Herjuno, biasa dipanggil“Jun.” Sudah 10 tahun aku bekerja di kantor pusat salah satu BUMN ternama di negeri ini. Yanti, isteriku yang jadi guru di salah satu SMU Negeri, cukup membantu kelancaran karirku, sehingga aku dapat menduduki jabatan yang lumayan. Kami sudah dikaruniai 2 anakmasing-masing berusia 11 dan 15 tahun. Awalnya, aku bertugas di bidang hubungan masyarakat, kini aku ditempatkan pada bidang pengembangan sumber daya manusia, yakni menangani pelatihan pegawai baru atau pegawai lama yang mendapat promosi ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. Agen BandarQ

Aku berkomitmen di pekerjaan akan selalu bersikap profesional, tidak mau melibatkan diri pada hal-hal di luar tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan. Tapi entah kenapa,komitmen itu akhirnya saya langgar sendiri. Ini bermula dari masuknya sebuah pesan pendek (SMS) ke ponselku.

“Mas Jun, aku akan ikut training di kantor pusat. Aku mendapat promosi jabatan darii cabang Jateng. Kala boleh aku besok menemui mas di kantor. Yuliani,” demikian bunyi pesan pendek itu.

Aku tersentak kaget. Yuliani ? Yuliani, gadis cantikyang pernah menjadi kekasihku, ketika kami masih di SMA di kotaSolo ? Lalu, bagaimana keadaannya sekarang? Apakah masih seperti dulu ?

Dugaanku ternyata benar. Keesokan hari yang datang menemuiku adalah Yuliani, biasa dipanggil “Ani.” Dia dulu adik kelasku di SMA, aku kelas 3 dia kelas 1. Dan setelah tamat kuliah di Yogya, ia kerja di BUMN yang sama denganku. Ia bertugas di kantor cabang Jawa Tengah, dan dalam beberapa hari akan ikut pelatihan di kantor pusat untuk promosi jabatan yang lebih tinggi.

Yuliani, kendati usianya sudah kepala 3, tapi penampilannya tidak banyak berubah. Tampilan fisiknya masih cantik, tubuhnya padat berisi, berwajah agak indo dan kulitnya putih mulus. Dia gadis idamanku, ketika pertama kali mengenal apa yang disebut asmara.

Bagiku, kehadiran Yuliani membangkitkan kenangan masa lalu. Kerinduan terpendam, seakan kembali bangkit dan menghanyutkan emosiku. Dari bahasa tubuhnya, tampaknya Ani juga memendam perasaan yang sama. Aku tahu, dilubuk hatinya paling dalam, Ani pun merindukanku. Beberapa kali aku intipi bola matanya yang indah menatapku dengan malu-malu. Namun karena di kantor, sebisa mungkin aku berusahamenjaga sikap. Agen AduQ

Kami pun larut dalam obrolan panjang lebar, terutama mengenai pelatihan yang akan diikuti Ani selama 1 bulan di Jakarta. Dan tak terasa, hari sudah sore menjelang malam. Karena Ani datang ke kantorku dengan taksi, maka aku menyatakan siap mengantarnya pulang, dan ia langsung mengiyakannya.

Pukul 19.30kami meninggalkan kantorku menuju kawasan Cinere, tempat Yuliani menginap. Di perjalanan, obrolan kami makin berkembang. Mungkin karena sudah merasa akrab, Ani berani menceritakan soal diri dan keluarganya. “Aku menikah dengan pria pilihan orang tuaku. Kami sudah memiliki 2 orang putera yang masih kecil. Tapi, hubunganku dengan suami sudah tak harmonis, sejak ia kawin lagi. Memang, kami masih serumah, tapi ... ya gitulah, ‘ kata Ani seraya menarik nafas panjang.

Kegetiran terlihat menghias wajahnya. Entah kenapa, spontan aku jatuh iba, seakan aku ingin mengobati luka dihatinya. Laju kendaraan ku perlambat, kemudian aku raih tangan dankuremas jari-jarinya yang halus mulus. Ani diam saja, saat aku mendaratkan kecupan di pipinya. Alunan lagu “My Broken Souvenir”dari kaset semakin membangkitkan kenangan lama.

Agaknya, kami sudah tak dapat menyembunyikan kerinduan masing-masing. Karena itu, sepanjang kami bermesraan. Bukan hanya jari jemari yang bermain, tapi ciumanku mulai merapak ke wilayah mata, leher, dan juga bibirnya. Sedangkan tanganku juga mulainakal, merapak ke paha Ani yang hanya dibalut dengan rok mini. Kuelus paha dan betis mulusnya yang jenjang. Dan, ... Ani seakan menikmati permainan ini. Rasanya, apa yang kami pernah rasakan 15 tahun silam saat masih di SMA terulang kembali. Namun, sayangnya tak lama lagi kami tiba ditujuan, gejolak asmara yang kian mendidih terpaksa sementara ditunda dulu.

Keesokan hari, sekitarpukul 09.00 ada SMS masuk ke ponselku. PengirimnyaYuliani. “Ternyata Mas Jun masih seperti dulu.. “I miss U, Mas Jun.” Yuliani,” demikian pesan singkat itu. Ku balas SMSnya juga dengan SMS. Kukatakan aku juga sulit melupakannya. Aku merasa senang dengan menerima SMSnya. “Dearest Ani, thank you for your massage this morning. It make me fresh and happy,” demikian SMS ku ke Yuliani.

Sejak itu pula, kami selalu telpon-telponan. Dari sekedar bercanda, hingga saling curhat. Sesekali aku menggodanya dengan jurus-jurus rayuan maut. Tapi, sebaliknya, Yuliani justru balik menggodaku dengan kata-kata yang merangsang kelaki-lakianku.

Seminggu menjelang akhir masa pelatihan, Yuliani minta bertemu 4 mata, dan tempatnya bukan di kantor. Kusanggupi permintaannya, waktunya hari Sabtu karena hari libur dan tempatnya di salah satu hotel di bilangan Senayan. Nah.. pada hari itu, sambil ditemani segelas minuman ringan, kutunggu kehadiran Yuliani di restoran hotel itu. Dan tepat pukul 10.30, Yuliani muncul di hadapanku. Ia memakai baju santai, kemeja warna pink, dipadu rok warna gelap sebatas lutut. Sedikit polesan make up menghias wajahnya sehingga kecantikannya tampak alami. Aku terpesona memandangnya. Agen Poker

"Apa kabar, Mas ? I miss you, I loving you. Aku tresno karo mas Jun" suara lembut Yuliani membuyarkan lamunanku. Bersamaan dengan itu, cup… cup.... cup, ciuman mendarat di pipi kanan dan kiri, dan berakhir di bibirku.



“Kamu cantik, sayangku. “U always in my mind and my heart,” kataku.

Mendengar pujianku, Ani tersipu, dan langsung duduk di sampingku. Ia kemudian memesan juice melon, dan kami ngobrol dengan mesra. Pun demikian, pandangan mata dan bahasa tubuh kamu berdua seakan tak bisa menyembunyikan gejolak bathin yang kian membara.

"Ke kamar, yuk. I love U so much," bisikku Ajakanku bersambut kerlingan mata nan menggoda dari Ani, dengan bergandengan tangan kami melangkah menuju kamar. Tapi setiba di kamar, Ani tampak agak gugup. Mungkin ada rasa bersalah, karena ia telah berkhianat pada suami, atau.. aku tak tahu. Karena itu, aku sengaja tidak menyinggung persoalan keluarganya. Bagiku, yang penting happy bersama Ani.

Untuk mencairkan suasana, ku putar CD lagu-lagu nostalgia, yang sempat hit disaat kami masih di SMA, dan setelah mengambil minuman kaleng, kutuntun Ani dudukdi sofa, di samping tempat tidur.

Dengan obrolan ringan diselingi canda ria, suasana pun mencair.Dan setelah Ani tampak sudah bisa bersikap santai, baru kusentuh tangannya. Awalnya, Ani tidak bereaksi, tapi lama kelamaan ia pun melakukan hal yang sama. Kini aku semakin agresif. Ku cium rambutnya, Lalu merambat ke dahi, pipi, bibir hingga ke berbagai bagian tubuhnya. Yuliani juga tak kalah agresifnya. Ia membalas cumbuanku, sehingga tanpa sadar kami sudah di atas ranjang dengan penuh gairah.

Pun demikian, aku tidak ingin segera menuntaskan permainan ini. Aku ingin memberikan sesuatu yang surprise bagi Ani, karena itu sengaja mengulur-ulur tempo permainan. Sebagai bukti kerinduanku padanya, aku ingin menciptakan pengalaman bercinta yang indah untuk Yuliani. Agen DominoQQ

Ku ambil CD koleksi lagu-lagu lama yang bernada syahdu. Dengan iringan lagu “Love Me Tender,” ku peluk tubuhnya dan kuajak dia berdansa, tentu dengan baju yang sudah acak-acakan. Sambil berdansa, kucium lehernya, kulumat bibirnya, sementara tanganku terus bergerilya. Kami semakin larut dalam percintaan, hingga tanpa sadar, kami berdansa sudah dalam keadaan tanpa busana.

Tarikan nafas Yuliani, kian memburu, ia semakin agresif mencumbuku.Tapi, aku tetap mengulur waktu, biar foreplaynya lebih mantap. Ini semata-mata agar Yuliani dapat merasakan kepuasan yang prima.Setelah gelora asmara kian membludak tak terkendali, kutuntun dia ke atas ranjang, dan kami melakukan hubungan badan.

Yuliani tampak sangat menikmati permainan cinta bersamaku. Dan rasa nikmat dan bahagia juga merayap ke seluruh tubuhku. Aku bangga karena aku sudah memberikan sesuatu yang terbaik untuk Ani.

Hari itu, kami melakukan adegan percintaan hingga dua babak. Dengan berbagai pose, kami lakukan eksplorasi demi mendapatkan kenikmatan yang maksimal. Yuliani dengan wajah berbinar-binar mengaku sangat puas, dan berharap dapat mengulang kembali permainan ini sebelum ia balik ke Solo.

Mengambil Kesempatan Saat Sedang Menunggu


Agen BandarQ - Pada suatu siang sekitar jam 12-an aku berada di sebuah toko buku Gr***dia di Gatot Subroto untuk membeli majalah edisi khusus, yang katanya sih edisi terbatas. Hari itu aku mengenakan kaos t-shirt putih dan celana katun abu-abu.

Sebenarnya potongan badanku sih biasa saja, tinggi 170 cm berat 63 kg, badan cukup tegap, rambut cepak. Wajahku biasa saja, bahkan cenderung terkesan sangar. Agak kotak, hidung biasa, tidak mancung dan tidak pesek, mataku agak kecil selalu menatap dengan tajam, alisku tebal dan jidatku cukup pas deh. Jadi tidak ada yang istimewa denganku.

Saat itu keadaan di toko buku tersebut tidak terlalu ramai, meskipun saat itu adalah jam makan siang, hanya ada sekitar 7-8 orang. Aku segera mendatangi rak bagian majalah. Nah, ketika aku hendak mengambil majalah tersebut ada tangan yang juga hendak mengambil majalah tersebut.
Kami sempat saling merebut sesaat (sepersekian detik) dan kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut hingga majalah tersebut jatuh ke lantai.

“Maaf..” kataku sambil memungut majalah tersebut dan memberikannya kepada orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita yang berumur sekitar 37 tahun (dan ternyata tebakanku salah, yang benar 36 tahun), berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup membusung. 

“Busyet! molek juga nih ibu-ibu”, pikirku.
“Nggak pa-pa kok, nyari majalah xxx juga yah.. saya sudah mencari ke mana-mana tapi nggak dapet”, katanya sambil tersenyum manis.
“Yah, edisi ini katanya sih terbatas Mbak..”
“Kamu suka juga fotografi yah?”
“Nggak kok, cuma buat koleksi aja kok..”

Lalu kami berbicara banyak tentang fotografi sampai akhirnya, “Mah, Mamah.. Ira sudah dapet komiknya, beli dua ya Mah”, potong seorang gadis cilik masih berseragam SD.

“Sudah dapet Ra.. oh ya maaf ya Dik, Mbak duluan”, katanya sambil menggandeng anaknya.
Ya sudah, nggak dapat majalah ya nggak pa-pa, aku lihat-lihat buku terbitan yang baru saja.
Sekitar setengah jam kemudian ada yang menegurku.
“Hi, asyik amat baca bukunya”, tegur suara wanita yang halus dan ternyata yang menegurku adalah wanita yang tadi pergi bersama anaknya. Rupanya dia balik lagi, nggak bawa anaknya.

“Ada yang kelupaan Mbak?”
“Oh tidak.”
“Putrinya mana, Mbak?
“Les piano di daerah Tebet”
“Nggak dianter?
“Oh, supir yang nganter.”

Kemudian kami terlibat pembicaraan tentang fotografi, cukup lama kami berbicara sampai kaki ini pegal dan mulut pun jadi haus. Akhirnya Mbak yang bernama Maya tersebut mengajakku makan fast food di lantai bawah.

Aku duduk di dekat jendela dan Mbak Maya duduk di sampingku. Harum parfum dan tubuhnnya membuatku konak. Dan aku merasa, semakin lama dia semakin mendekatkan badannya padaku, aku juga merasakan tubuhnya sangat hangat.

Busyet dah, lengan kananku selalu bergesekan dengan lengan kirinya, tidak keras dan kasar tapi sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan tumitku sehingga pahaku menggesek-gesek dengan perlahan paha kirinya.

Terlihat dia beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah dia udah kena nih, pikirku. Akhirnya dia mengajakku pergi meninggalkan restoran tersebut.


“Ke mana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”, balasnya mesra.
“Kamu tahu nggak tempat yang privat yang enak buat ngobrol”, kataku memberanikan diri, terus terang aja nih, maksudku sih motel.
“Aku tahu tempat yang privat dan enak buat ngobrol”, katanya sambil tersenyum.

Kami menggunakan taksi, dan di dalam taksi itu kami hanya berdiam diri lalu kuberanikan untuk meremas-remas jemarinya dan dia pun membalasnya dengan cukup hot. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, dan kugesek-gesekkan.
Hawa tubuh kami meningkat dengan tajam, aku tidak tahu apakah karena AC di taksi itu sangat buruk apa nafsu kami sudah sangat tinggi. 

Kami tiba di sebuah motel di kawasan kota dan langsung memesan kamar standart. Kami masuk lift diantar oleh seorang room boy, dan di dalam lift tersebut aku memilih berdiri di belakang Mbak Maya yang berdiri sejajar dengan sang room boy. Kugesek-gesekan dengan perlahan burungku ke pantat Mbak Maya, Mbak Maya pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku. Daftar Poker Online

Ketika room boy meninggalkan kami di kamar, langsung kepeluk Mbak Maya dari belakang, kuremas-remas dadanya yang membusung dan kucium tengkuknya. “Mmhh.. kamu nakal sekali deh dari tadi.. hhm, aku sudah tidak tahan nih”, sambil dengan cepat dia membuka bajunya dan dilanjutkan dengan membuka roknya. Ketika tangannya mencari reitsleting roknya, masih sempat-sempatnya tangannya meremas batanganku.

Dia segera membalikkan tubuhnya, payudaranya yang berada di balik BH-nya telah membusung. “Buka dong bajumu”, pintanya dengan penuh kemesraan. Dengan cepat kutarik kaosku ke atas, dan celanaku ke bawah. Dia sempat terbelalak ketika melihat batang kemaluanku yang sudah keluar dari CD-ku. Kepala batangku cuma 1/2 cm dari pusar.

Aku sih tidak mau ambil pusing, segera kucium bibirnya yang tipis dan kulumat, segera terjadi pertempuran lidah yang cukup dahsyat sampai nafasku ngos-ngosan dibuatnya.
Sambil berciuman, kutarik kedua cup BH-nya ke atas (ini adalah cara paling gampang membuka BH, tidak perlu mencari kaitannya). Dan bleggh.., payudaranya sangat besar dan bulat, dengan puting yang kecil warnanya coklat dan terlihat urat-uratnya kebiruan. Tangan kananku segera memilin puting sebelah kiri dan tangan kiriku sibuk menurunkan CD-nya.

Ketika CD-nya sudah mendekati lutut segera kuaktifkan jempol kaki kananku untuk menurunkan CD yang menggantung dekat lututnya, dan bibirku terus turun melalui lehernya yang cukup jenjang. Nafas Mbak Maya semakin mendengus-dengus dan kedua tangannya meremas-remas buah pantatku dan kadang-kadang memencetnya.

Akhirnya mulutku sampai juga ke buah semangkanya. Gila, besar sekali.. ampun deh, kurasa BH-nya diimpor secara khusus kali. Kudorong tubuhnya secara perlahan hingga kami akhirnya saling menindih di atas kasur yang cukup empuk. Segera kunikmati payudaranya dengan menggunakan tangan dan lidahku bergantian antara kiri dan kanan.

Setelah cukup puas, aku segera menurunkan ciumanku semakin ke bawah, ketika ciumanku mencapai bagian iga, Mbak Maya menggeliat-geliat, saya tidak tahu apakah ini karena efek ciumanku atau kedua tanganku yang memilin-milin putingnya yang sudah keras.
Dan semakin ke bawah terlihat bulu kemaluannya yang tercukur rapi, dan wangi khas wanita yang sangat merangsang membuatku bergegas menuju liang senggamanya dan segera kujilat bagian atasnya beberapa kali.


Kulihat Mbak Maya segera menghentak-hentakkan pinggulnya ketika aku memainkan klitorisnya. Dan sekarang terlihat dengan jelas klitorisnya yang kecil. Dengan rakus kujilat dengan keras dan cepat. Mbak Maya bergoyang (maju mundur) dengan cepat, jadi sasaran jilatanku nggak begitu tepat, segera kutekan pinggulnya. Kujilat lagi dengan cepat dan tepat, Mbak Maya ingin menggerak-gerakkan pinggulnya tapi tertahan.
Tenaga pinggulnya luar biasa kuatnya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga dan erangan Mbak Maya yang tadinya sayup-sayup sekarang menjadi keras dan liar. Dan kuhisap-hisap klitorisnya, dan aku merasa ada yang masuk ke dalam mulutku, segera kujepit diantara gigi atasku dan bibir bawahku dan segera kugerak-gerakkan bibir bawahku ke kiri dan ke kanan sambil menarik ke atas.

Mbak Maya menjerit-jerit keras dan tubuhnya melenting tinggi, aku sudah tidak kuasa untuk menahan pinggulnya yang bergerak melenting ke atas. Terasa liang kewanitaannya sangat basah oleh cairan kenikmatannya. Dan dengan segera kupersiapkan batanganku, kuarahkan ke liang senggamanya dan, 
“Slebb..” tidak masuk, hanya ujung batanganku saja yang menempel dan Mbak Maya merintih kesakitan.
“Pelan-pelan Ndi”, pintanya lemah.
“Ya deh Mbak”, dan kuulangi lagi, tidak masuk juga. Busyet nih cewek, sudah punya anak tapi masih kayak perawan begini. Segera kukorek cairan di dalam liang kewanitaannya untuk melumuri kepala kemaluanku, lalu perlahan-lahan tapi pasti kudorong lagi senjataku. “Aarrghh.. pelan Ndi..” Busyet padahal baru kepalanya saja, sudah susah masuknya. Kutarik perlahan, dan kumasukan perlahan juga. Pada hitungan ketiga, kutancap agak keras. “Arrhhghh..” Mbak Maya menjerit, terlihat air matanya meleleh di sisi matanya.
“Kenapa Mbak, mau udahan dulu?” bisikku padda Mbak Maya setelah melihatnya kesakitan.
“Jangan Ndi, terus aja”, balasnya manja.

Kemudian kumainkan maju mundur dan pada hitungan ketiga kutancap dengan keras. Yah, bibir kemaluannya ikut masuk ke dalam. Wah sakit juga, habis sampai bulu kemaluannya ikut masuk, bayangkan aja, bulu kemaluan kan kasar, terus menempel di batanganku dan dijepit oleh bibir kewanitaan Mbak Maya yang ketat sekali.

Dengan usaha tiga hitungan tersebut, akhirnya mentok juga batanganku di dalam liang senggama Mbak Maya. Terus terang saja, usahaku ini sangat menguras tenaga, hal ini bisa dilihat dari keringatku yang mengalir sangat deras.
Setelah Mbak Maya tenang, segera senjataku kugerakkan maju mundur dengan perlahan dan Mbak Maya mulai menikmatinya. Mulai ikut bergoyang dan suaranya mulai ikut mengalun bersama genjotanku. Akhirnya liang kewanitaan Mbak Maya mulai terasa licin dan rasa sakit yang diakibatkan oleh kasar dan lebatnya bulu kemaluannya sedikit berkurang dan bagiku ini adalah sangat nikmat.
Baru sekitar 12 menitan menggenjot, tiba-tiba dia memelukku dengan kencang dan, “Auuwww..”, jeritannya sangat keras, dan beberapa detik kemudian dia melepaskan pelukannya dan terbaring lemas.

“Istirahat dulu Mbak”, tanyaku.
“Ya Ndi.. aku ingin istirahat, abis capek banget sich.. Tulang-tulang Mbak terasa mau lepas Ndi”, bisiknya dengan nada manja.
“Oke deh Mbak, kita lanjutkan nanti aja..”, balasku tak kalah mesranya.
“Ndi, kamu sering ya ginian sama wanita lain..”, pancing Mbak Maya.
“Ah nggak kok Mbak, baru kali ini”, jawabku berbohong.
“Tapi dari caramu tadi terlihat profesional Ndi, Kamu hebat Ndi.. Sungguh perkasa”, puji Mbak Maya.
“Mbak juga hebat, lubang surga Mbak sempit banget sich.., padahal kan Mbak udah punya anak”, balasku balik memuji.
“Ah kamu bisa aja, kalau itu sich rahasia dapur”, balasnya manja.
Kamipun tertawa berdua sambil berpelukan.


Tak terasa karena lelah, kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan dan kami kaget saat terbangun, rupanya kami tertidur selama tiga jam. Kami pun melanjutkan permainan yang tertunda tadi. Kali ini permainan lebih buas dan liar, kami bercinta dengan bermacam-macam posisi.

Dan yang lebih menggembirakan lagi, pada permainan tahap kedua ini kami tidak menemui kesulitan yang berarti, karena selain kami sudah sama-sama berpengalaman, ternyata liang senggama Mbak Maya tidak sesempit yang pertama tadi, mungkin karena sudah ditembus oleh senjataku yang luar biasa ini sehingga kini lancarlah senjataku memasuki liang sorganya.

Tapi permainan ini tidak berlangsung lama karena Mbak Maya harus cepat-cepat pulang menemui anaknya yang sudah pulang dari les piano.
Tapi sebelum berpisah kami saling memberikan alamat dan nomer telepon sehingga kami bisa bercinta lagi di lain saat dengan tenang dan damai.


Minggu, 22 Desember 2019

Akibat Masturbasi di Toilet Sekolah


Agen BandarQ - Aku meraba klitorisku dgn jari jariku, terasa nikmat sekali, beberapa saat kututup mataku, Cepat sekali kemaluanku sudah licin, basah sekali, sentuhan jari jariku semakin menebarkan rasa nikmat.
Sesekali aku tekan lebih keras, badanku rasanya tak sanggup menopang badanku, lututku bergetar
lemas tak kuat menopang badanku.

Oh ya, keasikan neh, perkenalkan namaku Diana, 26 tahun, masih single, aku bekerja sebagai seorang Guru SD di Jakarta. Hobiku adalah masturbasi sambil menghayalkan lelaki pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali tak dapat kubendung, apalagi semenjak aku jomblo hampir setahun ini.
Dan beginilah, belakangan ini jika sedang horny aku tak kenal tempat untuk memuaskan gejolak
birahiku. 

Sangkin nikmatnya masturbasi di kamar mandi sekolah, aku sampai tak menyadari kalau pintu kamar mandi walau kututup tapi tak kukunci. aku semakin tak peduli, yg kutahu aku harus memuaskan birahiku yg sedang terbakar, kucoba menahan desahanku, walau terkadang terlepas juga desisan desisan kecil dari bibir tipisku.
“sshh..emhhh”, desisan kecil sesekali keluar dari bibir tipisku.

aku membayangkan bercinta dgn pak Lukman, guru olah raga baru disekolah tempatku bekerja, pak
Lukman sungguh tampan dan badannya yg sangat kekar, tadi siang aku memperhatikannya yg sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada murid kelas 6 SD. ototnya begitu keakar, belom lagi ada tonjolan yg menggelembung di antara pahanya. Terus terbayang-bayang, aku jadi ga kuat lagi menahan birahiku sampai akhirnya berujung di kamar mandi sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah sepi. aku membayangkan bercinta dengan pak Lukman di kamar mandi ini, dia memompa kemaluannya yg besar di kemaluanqu dari arah belakang, badannya mendorong badanku sehingga aku terpaksa menahan badanku di tembok kamar mandi dan sedikit menungging.

aku mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding dan yg
lain membelai klitorisku dari depan.

‘uuuh pak Lukman’, desisku pelan. aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas
keningku. Tak lama aku merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu, tetapi tiba-tiba,
‘braaak’, pintu kamar mandi tiba tiba terbuka.
‘bu Diana’, kata orang yg berdiri di depan pintu kamar mandi dgn mata yg tak berkedip sedikitpun melihatku. aku tersentak kaget,

‘pak Mukidi ehhhh…’, kataku kaget ketika melihat pak Mukidi, cleaning service sekolah yg umurnya
sekitar 40 tahun. Sangkin kagetnya dan tak tau berbuat apa aku jongkok merapatkan kakiku sangkin
kagetnya, tetapi tanganku masih berada diantara selangkanganku, aku begitu kaget sampai lupa menarik tanganku.

‘pak Mukidii keluar’, kataku dengan suara pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan malunya. Kurang ajar
benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan menutup pintu kamar kamar mandi dan
menguncinya.

‘ngapain pak… keluar,’ perintahku dgn tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah yg
tadinya tersingkap sampai ke pinggul.
‘Bu Diana’, kata Mukidi sambil mendekatiku dan mendekap badanku. aku bertambah kaget, tapi aku
tidak berani berteriak, aku takut ada orang yang mengetahui kalau aku masturbasi di kamar mandi sekolah.

‘jangaan pak’, kataku berusaha melepaskan dekapannya, kugeser badanku untuk melepaskan diri
dari dekapannya, tetapi dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding.
‘jangan paak’, kataku takut, dia tak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya dan menciumi leherku,
‘jangaaan’, kataku lagi. Daftar Poker Online

Melihat Mukidi yg begitu beringas dgn nafas mendengus dengaus menciumi leherku dan tangannya
mulai meraba raba buah dadaku. aku menyadari kalau aku terjebak, aku berusaha melawan, dengan
sekuat tenaga aku dorong badannya, berhasil, dia terjatuh di lantai kamar mandi.

aku langsung mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, tetapi ketika aku mencoba membuka
grendel pintu kamar mandi. Tanganku tertahan oleh tangan Mukidi yg kekar,
‘lepaskan’, kataku, tetapi Mukidi yg sudah kesetanan itu tak mendengarkanku, dia malah memutar
tangan kananku ke belakang badanku dgn paksa, tangannya yg lain menahan tangan kiriku didinding.

aku terjebak, tenaganya kuat sekali, badanku seperti terkunci dan tak bisa bergerak,
‘pak Mukidi jangan…sakit..lepaskan’, kataku memohon dengan suara memelas.
‘bu Diana… biarkan aku…’, katanya didekat telingaku, dengusan nafasnya sampai terasa menerpa
telingaku.

“ahhh lepaskan’, aku memohon lagi begitu mengetahui badan kekarnya menekan badanku
ke dinding. aku sangat takut, ketika merasa ada benda yg keras kenyal menabrak bokongku.
‘ahh kemaluannya udah tegang, dia akan memperkosaku’, jerit batinku
aku semakin memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yg menahan kedua tanganku.

‘sebaiknya bu Diana jangan berisik, nanti ada orang yag dengar, biarlah saya dipukuli orang tetapi
saya akan cerita ke semua orang kalau ibu Diana masturbasi di kamar mandi’, katanya mengancam,
aku mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah aku dikenal
sebagai wanita anggun yg berkarisma. aku menghentikan perlawananku…berpikir sejenak.

Kesempatan itu tak disia siakannya, tangan kananku diletakkan keatas merapat didinding bersatu
dengan tangan kiriku, dengan tangan kirinya dia menahan kedua tanganku.

‘jangan paak, kumohhhon jangaan’, aku memelas kepadanya. Tapi sia-sia, tangan kanannya sudah
bebas meraba raba buah dadaku, dia memeras buah dadaku keras sekali. Ingin rasanya menangis
tetapi aku takut malah ada yg dengar.


“aahh bu Diana..buah dada bu Diana gede banget emmhh’, kata-kata kotor yg memuji keindahan
badanku keluar dari mulutnya.Kurang puas meraba buah dadaku yg masih ditutupi kemeja, dia
menarik kemejaku keatas melepaskan dari dalam rokku. Tangannya yang kasar mulai terasa meraba
raba perutku,
‘ammpuun pak lepaskan’, kucoba lagi memohon ketika dia mulai memeras buah dadaku.

’emmh bu Diana, gede banget toket bu Diana”, katanya lagi dengan berbisik dari belakang, dengusan
nafasnya yg berderu menandakan dia sangat bernafsu. Dan aku bisa merasakan kemaluannya sudah
sangat keras sekali menabrak nabrak bokongku. Ini semua menandakan dia benar benar sudah sangat
ingin menyebadaniku.

‘Bu Diana ijinkan saya menyetubuhi bu Diana’, bisiknya pelan sambil menarik rokku keatas. aku
kaget mendengarnya, tetapi tenagaku tak cukup kuat melepaskan kuncian tangannya.
‘Pak..jangan jangan kasihani aku’, kataku memelas. Sepertinya apapun yg kukatakan tak dapat
membendung nafsu setannya, sejenak tak kurasakan tangan kanannya meraba raba badanku.
Penasaran apa yg dilakukannya. aku menoleh ke belakang dan alangkah kagetnya..

‘oooh jangan pak’, aku panik ketika melihat ke belakang dia mengeluarkan kemaluannya, walau tak
begitu jelas aku bisa melihat kemaluannya yg besar dan hitam legam sudah keluar dari sarangnya.
Belom hilang rasa kagetku, Mukidi menekan badanku merapat kedinding, aku merasakan benda kenyal dan
keras mengesek dan menabrak bokongku.

‘Aduuh bokong bu Diana montok banget’, katanya meremas remas bokongku. aku terkaget, aku
baru teringat jika ketika masturbasi tadi aku melepas celana dalamku dan celana dalamku masih
tergantung di pintu kamar mandi.

‘Gawat neh’, pekikku dalam hati mengetahui bokongku tak dibaluti kain sedikitpun. Pasti dia dengan mudah mencari sasaran tembaknya apa lagi kemaluanku udah mengeluarkan cairan karena masturbasi tadi, aku menjadi panik kembali, aku takut membayangkan Kucoba lagi memberontak,
tapi tetap sia sia.

aku pasrah, rasanya tak mungkin lepas, kurasakan ada benda kenyal sedang menggesek gesek
belahan kemaluanqu yg licin seperti mencari cari sasaran. Akhirnya benda itu berhenti tepat di
mulut lubang kemaluanku setelah mendapatkan sasaran tembak, kemaluan Mukidi sudah berada
tepat di depan mulut kemaluanku, aku sungguh tak berdaya.
‘Pak Mukidi ampun pak’, kataku memohon lagi menyadari dalam hitungan detik kemaluannya akan
segera masuk kedalam badanku

‘Bu Diana udah lama saya pengen giniin bu Diana, bu Diana seksi banget’, katanya, dan tiba tiba
kurasakan kemaluannya mulai masuk, aku panik mencoba melawan sengan sisa sisa harapanku,
bukannya terlepas tapi malah karena gerakan badanku kemaluan itu malah terbenam masuk ke
dalam lubang kemaluanqu,
‘aaaah tidaaak’, pekikku dalam hati ketika kurasakan kemaluannya terasa terbenam memenuhi
kemaluanku. aku menarik nafas, ingin rasanya menangis.

Sungguh sial, kemaluanku yg sudah basah ketika aku masturbasi tadi malah memudahkan gagang itu
masuk, tetapi kupikir itu lebih baik, jika tak mungkin kemaluanqu bisa lecet karena ada benda yg
memaksa masuk, tapi berkat cairan yg sebelomnya memang udah membanjiri kemaluanku
membuat kemaluan Mukidi yg besar itu pun masuk perlahan menggesek dinding lubang kemaluanku
perlahan.

’emmmh bu Diana, kemaluan bu Diana enak banget, ooohhh’, desahnya didekat telingaku ketika
kemaluannya dibenamkan sedalam dalam mungkin dan terasa menyentuh rahimku,
‘Ya ampuuun panjang banget kemaluan laki laki ini, ampuuun’, pekikku dalam hati. aku berharap
kemaluan itu udah mentok karena terasa sangat keras menabrak rahimku dan terasa sedikit perih
karena jujur aja belom pernah ada benda sebesar itu masuk ke kemaluanqu. Ketika gagangan itu
amblas, aku terdiam, antara bingung, takut, takjub, nikmat dan kaget. Semuanya berkecamuk
dikepalaku… aku benar benar terdiam, tak bergerak.

aku pasrah, tak mengeluarkan sepatah katapun, tak kusangka khyalanku bercinta di kamar mandi
sekolah, dan disebadani dari belakang kesampean juga, tetapi bedanya bukan dengan pak Lukman dan
aku tak menginginkan ini terjadi. Tapi kenyataannya, laki laki yg sedang mendesah desah
dibelakangku, yg sedang membenamkan gagangannya di lubang surgaku yg berharga adalah
pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah kami.

Kenyataan yg harus kuterima, Mukidi sedang menikmati kemaluanku, menikmati memompa
kemaluannya keluar masuk di lubang kemaluanku.
‘oooh bu Diana…ohhh enaknya’, desah Mukidi ga karuan berkali kali

’emmmh’, aku mendesis kecil, walau aku tak suka tapi tiba-tiba aku merasakan rasa nikmat walau
tersamar oleh rasa takutku. Mukidi terus mengocok kemaluannya tanpa henti, begitu dalam
melesak masuk di lubang kemaluanqu. Kedua tanganku masih ditahan oleh tangannya yg kekar di
dinding kamar mandi.

‘oooh ya ampppuuun kemaluannya teraasa banget’, teriakku dalam hati. Ketika aku mulai tenang,
aku menyadari kalau kemaluan Mukidi memang besar dan keras sekali, gesekan dan tusukan
kemaluannya begitu mantap memenuhi lubang kemaluanqu. Terasa banget ada benda yg
mengganjal selangkangku, mulai menebarkan rasa nikmat yg menjalar diseluruh badanku.

Diam diam aku mulai menikmati diperkosa lelaki ini, tiap kali dia menggerakkan gagang
kemaluannya, darahku berdesir, sungguh luar biasa nikmat yg kudapat. Ketika dia menancapkan
kemaluannya kembali ke dalam liangku, aku mendesis pelan, kucoba tak mengeluarkan suara, aku terlalu sombong untuk mengakui kalau gagangan itu sungguh memberikan kenikmatan padaku, tetapi
tetap saja desisan kecil keluar dari bibirku.
‘mmmh mmmmh’, desisku pelan.
‘enakkan bu?, katanya tiba tiba.

Ternyata dia mengetahui kalau aku mulai menikmati tusukan kemaluannya. aku terdiam malu, tak
berani berkomentar, kalau kubilang tidak atau memaki makinya, dia pasti tahu aku bohong karena
kemaluanku sudah mengeluarkan banyak cairan yg menandakan aku juga terangsang dan
menikmati enjotan kemaluannya. aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghindari ciuman
bibirnya yg mengecup pipi kananku.

‘Tunggingin dikit bu Diana’, katanya sambil menarik bokongku keatas.
‘Kurang ajaaar… berani beraninya dia malah menyuruhku menungging’, umpatku dalam hati.
Tapi aku tak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan berharap agar
semuanya secepat mungkin berakhir. aku ikuti saja kemauannya dgn menunggingkan sedikit
bokongku.

’emmh bokong bu Diana memang montok banget, ga salah apa yg aku khayalin selama ini’, katanya
sambil meremas remas bokongku gemas.
‘Gila, ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini’, pikirku dalam hati.
Merasa posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali menggerakkan
kemaluannya kembali.

’emmh pak pelan’, kataku ketika kurasakan penetrasi kemaluannya terasa lebih dalam dari
sebelomnya,mungkin karena aku menunggingkan bokongku sehingga posisi kemaluanqu benar-
benar bebas hambatan. Mukidi tak memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan masih menjaga sikapku,

’emmh emmmh’, desisku pelan merasakan gesekan gagangannya di lubang kemaluanqu.
Melihat badanku yg terdorong dorong kedepan, Mukidi sepertinya sengaja melepaskan kedua
tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan badannya, dgn kedua tanganku bertopang pada
tembok.

’emmmh gila seret banget’, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas bokongku yg bulat
padat sambil tak berhenti mengocok kemaluannya.
‘ooh bu oooh’, Mukidi semakin keras mendesah, aku jadi takut kalau-kalau ada orang yg mendengar
desahannya itu.
“pak Mukidi..ja..jangan berisik pak..”, kataku memohon takut desahannya didengar orang.
‘I..i..iya bu emhh abis enak banget’, katanya pelan dgn nafas menderu.

Kocokan kemaluannya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku, dia
menguakkan belahan bokongku. dan kurasakan satu jarinya membelai duburku. Kontan aja aku
menggeliat, bokongku bergoyg ke kanan ke kiri karena kegelian.

‘oooh pak Mukidi..oooh’, aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar dari bibirku, rasa
nikmat yg tercipta dari kocokan kemaluan Mukidi ditambai gesekan jarinya yg membelai duburku
seperti racikan yg pas membuat aku lupa diri, dan membuatku tak dapat membendung desahanku.
Hebat sekali, rasanya aku mulai benar benar menikmati semua ini, badanku terasa sangat geli,
kenikmatan rasanya menyebar diseluruh badanku.


‘oooh ahhh’, aku semankin menggila desahanku bertambah keras saja, Mukidi bukan saja hanya
membelai duburku dgn jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke duburku dan menusuk nusuk
jarinya ke duburku, refleks bokongku semakin kutungingin, tiap kali dia menarik kemaluannya dia
membalasnya dgn menusukkan jarinya ke duburku. Jujur saja terlintas dibenakku untuk melakukan
anal sex dengan pak Mukidi, seperti yg dulu pernah kulakuan dengan pacarku.

Mukidi semakin mengerang tak karuan, tak kuhiraukan lagi apa yg dikatakan Mukidi, rasanya aku
sudah mau klimaks.
‘saya mau keluar..ahh bu Diana’, kudengar samar samar erangannya, tetapi tak kupedulikan karena
aku juga merasa sudah mau klimaks.

‘ooh emmmh oooh’ desahku lebih keras, kurapatkan badanku kedinding, Mukidi mengikuti badanku
dan menekan keras keras kemaluannya kedalam kemaluanku, bahkan dia menusuk jarinya sampai
amblas didalam duburku
‘ahhhh setaaan kau Mukiidiiii’, lirihku panjang, aku klimaks, aku tak dapat menahannya, sungguh
luar biasa aku bisa klimaks ketika diperkosa.

Kutelan air liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan kemaluan Mukidi memenuhi liangku,
tetapi tak kurasakan lagi jari Mukidi di duburku, kedua tangannya memegang bokongku dan
memompa kemaluannya dengan ganas.

‘oooh bu Diana oooh’, tiba tiba Mukidi mengerang keras dan menekan badanku keras, aku kaget
menyadari dia mau klimaks, tapi terlambat, diringi erangannya, kemaluan Mukidi sudah
menyemburkan sperma hangat menyirahi rahimku. Berkali kali dia mengehentakkan kemaluannya
dalam-dalam membuat badanku terdorong ke tembok.

‘ooooh emmmh’, entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika Mukidi klimaks di liangku,
denyutan-denyutan kecil gagang kemaluannya terasa di sinding lubang kemaluanqu ketika cairan
hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku.

‘Ahhh apa yg kulakukan? Mukidi klimaks di kemaluanku’, pekikku dalam hati. aku tersadar kembali, kurapatkan badanku kedinding dan menarik nafasku, aku teringat kalau aku memang sudah mau haid, aku hanya bisa berharap spermanya tak membuahi telur dirahimku.

‘ahh bu Diana emmh’, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dengan mata melotot. Melihatku
protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa membersihkan kemaluannya yg masih dilumuri
cairan kemaluanqu.

‘Cepat keluar pak’, kataku dgn suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Mukidi tanpa berkata
apa apa langsung keluar dan kukunci pintu kamar mandi. aku langsung membersihkan kemaluanku
dari cairanku sendiri dan sperma Mukidi yg mengalir keluar,
‘gila..banyak banget spermanya’, umpatku dalam hati.

aku mengenakan celana dalam dan merapikan baju yg kukenakan. aku mengendap endap keluar
kamar mandi dengan hati berdebar, takut ada orang yg mengetahui apa yg terjadi tadi di kamar mandi.
Suasana sekitar sekolah sepi, memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. dengan hati berdebar aku
memasuki ruangan guru, kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belom pulang mereka lagi sibuk
dengan urusan masing masing. aku sedikit bernafas lega walau perasaan kotor masih ada dipikiranku.
Dan sore itu aku pulang kerumah dengan perasaan yg tak menentu antara malu, takjub dan takut.

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com
domino99,